#RemajaBicaraKespro-5 Jurus Ampuh Mencegah Kecanduan Konten Dewasa yang Telah Aku Lakukan

Lebih baik mencegah daripada mengobati, karena kalau sudah kecanduan susah obatnya

Sobat Hipwee, pernah nggak punya teman yang kecanduan konten dewasa? Aku punya seorang sahabat dekat yang ternyata sejak SMP kecanduan konten dewasa. Aku mengetahuinya setelah prestasi sekolahnya menurun sangat drastis.

Awalnya aku pikir karena malas belajar, jadi prestasinya turun drastis. Setelah aku tanya, dia baru ngaku kalau dia sudah lama susah konsentrasi. Yang ada dalam pikirannya hanya gambar dan film yang mengandung konten dewasa.

Setiap hari dia bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengakses konten  dewasa. Karena aku tidak mau sahabatku makin terjerumus, aku paksa dia untuk ngomong dengan orang tuanya supaya bisa terapi.

Konten dewasa memang jadi salah satu problem remaja. Tak heran jika di sekolah-sekolah sering diadakan acara-acara pencegahan konten dewasa untuk pelajar. Seperti yang pernah diadakan di sekolahku di SMAN 20 Bandung.

Menurut salah satu pembicara saat ada acara seminar berjudul “Penanggulangan Adiksi Konten Dewasa” di sekolahku, dampak kecanduan konten dewasa lebih berat dari kecanduan obat terlarang. Kecanduan konten dewasa dapat menyebabkan kerusakan pada lima bagian otak, terutama pada pre-frontal cortex (bagian otak yang tepat berada di belakang dahi). Sedangkan kecanduan obat terlarang menyebabkan kerusakan pada tiga bagian otak.

Kerusakan bagian otak ini akan membuat prestasi akademik menurun, orang tidak bisa membuat perencanaan, tidak bisa mengendalikan diri dan emosi, tidak bisa mengambil keputusa,n dan sebagainya.

Katanya, pada pecandu konten dewasa, otak akan merangsang produksi dopamin dan endorfin, yaitu bahan kimia otak yang membuat rasa senang dan merasa lebih baik. Dalam kondisi normal, zat-zat ini akan sangat bermanfaat untuk membuat orang sehat dan menjalankan hidup dengan lebih baik. Namun dengan konten dewasa, otak akan mengalami hyper-stimulating sehingga otak akan bekerja dengan sangat ekstrem kemudian mengecil dan rusak.

Pada dasarnya orang yang kecanduan konten dewasa merasakan hal yang sama dengan pecandu obat terlarang, yaitu ingin terus memproduksi dopamin dalam otak. Bedanya, pecandu konten dewasa bisa memenuhinya dengan lebih mudah, kapan pun dan dimana pun, termasuk lewat smartphone. Sedang kecanduan obat terlarang harus diam-diam membeli obat terlarang. Secara fisik kecanduan obat terlarang pun akan terlihat.

Hal inilah yang menjadikan pecandu konten dewasa lebih sulit dideteksi dan diobati daripada pecandu obat terlarang. Pantesan, aku baru tahu sahabatku kecanduan konten dewasa setelah bertahun-tahun bersahabat.

Ngeri banget ya, dampak kecanduan konten dewasa? Supaya tidak kecanduan konten dewasa, ada 5 jurus yang selama ini aku lakukan. Ini jurus yang bisa Sohip lakukan juga loh.

Advertisement

1. Gunakan smartphone sesuai fungsinya

Remaja menggunakan smartphone (Photo by Marymarkevich)

Remaja menggunakan smartphone (Photo by Marymarkevich) via https://www.freepik.com

Saat ini mengakses informasi apa pun di internet sangat mudah, salah satunya dengan menggunakan smartphone. Terlebih lagi saat ini pelajar dibekali smartphone atau laptop untuk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Menurut survei yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), pada saat pandemi, selain sebagian besar anak-anak Indonesia melakukan PJJ, sebanyak 22% menggunakan internet tidak sesuai dengan fungsinya. Mereka melihat tayangan tidak sopan melalui internet.

Advertisement

Tayangan tidak sopan tersebut meliputi tayangan atau konten yang bermuatan konten dewasa dan hal-hal lain yang tidak sesuai dengan usia.

Hasil survei dari lembaga lain bahkan mengatakan bahwa 60% anak Indonesia yang saat ini menggunakan media digital untuk PJJ, baik melalui smartphone atau laptop merasa bosan sehingga melampiaskannya dengan membuka konten dewasa. Jika dibiarkan mereka akan kecanduan.

Advertisement

Lantas bagaimana agar Sohip tidak ikut-ikutan? Salah satu jurus yang bisa dilakukan adalah gunakan smartphone atau laptop sesuai fungsinya. Aku sendiri biasa menggunakan smartphone atau laptop saat PJJ, berkomunikasi dengan teman-teman sekolah dan teman-teman komunitas, serta saat sesekali main game.

Aku pakai smartphone mulai pukul 07.00 hingga menjelang magrib. Malam hari aku simpan dan saatnya smartphone istirahat dan isi batere. Dengan menggunakan smartphone sesuai fungsinya, kita bisa mengendalikan diri untuk tidak melihat konten yang berbau dewasa.

2. Pahami dampak kecanduan konten dewasa

Takut bersosialisasi (Photo by Wayhomestudio)

Takut bersosialisasi (Photo by Wayhomestudio) via https://www.freepik.com

Seperti yang aku ceritakan di atas, gara-gara kecanduan konten dewasa sahabatku jadi susah konsentrasi belajar. Akibatnya prestasi belajarnya menurun sangat drastis. Itu baru salah satu dampak kecanduan konten dewasa, lho.

Dampak lainnya menjadi malas melakukan segala macam aktivitas termasuk aktivitas yang positif, senang menyendiri dan enggan bergaul dengan teman-teman baik di rumah ataupun di sekolah, mudah berbohong, sering terlihat gugup saat diajak berkomunikasi, dan tidak mau kontak mata.

Dampak lain yang sangat berat adalah depresi. Bahaya banget kan, dampak kecanduan konten dewasa? Jadi, sebelum coba-coba sebaiknya hindari. Salah satunya dengan memahami dampak kecanduan konten dewasa.  

3. Berkumpul dengan teman yang baik

Teman-teman yang baik (Photo by Lookstudio)

Teman-teman yang baik (Photo by Lookstudio) via https://www.freepik.com

Ada yang mengatakan, “Seseorang yang berteman dengan orang saleh dan orang yang buruk, bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikan kamu, kamu bisa membeli minyak wanginya atau minimal kamu mendapat bau wanginya. Sementara berteman dengan pandai besi, jika badan atau pakaian kamu hangus terbakar, minimal kamu mendapat baunya yang tidak sedap.”

Kalimat di atas bukan untuk menyinggung suatu profesi. Namun merupakan sebuah perumpamaan bahwa lingkungan pergaulan seseorang bisa mempengaruhi kehidupannya.

Jadi supaya menjadi baik, berkumpulah dengan teman-teman yang baik. Seperti teman-teman dari Hipwee dan Dokter Gen Z. Meski pun aku baru kenal dengan teman-teman Hipwee yang biasa disebut Sohip dan memberanikan diri menulis di Hipwee, aku senang karena banyak konten positif dan kegiatan positif.

Begitu pun dengan Dokter Gen Z yang akun instagramnya sangat aktif memberikan informasi menarik yang dibutuhkan generasi milenial seperti aku.

4. Salurkan energi pada kegiatan positif

Salah satu aktivitas positif (Photo by Mego-studio)

Salah satu aktivitas positif (Photo by Mego-studio) via https://www.freepik.com

Remaja seperti aku yang baru berusia 17 tahun energinya masih sangat besar. Kalau tidak digunakan untuk kegiatan yang positif bisa berbahaya. Makanya orang tuaku selalu mendukung untuk melakukan kegiatan positif.

Kegiatan positif apa yang aku lakukan? Aku ikut organisasi remaja di kompleks yang kegiatannya cukup padat. Misalnya ikut membantu kegiatan RW di kompleks, ikut mengawal sosialisasi pencegahan COVID-19, kegiatan sosial, dan sebagainya. Di sekolah, aku menjadi pengurus OSIS yang kegiatannya tidak kalah padat.

Sejak SD hingga sekarang aku aktif menulis seperti menjadi wartawan cilik di salah satu koran di Jawa Barat dan aktif ikut basket di sekolah hingga mewakili sekolah di pertandingan-pertandingan basket, baik tingkat kota maupun tingkat Jawa Barat.

Dengan menyalurkan energi pada kegiatan positif, aku jadi tidak sempat memikirkan hal-hal yang negatif, apalagi melakukan hal yang negatif.

5. Fokus menggapai impian dan cita-cita

Menggapai cita-cita (Photo by Tirachardz)

Menggapai cita-cita (Photo by Tirachardz) via https://www.freepik.com

Saat ini aku sudah kelas 11, artinya tahun ajaran yang akan datang aku kelas 12 dan siap-siap kuliah. Selain aku terus belajar mengembangkan diri dalam dunia tulis menulis, aku ingin menjadi seorang software engineer. Aku bercita-cita kuliah di jurusan Teknik Informatika di salah satu perguruan tinggi terbaik di Bandung.

Aku yakin selain aku banyak teman-teman yang juga bercita-cita sama dengan aku. Artinya persaingan sangat ketat. Supaya aku bisa bersaing, daripada melakukan hal-hal yang tidak berguna sebaiknya aku fokus menggapai impian dan cita-cita.

Aku dedikasikan sebagian besar waktuku untuk belajar, belajar, dan belajar sehingga kelak aku benar-benar menggapai impian dan cita-citaku. Buang jauh-jauh aktivitas negatif dan aktivitas tidak berguna apalagi sampai kecanduan konten dewasa yang memang merusak otak dan mental kita.

SoHip, itulah lima jurus ampuh mencegah kecanduan konten dewasa dan masturbasi yang telah aku lakukan selama ini. Semoga bermanfaat.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang pelajar kelas 11 SMAN 20 Bandung

CLOSE