Kesalahpahaman Orang-orang Tentang Kami, Alumni SMA yang Memutuskan Menunda Kuliah

Menunda kuliah

Menunda perkuliahan bagi sebagian orang bukanlah hal yang diharapkan terutama bagi murid-murid kelas 12 SMA. Karena selepas lulus tentulah mereka ingin segera berkuliah.

Banyak universitas-universitas yang dapat menjadi pilihan, mulai dari universitas top nasional sampai universitas swasta yang tak kalah berkualitas. Dari sekian banyaknya pilihan itu kami sebagian alumni SMA memutuskan untuk menunda perkuliahan. Berbagai hal menjadi penyebab kenapa kami tidak langsung melanjutkan pendidikan. Salah satunya adalah tidak lolos ujian masuk perguruan tinggi yang diidam-idamkan.

Tanggapan-tanggapan dari banyak orang tentunya kerap kami dengar. Dari situ muncul kesalahpahaman atas keputusan kami ini.

1. Kami dituduh membuang-buang waktu setahun hanya untuk menganggur dan menyia-nyiakan pendidikan

Advertisement

Waktu bagi banyak orang adalah hal yang berharga. Karena alasan tersebut mereka menyebut kami menyia-nyiakan waktu, padahal bukan!

Kami mengambil jeda sejenak untuk lebih siap menghadapi persaingan masuk perguruan tinggi yang tidaklah mudah. Dari 721.236 peserta SBMPTN 2016 hanya 126.804 atau sekitar 17% peserta saja yang lolos. Hal ini membuat kami memahami situasi yang sedang kami hadapi. Sehingga waktu itu kami gunakan semaksimal mungkin untuk mempersiapkan diri.

Di samping itu, banyak hal bermanfaat yang dapat kami lakukan sebagai investasi waktu setahun lamanya, seperti menyalurkan hobi, mengunjungi banyak tempat, dan menambah uang saku dengan bekerja paruh waktu. Tentunya banyak lagi aktivitas-aktivitas lain yang dapat dilakukan untuk mengisi waktu jeda ini. Kegiatan-kegiatan yang sebelumnya sulit dilakukan karena kesibukan di SMA. 

Advertisement

 

2. Kami kerap dianggap pengangguran padahal kami mati-matian mempersiapkan ujian. Syediih 🙁

bagai ujian hidup

bagai ujian hidup via https://mahasiswapunyacerita.com

Kami yang tidak kuliah pun tidak bekerja akan membuat orang lain mengira kami pengangguran. Padahal bulan-bulan mendekati ujian seperti ini kami rela mengurangi jam tidur dan hangout bersama teman hanya untuk mempersiapkan ujian masuk perguruan tinggi impian.

Advertisement

Persaingan masuk kampus yang bagai medan peperangan itu tentunya dapat mudah kami hadapi jika dibarengi dengan persiapan yang matang. Mengikuti bimbingan belajar menjadi hal yang wajib untuk kami lakukan. Ditambah memantapkan pemahaman dengan belajar di rumah. Ribuan soal pun mau tak mau dilahap habis demi mengetahui kemampuan diri ketika menjalani ujian nanti.

Berteman dengan sesama alumni yang berjuang masuk perguruan tinggi juga menjadi suntikan semangat untuk kami. Banyaknya hal yang harus kami persiapkan tentunya menjadikan kami berbeda dengan pengangguran bukan?

3. Keputusan yang kami ambil dianggap merupakan keputusan yang salah dan gegabah

hal yang tidak mudah

hal yang tidak mudah via https://showbiz.liputan6.com

Ketika teman-teman seangkatan kami di SMA yang sudah kuliah memasuki semester dua perkuliahan dan kami bahkan tidak kuliah sama sekali, kami dicap mengambil keputusan yang salah. Dari mulai orang tua, teman, tetangga bahkan guru di sekolah pun menyampaikan hal yang sama bahwa menunda kuliah tidak bijak untuk dilakukan. Kami pun mengalami berbagai tantangan atas tanggapan banyak orang ini. Dari mulai diremehkan dan dianggap kurang strategis mengambil keputusan.

Atas pengalaman ini membuat kami belajar bahwa tidak semua orang harus dapat benar-benar mengerti apa yang kami alami. Hikmahnya banyak orang juga yang muncul sebagai penyemangat bagi kami menjalani peran sebagai alumni yang belum berkuliah. Menunda kuliah adalah keputusan yang tidak mudah bagi kami tapi kami berhak menentukan jalan yang kami ambil bukan? Toh, kami sendiri yang menjalani dan merasakan suka duka menjadi mahasiswa saat berkuliah nanti. 

4. Kami bahkan dianggap bodoh karena melepas kesempatan yang datangnya hanya sekali

Kesempatan

Kesempatan via https://faradika.com

Sebagian dari kami ada yang mendapat kesempatan diterima di suatu perguruan tinggi yang bukan menjadi tujuan awal. Tapi kami memilih untuk melepaskannya karena universitas atau jurusan itu bukan jurusan yang kami inginkan.

Alih-alih menyia-nyiakan kesempatan, kami hanya tidak ingin menyesal belakangan. Banyak cerita dan pengalaman dari mereka yang salah jurusan kami dengar. Itu cukup sebagai pelajaran bagi kami untuk tidak mengulanginya lagi karena 4 tahun bukan waktu yang singkat untuk dilalui. Bertindak ceroboh dengan mengambil jurusan yang bukan passion dan keahlian kami hanya karena takut tidak bisa langsung kuliah adalah hal yang sangat kami hindari.

Belajar dari kesalahan orang lain dan berusaha untuk tidak mengalaminya adalah alasan kuat dibalik pilihan kami untuk melepaskan satu kesempatan tersebut. Tentunya dengan berbagai pertimbangan yang sudah dipikirkan. Menjadi pemilih untuk satu hal ini merupakan keputusan yang tepat dengan situasi yang kami hadapi saat ini. 

5. Tapi bukannya gentar, kami justru lebih semangat mengejar impian untuk melanjutkan pendidikan

jadi tambah yakin

jadi tambah yakin via https://tersenyumlah.com

Setiap orang tentu mempuyai impian yang ingin diraih. Saat banyak orang yang meragukan keputusan kami ini, kami justru sedang sibuk mempersiapkan diri meraih mimpi itu.

Impian yang tidak disertai tindakan nyata pastinya hanya berakhir menjadi fantasi. Karena itulah kami beranikan diri mengambil langkah untuk mewujudkan impian kami. Dengan mundur satu langkah ada banyak langkah yang bisa kami lalui di jalan perjuangan ini. 

Menunda kuliah memang tidak selalu dibenarkan untuk dilakukan, akan tetapi menunda kuliah menjadi solusi bagi alumni seperti kami untuk lebih mempersiapkan diri saat kuliah nanti. Karena kuliah merupakan salah satu faktor terpenting yang menentukan masa depan kami esok hari. Bukan orang lain yang mengetahui dan menjalani melainkan kami sendiri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pelajar. Librocubicularist. Ditemani film, musik dan buku.

CLOSE