#KompetisiYoungMom-5 Tips Sukses Menyusui Bagi Penyintas TBC

Ibu penyintas TBC tetap bisa menyusui, kok!

Apa yang ada di pikiran ibu ketika bicara tentang TBC atau Tuberkulosis?

Penyakit menular, lingkungan kurang bersih, pola hidup tidak sehat. Bisa jadi itu yang ada dalam bayangan sebagian orang. Apalagi ketika viral cerita tentang anak terkena TBC karena dicium orang. Asumsi  tentang TBC menjadi kian buruk. Satu setengah tahun lalu saya juga memiliki pandangan yang tak kalah buruk dari itu.

Sampai suatu hari saya didiagnosis menderita TBC hingga kehilangan salah satu fungsi paru-paru. Dunia terasa runtuh. Apalagi saya masih mempunyai bayi berusia 6 bulan. Bayangan tentang ASI eksklusif sepertinya menjadi kabur.

Beruntung, dokter yang merawat saya meyakinkan bahwa penyintas TBC tetap mampu menyusui. Obat OAT (terapi obat TBC) aman untuk ibu menyusui. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menyusui, yaitu:

Advertisement

1. Gunakan masker

Menggunakan Masker

Menggunakan Masker via https://unsplash.com

Seperti kita ketahui bahwa TBC merupakan penyakit menular yang berasal dari bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menular melalui droplet. Yaitu melalui percikan dahak yang keluar saat kita bersin, batuk atau berbicara.

Salah satu gejala paling menonjol yang saya alami adalah batuk dengan frekuensi tinggi. Memang di awal pengobatan, batuk yang saya alami perlahan mulai reda. Ada beberapa rujukan yang mengatakan bahwa bakteri sudah tidak menular pada satu bulan pertama pengobatan.

Advertisement

Namun, kita tidak tahu persis perkembangan bakteri dalam tubuh kita.Untuk menghindari droplet tersebut, penggunaan masker menjadi wajib bagi penyintas TBC.

Apalagi bagi ibu yang menyusui. Dokter bahkan menyarankan untuk menggunakan masker selama dua bulan di awal masa pengobatan. Masker sebaiknya dikenakan ketika berada di dalam maupun di luar rumah.

2. Cuci tangan sebelum menyusui

Advertisement
Mencuci Tangan

Mencuci Tangan via https://unsplash.com

Mencuci tangan dilakukan untuk mencegah penularan bakteri pada bayi. Meskipun penularan bakteri melalui udara, tidak menutup kemungkinan tangan kita menangkap bakteri tersebut kan?

Oleh karena itu sebelum menyusui perlu mencuci tangan. Karena ketika menyusui kita bisa saja melakukan kontak fisik pada mulutnya. Misal, kita melakukan sentuhan di sekitar mulut untuk membersihkan sisa susu. Atau mungkin kita perlu menempatkan bayi melakukan pelekatan.

Pada dasarnya mencuci tangan merupakan bentuk pencegahan penularan penyakit kepada bayi. Karena TBC pada bayi dan balita cukup sulit dideteksi. Selain itu, bayi merupakan subyek yang rentan tertular bakteri karena imun yang belum cukup kuat.

3. Cukupi asupan gizi

Makanan Sehat

Makanan Sehat via https://unsplash.com

Penurunan berat badan yang cukup drastis menjadi satu dari banyak ciri yang dialami penyintas TBC. Hal ini terjadi karena nafsu makan yang hilang ketika tubuh digerogoti bakteri TBC. Oleh karena itu memenuhi kebutuhan asupan tubuh dengan gizi berimbang sangat penting.

Selain untuk menjaga imunitas dan mengembalikan berat badan juga untuk meningkatkan kualitas ASI. Usahakan mengonsumsi makanan yang mengandung banyak protein untuk meningkatkan massa otot. Tak lupa buah dan sayur serta cukupi kebutuhan air putih.

Di awal masa penyembuhan, kita akan cukup sering merasa lapar. Alarm lapar merupakan sebuah pertanda baik. Itu artinya nafsu makan kita sudah kembali dan terapi pengobatan menunjukkan hasil positif. Selalu sediakan cemilan sehingga ketika lapar menyerang perut segera terisi. Frekuensi rasa lapar akan lebih sering pada ibu menyusui penyintas TBC.

4. Minum obat secara teratur

Terapi obat TBC dilakukan minimal selama 6 bulan penuh. Namun, ketika hasil menunjukkan masih adanya bakteri yang aktif maka pengobatan bisa dilanjutkan. Biasanya evaluasi dilakukan di akhir masa pengobatan. Bila tidak menunjukkan gejala dan hasil tes dahak negatif maka pengobatan dianggap selesai.

Kunci dari keberhasilan pengobatan TBC adalah konsisten mengonsumsi obat. Karena obat diminum setiap hari, maka wajar jika kita merasa bosan. Atau bahkan merasa sudah sehat dan berhenti minum obat. Sebisa mungkin hindari berhenti minum obat di pertengahan masa pengobatan untuk mencegah bakteri kebal obat.

Konsisten minum obat pada waktu yang sama setiap hari pun berlaku bagi ibu menyusui penyintas TBC. Menurut dokter, obat OAT aman dikonsumsi ibu menyusui. Jadi, ibu menyusui penyintas TBC tidak perlu khawatir, ya!

5. Percaya diri ketika relaktasi

Bonding Dengan Anak

Bonding Dengan Anak via https://unsplash.com

Tiga minggu selama saya sakit, bayi saya mengonsumsi susu formula. Ini disebabkan karena kondisi tubuh saya sangat lemah. Saya tidak bertenaga untuk melakukan aktivitas harian apalagi menyusui.Saya pun sempat opname dan berjauhan dengan bayi saya.

Di rumah sakit saya sempat pumping, tapi air susu yang keluar sangat sedikit. Akhirnya saya sadar bahwa tubuh saya tidak bisa menghasilkan cukup air susu. Sehingga selama opname dan di minggu awal pengobatan, bayi saya minum susu formula.

Ketika tubuh saya sudah cukup kuat dan ASI sudah mulai diproduksi kembali, saya coba relaktasi. Tidak ada salahnya mencoba, kan? Yang penting tak perlu dipaksakan langsung sehari full mengASIhi, ya! Bisa dicoba dengan menidurkan anak di pagi hari. Jika anak menolak, bisa sambil kita sounding pelan-pelan.

Di saat tubuh siap, kita harus yakin bahwa ASI pun mencukupi. Ingat untuk selalu melihat reaksi tubuh ketika relaktasi. Ciptakan bonding dengan bayi sehingga dia mau kembali menyusu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Ibu dua anak yang suka curhat sambil nulis. Mantan Orthopedagog yang suka sekali cerita parenting.

CLOSE