Terkadang dalam kehidupan sehari-hari ada beberapa peristiwa yang menguras emosi, tetapi tidak semua peristiwa tersebut bisa disalurkan pada orang lain. Ada beberapa kejadian yang tidak ingin kita bagikan kepada orang lain, karena menceritakan hal-hal penting di dalam hidup haruslah pada orang yang tepat. Namun, kenyataannya menemukan orang yang tepat bukan perkara gampang. Salah satu sarana untuk mengekspresikan emosi ialah menulis.
1. Definisi Menulis dan Emosi
Foto dari Pexels via https://www.pexels.com

Foto dari Pexels via https://www.pexels.com
Menulis merupakan aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan. Sedangkan menurut Suparno dan Mohammad Yunus (2008) menulis merupakan kegiatan menyampaikan pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media atau alatnya.
Emosi merupakan salah satu atribut psikologis manusia. Emosi tidak selalu negatif, tetapi juga ada yang positif. Goleman pada tahun 1999, mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
2. Pengertian Expressive Writing
Foto dari Flikr via https://www.flickr.com

Foto dari Flikr via https://www.flickr.com
Di dalam psikologi terdapat sebuah terapi yang murah dan mudah, yaitu expressive writing. Teknik ini merupakan teknik terapi naratif. Expressive writing menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana untuk seseorang mengungkapkan apapun yang dirasakannya. Baik marah, sedih, kesal, dan berbagai perasaan yang sedang dialami, serta menuliskan pengalaman traumatis yang menyakitkan di masa lalu. Expressive writing dicetuskan pertama kali oleh seorang psikolog sosial bernama James W. Pennebaker pada tahun 1989.
3. Tahapan Expressive Writing
Foto dari Stocksnap via https://stocksnap.io

Foto dari Stocksnap via https://stocksnap.io
Terdapat empat tahap dalam expressive writing, yakni :
1. Recognition atau Initial Write
Tahap ini merupakan tahap pembuka menuju sesi menulis, bertujuan untuk memfokuskan pikiran, membuka imajinasi dan menghilangkan ketakutan konseli. Konseli diperintahkan untuk menulis bebas mengenai apapun yang muncul dalam pikirannya tanpa arahan.
2. Examination atau Writing Exercise
Tahap ini bertujuan untuk menggali respon konseli terhadap situasi tertentu. Batas waktu untuk menulis bervariasi, 10-30 menit setiap sesi. Setelah menulis, konsuli diberikan kesempatan untuk membaca dan memperbaiki kembali tulisannya.
3. Juxtaposition atau Feedback
Tahapan ini adalah sarana refleksi yang mendorong konseli mendapatkan kesadaran baru yang menginspirasi perilaku, sikap, atau nilai yang baru, serta membuat individu mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang dirinya. Konseli lebih mengenal dirinya sendiri.
4. Application to the Self
Pada tahap terakhir ini, konseli didorong untuk mengaplikasikan pengetahuan baru dalam dunia nyata. Konselor atau terapis membantu konseli mengintegrasikan apa yang telah dipelajari selama sesi menulis dengan merefleksikan kembali apa yang harus diubah atau diperbaiki dan mana yang perlu dipertahankan.
4. Menulis Diary
Foto dari Negative Space via https://negativespace.co

Foto dari Negative Space via https://negativespace.co
Apa yang terpikirkan oleh Anda saat pertama kali mendengar kata diary? Sebagian orang pasti akan teringat pada sebuah buku cantik seukuran buku tulis yang dilengkapi gembok dan kunci. Diary bukanlah hal yang asing, hampir semua orang tahu apa itu diary, tetapi belum banyak orang yang mengetahui bahwa menulis diary bisa menjadi terapi emosi.
Nah, cara sederhana untuk menerapkan teknik expressive writing, yaitu menulis buku diary sekitar 15-30 menit sehari. Mulailah menulis apapun yang sedang dirasakan tanpa perlu memperhatikan pemilihan kata maupun tanda baca, karena diary tidak ditujukan untuk khalayak umum sehingga tidak perlu menerapkan aturan menulis sesuai EYD . Bukan hanya itu, Anda juga bisa menulis pengalaman-pengalaman menggusarkan yang telah terjadi. Tuliskan semua hal yang mengganggu hari-hari Anda.
5. Manfaat Menulis Diary
Foto dari Pexels via https://www.pexels.com

Foto dari Pexels via https://www.pexels.com
Inilah beberapa manfaat yang akan Anda peroleh ketika rutin menulis diary.
1. Sebagai coping emosi
Rutinitas yang padat tentu saja menimbulkan stres. Apalagi jika sedang mengerjakan tugas yang berat. Jika stress tiba-tiba datang, luangkan waktu beberapa menit untuk membuka buku diary dan luapkan semua hal yang menyebabkan stres. Menulis buku harian secara rutin setiap hari mampu mengurangi tingkat stres yang dialami. Cobalah konsisten menulis buku diary 15-20 menit sebelum tidur. Tumpahkan semua perasaan yang dirasakan sepanjang hari. Biarkan lembaran kertas mendengarkan keluh kesah yang terpendam.
2. Mencari solusi untuk suatu permasalahan
Hidup tidak pernah lepas dari masalah. Ada saja masalah yang membuat kita uring-uringan. Masalah tersebut bila dibiarkan berlarut-larut akan mengganggu konsentrasi pada hal-hal yang lebih penting. Menulis diary bukan hanya bisa membantu kita dalam mengelola emosi, tetapi juga bisa membantu kita mencari solusi akan suatu permasalahan. Saat menghadapi masalah rumit, ambil buku diary dan uraikan semua permasalahan yang sedang dialami sedetail mungkin. Hal ini bisa mencari tahu apa pemicu dan penyebabnya, serta menentukan langkah paling tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
3. Mengenal Diri Sendiri
Apakah selama ini Anda merasa kesulitan mengambil keputusan di dalam hidup? Atau Anda sering kebingungan dengan diri Anda sendiri Jika benar, mungkin Anda belum begitu kenal dengan diri sendiri. Mengenal diri sendiri merupakan hal penting, karena ketika kita tahu siapa diri kita yang sebenarnya , maka akan lebih mudah menentukan pilihan dalam hidup. Menulis diary bisa menjadi salah satu solusi untuk mengenal diri sendiri. Di dalam diary kita bebas bercerita tentang apa yang disukai maupun yang tidak disukai. Tidak ada yang akan menghakimi sehingga tidak perlu merasa takut ataupun ragu untuk mengungkapkan bagaimana karakter kita yang sebenarnya.
4. Mengabadikan Kisah
Siapakah manusia yang mampu menghentikan waktu? Tentu, jawabannya tidak ada. Sepintar apapun seorang manusia tidak akan sanggup menghentikan yang terus berlalu dan tak mengenal kata tunggu. Namun, kita bisa mengabadikan momen pada waktu tertentu dengan menuliskannya. Menulis salah satu upaya menciptakan sejarah. Sederhananya, ketika kita menulis diary, sesungguhnya kita sedang menuliskan sejarah hidup yang bilamana kita meninggalkan dunia, kisah itu akan abadi selamanya. Sebagai makhluk fana, kita akan sirna, tetapi lembaran buku mengabadikan kita di dalam cerita. Jadi, mari menciptakan sejarah!
Menulis bukanlah hal yang mudah, tetapi itu bukan berarti kita tidak bisa menulis. Menulislah dari hal-hal kecil, seperti menuliskan setiap emosi yang singgah setiap harinya. Luangkan sedikit waktu untuk membuka diary.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”