Dear Mama dan Papa yang Lebih Aktif di Sosmed Dibanding Anaknya

Orangtua di sosial media

Beberapa tahun lalu kalian adalah dua orang yang paling keras memprotes jika aku terlalu lama menunduk di depan ponsel. Bukan cuma karena pengeluaran untuk jajan pulsa meningkat. Kalian khawatir kalau aku terlalu tenggelam di dunia maya. Terpukau dengan semua keriaan di sana — sampai lupa hal-hal yang seharusnya diperjuangkan di dunia nyata.

Sekarang keadaan berbalik. Sejak mulai akrab dengan internet dan ponsel pintar kalian lebih sering menunduk untuk scrolling layar. Update kalian bahkan jauh lebih sering dari yang biasa aku lakukan. Untuk Papa-Mama yang sekarang jauh lebih aktif jadi pengguna sosial media semoga masukan dari anak milenialmu ini mau kalian dengarkan ya…..

1. Sosial media selalu menyenangkan (awalnya)

Advertisement

Masa-masa awal mengenal sosial media itu seperti gegar budaya. Aku juga pernah merasakannya. Disana kita bisa mengungkapkan apapun yang sedang dirasakan. Ditanggapi pula, rasanya seperti dapat perhatian. Masa-masa ini sedang Mama dan Papa alami — and it's okay. This is part of the process.

2. Update beruntun jadi seperti kewajiban untuk Papa-Mama

I need to post moreeee

I need to post moreeee via https://boldomatic.com

Sedang ketemu teman lama, Mama otomatis menulis status panjang lebar di Facebook.


Alhamdulillah akhirnya ketemu juga sama Tina. Udah puluhan tahun nggak ketemu. Nggak kerasa anaknya udah 3, semua udah nikah pula. Terima kasih ya Tuhan atas nikmat silaturahmi ini.


Advertisement

Update beruntun itu hal biasa yang akan Mama dan Papa rasakan. Bahkan Papa dan Mama bisa merasa ada yang kurang kalau apa yang sedang dilakukan tidak dikabarkan di media sosial.

3. Walau adem ayem akan ada orang-orang yang diam-diam nyinyir pada kebiasaan baru Papa dan Mama ini

Mereka akan bicara dibelakangmu

Mereka akan bicara dibelakangmu via https://www.pinterest.co.uk

Tidak ada yang pernah menegur Papa dan Mama secara langsung. Tapi, seperti yang pernah aku rasakan juga, diam-diam ada orang yang jengah melihat kebiasaan baru ini. Mereka bisa jadi orang yang tetap me-like status Papa dan Mama sembari menggerutu dibelakang.


"Eh itu si Ana yang aktif banget di FB itu ya? Duh, caper banget. Kayak nggak ada kerjaan aja…"


Advertisement

4. Bukan tidak mungkin ada bibit-bibit cinta lama yang tumbuh kembali

Akan ada kupu-kupu di perut lagi

Akan ada kupu-kupu di perut lagi via https://id.pinterest.com

Aktif di sosial media juga membuka kembali komunikasi dengan teman-teman lama Mama dan Papa. Mama bisa tahu kabar mantan pertamanya yang sekarang sudah punya anak 2. Papa tidak perlu lagi menerka-nerka seperti apa muka gebetannya dulu karena sekarang bisa dilihat di akun Facebook yang baru di-add beberapa hari lalu.

Kalau tidak hati-hati saluran baru komunikasi ini bisa membuka bibit-bibit perasaan yang seharusnya sudah dilupakan dan diikhlaskan.

5. Papa dan Mama akan menghadapi banyaak sekali informasi yang semuanya meyakinkan

Membenamkan diri dalam lautan informasi berarti harus berani menganalisa lebih dalam konten mana yang valid dan konten mana yang tidak layak dibagikan. Aku yakin Papa dan Mama akan terkaget-kaget ketika akhirnya dihadapkan pada banjir informasi. Semua berita terlihat benar dan layak dibagikan. Padahal selalu ada kepentingan di balik semua informasi yang kita dapatkan.

6. Memencet forward itu gampang. Tapi mempertanggungjawabkannya tidak

Pertanyakan semua hal

Pertanyakan semua hal via https://opfocus.com

Meneruskan informasi yang terkesan WOW, berbeda dan bombastis bisa membuat Mama Papa mendapat perhatian. Tapi mempertanggungjawabkannya tidak sesederhana yang dibayangkan. Setiap kanal media punya kepentingan di baliknya yang juga perlu dipertimbangkan. Jika tidak hati-hati bisa blunder dan menimbulkan kecemasan buat teman-teman Mama dan Papa yang percaya begitu saja pada informasi yang dibagikan.

7. Walau malas di follow karena merasa dibuntuti aku tetap memperhatikan Mama dan Papa lho!

Aku akan jadi pengkritik paling keras

Aku akan jadi pengkritik paling keras via http://whisper.sh

Jangan tersinggung ya Ma, Pa kalau permintaan pertemanan kalian aku cuekin di sosial media. Buatku sosial media itu alternate universe yang harus dipertahankan kedamaiannya — termasuk dengan tidak menambahkan kalian ke dalamnya. Toh kita sudah bertemu setiap hari di rumah. Ngapain juga Mama dan Papa follow aku di sosial media?

Walau tidak berteman di sosial media aku tetap kepo kok ke Mama dan Papa. Kalau sampai Mama dan Papa gengges awas aja aku akan protes keras!

8. Sosial media itu menyenangkan sekaligus kejam. Sekali salah langkah tombol Delete nggak akan Mama Papa temukan

Nggak semua harus mama papa bagikan

Nggak semua harus mama papa bagikan via https://www.pinterest.co.uk

Bukan cuma sekali aku jadi saksi teman-temanku yang hidupnya hancur karena sosial media. Kesalahannya klasik dan bisa diprediksi.


  1. Mereka terlalu banyak menyebarkan informasi pribadi

  2. Mengkritik keras di sosial media tanpa fakta yang bisa dipertanggungjawabkan

  3. Terlibat dalam konflik dunia maya yang jadi tontonan banyak orang

  4. Menyebarkan berita tanpa mengecek dulu kebenarannya. Sampai dicap penyebar hoax

Semoga Mama dan Papa tidak perlu jatuh ke 4 golongan orang kurang beruntung ini ya. Aktif di sosial media itu boleh-boleh saja. Cukup ingat kalau jangan pernah samakan sosial media dengan dunia nyata yang setiap hari dihadapi Mama dan Papa.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement
Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat puisi dan penggemar bakwan kawi yang rasanya cuma kanji.

CLOSE