#HipweeDaebak-Demam yang Ku Syukuri Bahkan Sampai Sekarang

Virus yang ku bilang sebagai teman sejati

Industri musik kian merajalela bahkan sampai ke usia belia, baik itu musik dari dalam negeri ataupun dari luar negeri. Tidak peduli anak berseragam sekolah putih abu-abu, putih dongker biru, anak-anak yang berseragam merah putih pun ikut terpengaruh. Tujuan dari industri musik adalah untuk menghibur melalui lagu-lagu nya, yang merupakan skill yang ditampilkan untuk dihargai oleh semua orang yang melihat  dan mendengarkannya. Namun selain kemampuan bernyanyi yang merdu, untuk menarik semua orang tentu penyanyinya harus tampak sempurna agar menambah citra bahwa penyanyi itu memang pantas untuk di idolakan. 

Hal itulah yang terjadi pada industri musik di negara Korea Selatan yang merembah ke Indonesia. tidak hanya kemampuan bernyayi yang di tampilkannya, tetapi juga kemampuan menari dengan wajah yang tampan dan rupawan. Tentu saja itu menjadi daya tarik bagi remaja wanita berusia sekolah. 

1. Virus pertama yang menginfeksiku

Photo by Maulidaaaa

Photo by Maulidaaaa via https://maulidaaaa.wordpress.com

Ketika aku sedang liburan kenaikan kelas 5, aku berkunjung ke rumah kakak sepupuku yang sangat suka dengan musik luar, terutama musik dari negara korea selatan. Awalnya aku mengira menyukai musik sampai mengoleksi album-albumnya itu hal konyol yang dilakukan siswa SMA, padahal  masih banyak teman untuk diajak bermain. Tapi, waktu aku tiba di rumahnya dan duduk bersamanya di depan televisi sambil menikmati alunan musik live yang dibawakan oleh ft island dengan judul lagu hello-hello.

Aku ternganga melihat penampilannya, vokalisnya sangat tampan. di iringi dengan suaranya yang seperti menyapaku saat menyebut lirik hello-hello. Argumenku berubah, aku jadi berpikir, mungkinkah setelah ini aku akan seperti kakak sepupuku, menyukai korea seakan hanya mereka yang layak disukai.

2. Mulai masuk pada tahapan gejala

Photo by Krsing

Photo by Krsing via https://krsing.com

Setelah pulang dari rumah sepupuku, lagu FT Island yang ku dengar tadi masih terngiang-ngiang di telingaku. Aku langsung menghidupkan televisi dan mencari siaran korea. Sayangnya, di televisiku tidak terdapat siaran luar. Tak tinggal diam, aku pergi ke warnet yang ada di dekat rumahku hanya untuk mencaritahu tentang penyanyi-penyanyi korea selatan.

Di sana aku menemukan band bernama Shinee yang juga menampilkan tarian, itu tak hanya tarian biasa. Gerakannya menyatu dengan lagu, aku jadi mulai ikut untuk meniru gerakannya dengan tanganku. Bagian Reff di lagu itu kembali terngiang-ngiang di kepalaku. Ring Ding Dong Ding Ding Dong Ding. Sepertinya aku sangat tertarik dengan choreography-choreography dari boyband yang barusan aku lihat.

3. Aku benar-benar telah terinfeksi

Photo by Wikipedia

Photo by Wikipedia via https://id.wikipedia.org

Aku tak mengerti bagaimana virus demam korea itu bisa menginfeksiku, yang ku ketahui apapun yang aku lakukan untuk korea aku senang melakukannya.  Aku jadi sering menyisakan uangku hanya agar bisa pergi ke warnet untuk melihat Music Video dari Boy band dan Girl Band korea, tanpa aku sadari aku mengikuti gerakan itu dan menghafalnya. Salah satu tarian yang paling imut untuk diikuti adalah lagu dari SNSD dengan Judul 'Oh' yang baru beberapa hari liris. 

Aku merasa benar-benar telah terinfeksi, aku mulai bertingkah seperti kakak sepupuku yang tidak bisa lepas dari musik korea. Jadi, beginilah rasanya terjangkit virus demam korea. Sangat menyenangkan.

4. Aku baik-baik saja tanpa teman, asal bukan tanpa korea

Photo by Google Sites

Photo by Google Sites via https://sites.google.com

Selain Music Video, ada Drama Korea yang tak kalah membuat ku ternganga. Cerita yang ditampilkan di dalamnya seperti di dunia nyata, tidak tampak dibuat-buat seperti kebanyakan sinetron yang ada di televisi. Contohnya saja drama 'Boys Before Flowers' yang merupakan Drama korea pertama yang ku tonton. Tidak hanya penampilan para aktornya yang membuatku terpana, tapi pesan yang disampaikan di dalamnya yang dikemas semenarik mungkin. Serta sound track lagu yang memadu dengan cerita di dalam dramanya menambah kesan menarik untuk ditonton. 

Terkadang jika aku sudah bertengkar dengan teman-teman dekatku di sekolah, aku lebih memilih diam dan belajar bersikap yang tepat dari drama korea yang sudah ku tonton. Bisa ku simpulkan, aku akan baik-baik saja tanpa teman asal bukan tanpa Korea. 

5. Mereka lebih dari sekedar teman, selalu ada ketika aku butuhkan

Photo by Kingchoice

Photo by Kingchoice via https://kingchoice.me

Tidak hanya Aktor atau band yang aku kagumi, ketertarikanku pada tarian atau yang disebut dance Kpop mengantarkanku untuk mengetahui sebuah dance studio yang terkenal di korea bernama 1 million. Jadi tak hanya choreography yang ada di lagu boy band dan girl band korea saja yang sering aku tirukan, tapi dari 1 million juga sering aku tiru gerakannya. Choreography dari para Choreografer dari 1 million bagiku memiliki ciri khas gerakannya masing-masing. Contohnya saja; Lia Kim, May J, Yoojung lee, dan sederetan choreografer hebat lainnya. 

Apapun yang berhubungan dengan korea bagiku adalah suatu yang menyenangkan, mereka tak hanya sekedar teman tapi selalu ada ketika aku butuhkan. Terutama untuk belajar caranya bersikap dalam kehidupan nyata melalui drama, atau melampiaskan kekesalanku pada orang lain bukan dengan cara menyakiti orang lain atau diriku sendiri. Aku bisa menari untuk melampiaskan rasa sakit hati dan melupakannya setelah itu. Aku bersyukur terjangkit demam korea dan menganggap virus tersebut sebagai teman sejati, karena dengan itu aku tak akan sempat untuk mengomentari kehidupan orang lain di sekitarku. Ada korea selatan yang lebih layak untuk dibicarakan, meskipun tak dapat dipungkiri perbedaan budaya membuat para demam korea akan dianggap orang aneh bagi orang yang tak ingin mengerti dan tak ingin memaklumi. #hipweedaebak

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Gadis yang masih mencari jati diri