#CatatanAkhirTahun – Sebuah Perjalanan yang Tak Mudah Namun Bertabur Hikmah, Terima Kasih Tuhan!

Throwback 2021 beserta semua lika-likunya.

Perjalanan hidup manusia ibarat buku yang mengantarkan masing-masing tokohnya pada alur cerita yang berbeda. Dan seperti halnya buku, tahun 2021 juga mengantarkanku pada sebuah awal yang baru. Sebuah kehidupan di mana aku benar-benar harus belajar menjadi pribadi yang dewasa dan mandiri. Bukan lagi seseorang yang penuh delusi merasa diri sudah cukup dewasa hanya karena umur yang kian bertambah. Saat ini, yang menjadi patokan bukan lagi tentang usia.

Dari perjalanan sepanjang tahun 2021, tentu ada berbagai macam peristiwa yang mengandung hikmah dan pelajaran. Terutama hikmah-hikmah yang disamarkan dibalik kesulitan dan rasa tidak nyaman yang kualami. Namun jika direnungi lebih dalam, itu semua semata-mata merupakan kasih sayang Tuhan padaku. Karena begitulah cara Tuhan mengasihi. Dia tidak membebani seorang hamba di luar kesanggupannya.

Advertisement

1. Januari: Permulaan Itu Sulit. Namun, Bukan Berarti Mustahil. Berdoa Adalah Kunci.

Photo by Arina from Pexels

Photo by Arina from Pexels via http://www.pexels.com

Bagi seseorang yang tidak pernah meninggalkan rumah kedua orangtuanya selama 28 tahun hidup di dunia, pergi merantau pertama kali untuk bekerja di sebuah kota kecil terasa begitu menakutkan. Meskipun, di satu sisi aku juga merasa bahagia. Karena doaku untuk hidup mandiri terpisah dari orang tua pada akhirnya terkabul juga.

Sebelum pergi menuju kota  yang akan kutinggali, aku berulang kali bertanya pada diriku sendiri. Apakah aku akan sanggup hidup di kota itu seorang diri? Mengingat, aku terbiasa hidup di kota besar dengan penuh kemudahan bersama kedua orang tuaku. Sungguh, hal itu merupakan sebuah pertanyaan abadi yang setiap kali muncul tidak bisa kujawab. Karena aku masih diliputi rasa takut. Pertanyaan itu pada akhirnya selalu berujung pada doa-doa panjang yang berisi permohonan agar Tuhan berkenan memudahkan jalan kehidupanku di sana.

Advertisement

Tapi realitanya ternyata tidak semenyeramkan itu! Kecemasanku terkait di mana aku akan tinggal seketika sirna saat aku mendapatkan rumah sewaan yang jaraknya tidak begitu jauh dari tempatku bekerja. Saking dekatnya, jarak antara rumah dengan tempatku bekerja bisa di tempuh hanya dengan berjalan kaki selama 5 menit. Selain itu, bayang-bayang buruk tinggal di kota kecil yang minim fasilitas juga ikut terhapus seiring dengan kedatanganku di kota tersebut. Karena di sana rupanya sudah tersedia banyak toko, fasilitas umum dan sarana transportasi publik yang bisa dipergunakan. 

2. Februari – April : Keluar Dari Zona Nyaman. Berhenti Mencari Alasan.

Photo by Polina Tankilevitch from Pexels

Photo by Polina Tankilevitch from Pexels via http://www.pexels.com

Sebagai seorang introvert aku lebih suka mengerjakan apapun seorang diri. Aku sangat jarang meminta pertolongan orang lain karena tidak ingin merepotkan sekaligus diam-diam juga takut akan penolakan dari orang yang kumintai bantuan. Perilaku ini mungkin terkait alam bawah sadarku yang masih membawa luka di masa kecil sehingga aku jadi bersikap demikian. Namun semua itu berubah saat aku pergi merantau.

Advertisement

Aku tidak bisa lagi mendekap semua ketakutanku seorang diri. Atau beralasan aku adalah introvert sejati untuk menghindarkan diri dari pergaulan dan uluran tangan orang lain. Aku harus berubah agar aku bisa survive. Apalagi di tengah-tengah kondisi pandemi saat itu.

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku mencoba membuka diri dan lebih ramah terhadap orang-orang di sekitarku. Dan ternyata itu tidak mudah. Aku belajar menekan rasa tidak enak dan malu saat terpaksa harus meminta bantuan dari orang-orang yang belum begitu dekat denganku. Apalagi jika mengingat bahwa aku hidup seorang diri di perantauan dengan segala keterbatasanku. Lama kelamaan, keterbukaanku itu pun menjadikan aku lebih asertif sehingga tidak lagi kesulitan jika ingin mengkomunikasikan kebutuhanku kepada orang lain. Sejak tinggal di sana, kepribadianku berubah menjadi lebih ceria dan aku mulai punya banyak teman.

3. Mei – Agustus : Tak Ada Hidup Yang Sempurna. Drama Kehidupan Muncul di Saat Semua Nampak Baik-Baik Saja.

Photo by Maycon Marmo from Pexels

Photo by Maycon Marmo from Pexels via http://www.pexels.com

Merasa bahagia di bulan sebelumnya untuk kemudian bersedih di bulan yang selanjutnya. Begitulah yang kurasakan saat memasuki Bulan Mei tahun 2021. Hidup ini memang tidak pernah sempurna. Selalu ada hal-hal yang mengurangi kebahagiaan kita. Entah itu dari dalam maupun dari luar. Bahkan jika kita selalu memandang hidup dari sisi yang baik sekalipun. Dari situ aku belajar bahwa tidak semua persoalan bisa diselesaikan hanya dengan berpikiran positif.

Selalu ada perasaan yang butuh untuk divalidasi. Terutama saat kita sedang kecewa. Mengakui bahwa kita terluka sejatinya bukanlah sebuah dosa. Itu hanyalah pertanda bahwa kita manusia. Kehilangan memang tidak pernah mudah. Apalagi jika itu terjadi secara tiba-tiba saat hidup rasanya sedang baik-baik saja.

Lebih jauh, hati rasanya kian terluka saat orang lain memandang kita dengan tatapan iba. Saat sesuatu yang ditakdirkan untuk kita tidak memenuhi ekspektasi mereka. Ketika umur yang semakin bertambah membuat mereka bertanya apa yang salah. Jawabannya tidak ada yang salah. Bahkan ketika harus merelakan sang adik satu langkah di depanku lebih dekat pada pernikahan.

4. September – November : Waktu Untuk Diri Sendiri. Berubah Menjadi Lebih Baik.

Photo by Vlada Karpovich from Pexels

Photo by Vlada Karpovich from Pexels via http://www.pexels.com

Aku tidak bisa terus-menerus menyesali nasibku dan setuju pada tatapan orang-orang yang berpikir bahwa aku layak dikasihani karena tidak memenuhi ekspektasi mereka. Tidak juga aku harus terus menyimpan dendam kepada orang-orang yang melukaiku di masa lalu. Aku memaafkan mereka semua. Terlebih, aku memaafkan juga diriku. Terutama untuk kebodohan-kebodohan yang pernah aku lakukan.

Dirimu di masa lalu akan selalu terlihat bodoh. Karena yang melihatnya adalah dirimu di masa kini yang sudah belajar. 

Diam-diam aku merancang sejumlah rencana yang berfokus pada peningkatan kualitas diri. Aku mulai rajin berolahraga, aktif mengikuti seminar dan pada bulan Oktober yang lalu aku berhasil memenangkan sebuah lomba tingkat nasional sehingga berhak membawa pulang hadiah yang cukup bergengsi.

Semua itu terjadi ketika aku benar-benar melupakan rasa kecewaku dan menggantinya dengan banyak-banyak melakukan introspeksi diri dan bersyukur. Benar kata pepatah bahwa tidaklah Tuhan mengambil sesuatu darimu, kecuali Dia akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik jika kamu ikhlas dan bersabar.

5. Desember: Akhir Tahun Yang Penuh Kejutan. Skenario Dari Tuhan.

Photo by Andre Furtado from Pexels

Photo by Andre Furtado from Pexels via http://www.pexels.com

Orangtuaku selalu berharap bahwa nanti aku akan menikah lebih dulu daripada adikku. Aku yakin mereka mengatakan itu untuk menghibur perasaanku yang sebenarnya tidak perlu. Beberapa bulan ke belakang rasanya harapan mereka tersebut sulit untuk dikabulkan. Namun, menjelang akhir tahun memang selalu penuh kejutan. Sesuatu yang kita pikir tidak akan terjadi, bisa saja terjadi jika Tuhan menghendaki. Rasanya tidak perlu untuk dijelaskan secara panjang lebar. Menutup akhir tahun 2021 aku hanya ingin mengatakan bahwa kebahagiaanku jauh lebih banyak daripada kesedihanku.

Terimakasih Tuhan! Terimakasih tahun 2021! Kini, aku siap menyambut diriku yang baru.    

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Detached-dreamy Aquarius with Moon in Pisces

CLOSE