Catatan Penting Setelah Pesta 17 April Lalu

Pesta telah selesai, mari kembali ke rumah besar bernama Indonesia

Kita  baru saja menyelesaikan satu hajatan akbar yang cukup menyita banyak energi dari berbagai elemen bangsa pada 17 April 2019 lalu. Jari klingking telah berwarna ungu tanda aspirasi telah tersampaikan, dan kalian yang jarinya belum berwarna ungu masih ada kesempatan lima tahun lagi hehe..(atau beli tinta sendiri juga boleh). Namun tidak menyalurkan aspirasi juga bukan merupakan satu hal yang salah, meskipun MUI (Majelis Ulama Indonesia) telah mengeluarkan fatwa haram bagi  Golput (golongan putih). Tidak menyampaikan aspirasi pada pemilu juga merupakan sebuah sikap yang patut menjadi perhatian bagi pemerintah dan juga lembaga penyelenggara pemilu.

Apresiasi patut diucapkan kepada seluruh elemen yang berkaitan dengan Pemilu kali ini. Yang pasti apresiasi setinggi-tingginya harus disematkan kepada mereka yang telah melayani masyarakat, hingga kemudian dapat menyampaikan aspirasi dalam hal ini KPU RI sebagai lembaga penyelenggara Pemilu. Partisipasi masyarakat juga harus mendapat kredit tersendiri, karena tanpa keikutsertaan masyarakat pemilu hanyalah tentang perebutan kekuasaan dan nafsu politik belaka. Dengan ikut serta memberikan suaranya dalam pemilu, masyarakat berhak mengawasi wakilnya yang duduk di gedung legislatif. Karena pada hakikatnya demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat seperti kata Abraham Lincoln.

Pada pemilu 2019 ini bangsa Indonesia menjalankan pemilu terbesar yang ada di dunia dengan tingkat kompleksitas yang cukup tinggi. Mengapa demikian, pemilu kali ini berbeda dengan pemiu-pemilu yang diselenggarakan sebelumnya. Pasalnya pemilu 2019 digerlar secara serentak yang artinya pemilihan calon legislative dan calon ekskutif dilakukan berbarengan disatu waktu yang sama. Para pemilih diharuskan mencoblos lima surat suara yang terdiri dari Capres dan Cawapres, DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten /Kota dan DPD.

Pesta telah selesai dilaksanakan suara telah tersampaikan diskon besar atas apresiasi terhadap partisipasi juga sudah didapatkan, sebagai bagian dari masyarakat demokrasi apa yang sebenarnya dapat kita petik dari penyelenggaraan Pemilu serentak kemarin? Dapat berswafoto dengan klingking berwarna ungu kah?  atau berhasil mendapatkan diskon dengan bermodalkan klingking ungu? Ataaaaauu dapat tertidur lelap berkat hari libur? atau juga merayakan kemenangan versi hitung cepat yang digelar lembaga survey? . Namun terlepas dari itu semua, apa saja sih yang sebenarnya dapat dipetik dari pemilu yang telah terselenggara pada 17 April tersebut.

1. Meningkatnya tingkat partisipasi masyarakat

Tingkat partisipasi pemilih dan Golput dalam Pemilu di Indonesia

Tingkat partisipasi pemilih dan Golput dalam Pemilu di Indonesia via https://www.rappler.com

Advertisement

Berdasarkan hasil hitung cepat yang dilakukan oleh Litbang Kompas tingkat partisipasi Pemilu 2019 adalah 80,90%. Sebanyak 79,81% menggunakan surat suara sah. Sementara, ada sebanyak 1,83% surat suara tidak sah dan sisanya tidak digunakan. Dengan data yang ada tersebut dapat dilihat bahwa partisipasi aktif masyarakat dalam pemilu meningkat dari penyelenggaraan yang telah dilakukan sebelumnya.

Prestasi ini seyogianya tidak membuat Penyelenggara pemilu dapat bernapas lega, karena masih banyak warga yang belum dapat menyalurkan hak suaranya karena kendala teknis. Hal tersebut harus menjadi catatan penting untuk penyelenggaraan Pemilu dikemudian hari. Apabila partisipasi pemilih meningkat tren tersebut harus pula memacu penyelenggara pemilu agar dapat menampung semua aspirasi masyarakat yang akan mencoblos.

2. Generasi muda kian sadar demokrasi

Tingkat partisipasi generasi milenial

Tingkat partisipasi generasi milenial via https://nasional.kompas.com

Anak muda sering mendapatkan citra buruk ketika pemilihan umum akan berlangsung, generasi ini dipandang kurang memperlihatkan perannya dalam proses demokrasi. Namun pada pemilu serentak 2019 ini mereka membungkam pandangan tersebut. Teman saya rela pulang dari Jogja ke Banyuwangi hanya untuk menyalurkan aspirasinya.

Advertisement

Dari data yang dihimpun dari Litbang Kompas pemilih milenial dibagi menjadi tiga kelompok berbeda. Pertama Gen Z/ Pemilih pemula, Gen Y/ Milenial Muda, Gen Y/ Milenial dewasa.

Pemilih dikategorikan kedalam empat variabel yang berbeda. Keempat variabel tersebut adalah mereka yang memilih Jokowi-Ma’ruf , pemilih Prabowo-Sandiaga, Tidak memilih/memilih keduanya serta Tidak jawab/rahasia.

Selain dari sisi partisipasi pemilih, para caleg yang merepresentasikan anak (meski terkadang hanya numpang nama) ternyata juga menjadi faktor pendorong yang mempengaruhi tingkat partisipasi anak-anak muda. Suara anak muda yang sering digadang-gadang menjadi faktor penting pada Pemilu kali ini memang nyata adanya dan ini juga menjadi satu preseden baik bagi demokrasi Indonesia.

Advertisement

3. Partisipasi aktif mengawal pemilu

Kawal Pemilu

Kawal Pemilu via http://kawalpemilu.org

Selain menyalurkan hak suara, masyarakat mulai turut aktif mengawal pemilu hingga perhitungan suara berlangsung dan formulir C1 Pleno ditandtangani oleh petugas KPPS. Mengapa demikian? Selain untuk mengawal suara hal tersebut juga bertujuan untuk menghadirkan data yang cepat dan akurat. Apalagi dengan difasilitasinya saluran untuk menghimpun form C1 Pleno untuk dihadirkan ke tengan masyarakat partisipasi aktif tersebut merupakan hal yang cukup menggembirakan bagi demokrasi di Indonesia. Salah satu platform yang menghimpun form C1 Pleno adalah kawalpemili.org , melalui platform tersebut masyarakat dapat menggunggah form c1 dari tiap tps yang ada.

4. Pemilu serentak sebagai satu langkah maju

pemilu serentak

pemilu serentak via http://bit.ly

Sebagai satu pemilu yang tersbesar di dunia dengan tingkat kompleksitas yang cukup rumit, peemilu serentak dapat menjadi satu langkah awal menatap lembaran baru dalam kehidupan demokrasi di Indonesia ini. Dengan pengalaman yang dilalui baik oleh penyelenggara pemilu maupun masyarakat diharapkan kedepan. Dengan tingkat partisipasi yang membaik dan kesadaran generasi muda, Inonesia dapat menjadi contoh bagi negara lain yang menerapkan prinsip-prinsip demokratis dalam penyelenggaraan negara.

 

Dengan proyeksi menjadi negara ke-4 dengan kekuatan ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2045, pemilu serentak kali ini agaknya dapat meyakinkan dunia bahwa Indonesia adalah sebuah negara besar. Bukan tidak mungkin Indonesia akan benar-benar menjadi negara maju dalam segala aspek, jika melihat berbagai aspek yang menjadi syarat sebuah negara maju Indonesia telah mencicil beberapa diantaranya seperti Infrastruktur, kestabilan politik dan pengembangan sdm. Kita harus optimis!!!

5. Kontestasi telah usai!!!

Setelah pilih wakil, kini giliran memilih pendamping

Setelah pilih wakil, kini giliran memilih pendamping via https://www.orami.co.id

Proses panjang menuju pemilu serentak 2019 sudah cukup menghabiskan banyak energi, pada 17 April 2019 lalu kita telah bersama merayakannya. KONTESTASI TELAH SELESAI!!! Agaknya polarisasi yang tercipta kala proses menuju pemilu yang tercipta ditengah masyarakat dapat disatukan kembali, kalah menang adalah satu yang biasa dalam sebuah kontestasi. Agaknya kita harus kembali membaur ditengah masyarakat, jika kemarin kita berjuang untuk mendapatkan suara rakyat maka setelah pemilu selesai agaknya kita fokus bagaimana caranaya untuk mencari cara bagaimana formula tepat untuk mendapatkan sang pujaan hati hehehe….

6. Tugas rakyat telah ditunaikan, kini giliran wakilnya bekerja

“Di negeri ini, menang undian bisa jadi wakil rakyat!” oleh Winda Bestari Aprilia. (Foto/ils) via https://makassar.terkini.id

Rakyat sebagai pemegang tampuk pimpinan tertinggi dalam negara demokrasi, telah menentukan para wakilnya. Kini giliran para wakil rakyat yang menentukan arah kebijakan apa yang dapat ia perjuangkan untuk rakyat. Kebijakan bukan saja hanya utuk yang memilih dia ketika pemilu, namun juga bagi seluruh masyarakat yang menjadi tanggungjawabnya di dapilnya tersebut. 

Wakil rakyat harus sadar bahwa ketika ia terpilih, dia sedang mendapatkan keuntungan untuk menunjukan kualitasnya. Kinerja yang baik, akan sangat menguntungkan pabila ia akan maju kembali di pemilu selanjutnya. Dengan berbekal tabungan kepercayaan pemilih, maka di pemilu selanjutnya ia hanya tinggal memaparkan prestasinya saja. Tanpa perlu adanya (bagi-bagi amplop) kerja begitu berat seperti ketika baru pertama mencalonkan diri. Jadi mari bekerja dengan baik para wakil!

Gusti mboten sare.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Sedang menempuh S1 jurusan Ilmu Komunikasi

CLOSE