Konsep Diri Remaja yang Diasuh Oleh Orangtua Tunggal

remaja yang diasuh single parent

Mengasuh, merawat serta mendidik anak adalah kewajiban setiap kedua orang tua di muka bumi ini. Seorang anak tentunya akan berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang mandiri dan berpendidikan di dalam keluarganya sendiri. Bagi seorang anak, keluarga adalah tempat dimana mereka akan pulang. Konsep diri yang tertanam kepada anak tentunya dilihat dari bagaimana cara pola mengasuh antar anak dan orang tua. Ketidakharmonisan kedua orang tua sampai mengakibatkan terjadinya perceraian dapat menjadi pengaruh yang besar terhadap konsep diri anak. Karena proses mengenali diri sendiri tidak muncul begitu saja saat suatu individu lahir ke dunia. Melainkan, konsep diri dibentuk dari berbagai faktor.

Sebelum memahami faktor apa saja yang ada didalam konsep diri. Mari pahami arti dari konsep diri itu sendiri. Diri atau self ialah suatu proses regional yang bertindak sesuai dari pandangan masyarakat yang dipelajari dalam proses komunikasi. Atau jika disimpulkan, konsep diri adalah suatu komunikasi yang secara terang-terangan memberi tahu siapakah diri kita dengan cara labelling atau memberikan label pada diri kita serta perilaku kita. Suatu individu cenderung akan berusaha untuk menafsirkan suatu pesan yang akan kita kaitkan dengan diri sendiri dan lingkungan.

Berikut adalah faktor–faktor yang dapat menemukan konsep diri suatu individu :

  1. Orang Terdekat, Pandangan pertama yang mempengaruhi Konsep Diri ialah orang terdekat. Maksudnya adalah, orang-orang yang sudah memiliki makna sendiri dan memberikannya kepada kita sehingga akhirnya dapat mempunyai arti khusus didalam kehidupan suatu individu.
  2. Penilaian Langsung, Memberikan labelling langsung kepada suatu individu serta menjelaskan siapa kita adalah faktor penilaian langsung yang mempengaruhi Konsep Diri.
  3. Penilaian Reflektif, Jika penilaian langsung adalah bagaimana cara orang melihat diri kita. Berbanding terbalik dengan penilaian reflektif. Penilaian reflektif cenderung bekerja seperti bagaimana kita sedang berkaca diri atau ‘looking-glass self’ yang dikemukakan oleh Cooley pada tahun 1961. Ya, penilaian reflektif adalah bagaimana cara suatu individu melihat dirinya sendiri.
  4. Skrip Identitas, Bayangkan kita sedang berada di dunia film. Dan definisikan lah peran kita sendiri didalam kehidupan kita sendiri. Itulah simpulan pengertian dari Skrip Identitas.
  5. Gaya Kelekatan, Ini adalah Pola Pengasuhan terhadap orang tua ke anak agar ia dapat mengenali dirinya sendiri serta sambil memahami lingkungannya. Gaya Kelekatan dibagi lagi menjadi empat bagian. Gaya Kelekatan Aman, Gaya Kelekatan Takut, Gaya Kelekatan Meremehkan dan Gaya Kelekatan Cemas.
  6. Masyarakat Umum, Pandangan yang dibuat oleh masyarakat kepada suatu individu maupun kelompok sosial. Yang dapat diungkapkan dengan tiga cara. Yaitu, ketika berinteraksi dengan orang lain, ketika mempelajarinya melalui media massa yang mencerminkan nilai-nilai kebudayaan, dan suatu instansi pemerintahan yang menyampaikan informasi melalui pandangan yang mereka hormati.
  7. Rasial, Dalam hal ini Ras sangat berpengaruh untuk menentukan suatu identitas atau konsep diri.
  8. Gender, Antara gender laki-laki dan perempuan yang memiliki ketimpangan sehingga berpengaruh pada konsep diri suatu individu. Misalnya, perbedaan jabatan antar laki-laki dan perempuan yang ada di suatu perusahaan.

 

Kembali lagi ditegaskan bahwa konsep diri tidak lahir dan ada begitu saja saat anak lahir ke dunia. Melainkan konsep diri memerlukan proses yang panjang agar bisa menjadi sebuah konsep diri yang melekat kepada suatu individu. Konsep diri umumnya berkembang saat satu sampai dua tahun anak dilahirkan. Sejak saat itulah suatu individu dapat membedakan dirinya dengan lingkungan sekitar. Jika tadi sudah dibahas mengenai beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri suatu individu. Berikut adalah beberapa petunjuk dan penjelasan bagaimana caranya suatu individu dapat mengembangkan konsep diri yang melekat pada dirinya.

Dengan mengikuti panduan untuk mengembangkan konsep diri khususnya kepada remaja yang dibesarkan oleh single parent. Berikut adalah 4 penerapan untuk menjadi acuan tentang bagaimana mengembangkan konsep diri untuk diri sendiri.

Advertisement

1. Buat Komitmen Tegas untuk Perkembangan Kepribadian

Ini adalah panduan yang paling penting namun juga cukup sulit. Remaja harus bisa membuat komitmen yang tegas agar dapat mengembangkan konsep dirinya. Remaja juga harus meluangkan waktu serta tenaganya agar komitmen yang ia pikirkan dapat menjadi kenyataan. Seorang remaja yang telah dibesarkan oleh single parent menyebutkan bahwa ia harus berkomitmen mulai dari dirinya sendiri dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Karena konsep diri itu berkembang melalui proses bukan tercipta begitu saja. Remaja juga harus menyadari bahwa selain dirinya akan ada yang dapat membuatnya patah semangat, tetapi remaja tersebut tidak akan membiarkan orang lain mematahkan konsep dirinya yang telah ia kembangkan.

2. Pengetahuan Sebagai Pendukung Bagi Pertumbuhan Kepribadian

IDN Times

IDN Times via http://www.google.com

Namun, komitmen yang dibuat tidak cukup untuk menghasilkan perubahan yang signifikan terhadap konsep diri remaja. Seorang remaja harus bisa berpikir kritis tentang perspektif sosial seperti gender, ras dan kelas sosial ekonomi. Hal ini dilakukan agar remaja dapat menentukan perspektif mana yang dapat mereka terima maupun ditolak. Terdapat 4 model area dalam bernama Johari Window yang diciptakan oleh ahli bernama Joseph Luft dan Harry Ingham. Berikut 4 model area dalam Johari Window tersebut :

Advertisement
  1. Area Terbuka, Area Terbuka atau Area Publik yang berarti informasi yang berada didalam area ini telah diketahui oleh diri sendiri dan orang lain. Misalnya, nama panggilan, warna kulit dan warna rambut.
  2. Area Buta, Area Buta berarti informasi yang berada didalam area ini telah diketahui oleh orang lain namun diri sendiri tidak mengetahui informasi tersebut. Misalnya, sahabat kita menyadari bahwa kita memiliki bakat bernyanyi namun diri sendiri belum menyadarinya.
  3. Area Tersembunyi, Area Tersembunyi yang berarti informasi yang berada didalam area ini kita tentu mengetahuinya. Namun, diri sendiri memilih untuk tidak mengungkapkannya kepada orang lain. Misalnya, permasalahan internal keluarga yang dialami.
  4. Area Gelap, Area Gelap berarti informasi yang berada di area ini tidak diketahui. Baik tidak diketahui oleh diri sendiri maupun tidak diketahui oleh orang lain. Misalnya, permasalahan yang akan terjadi disekolah. Remaja tidak akan tau apa reaksi yang akan ia berikan terhadap permasalahan yang berada disekolah, padahal ia belum berangkat ke sekolah.

 

Seorang remaja harus bisa mengetahui informasi yang berada didalam area buta dan area gelap. Yaitu dengan cara berusaha memasuki situasi yang belum pernah dialami sebelumnya. Contohnya, seorang remaja baru saja memasuki jenjang yang lebih tinggi yaitu kuliah. Dengan cara kuliah, seorang remaja jadi dapat mengetahui hal – hal baru yang belum ia dapatkan di masa ia sekolah. Atau juga bisa seorang remaja yang dibesarkan oleh single parent tiba – tiba orang tuanya memutuskan untuk menikah dengan orang lain yang otomatis akan menjadi orang tua baru bagi remaja tersebut.

Advertisement

3. Menentukan Tujuan yang Realistis dan Wajar

Usaha untuk mengubah konsep diri serta cara pandang terhadap diri sendiri akan terwujud dengan baik ketika diri sendiri sudah menentukan targert dan tujuan yang realistis serta wajar. Seorang remaja harus bisa membuat targer yang realistis, mulailah dari tujuan yang lebih kecil terlebih dahulu agar dapat tercapai. Barulah secara perlahan menuju ke tujuan yang besar. Untuk menerima diri sendiri maka diri sendiri harus bisa bersikap adil serta apa adanya. Seorang remaja yang dibesarkan oleh orang tua single parent menyebutkan bahwa ia yakin tujuan yang ingin ia capai sudah realistis dan wajar. Contohnya ia ingin memilih dimana ia akan melanjutkan kuliahnya. Ia mulai dengan berdiskusi kepada dirinya sendiri, barulah ia menentukan tujuan tersebut dengan dampingan orang tuanya.

4. Mencari Situasi yang Mendukung Tercapainya Tujuan

Seorang remaja harus bisa melakukan hal -hal yang dapat menciptakan lingkungannya menjadi lingkungan yang mendukung. Remaja juga harus bisa melakukan perkembangan kepada konsep dirinya sendiri dengan cara memilih situasi dan orang didalamnya agar dapat membantu ia untuk mewujudkan tujuan tersebut. Cara yang pertama, jika remaja ingin menjadi orang yang lebih banyak berinteraksi atau ekstrover, maka remaja tersebut harus mencari lingkungan yang ssama seperti tujuannya. Bukan menyibukkan diri dengan cara menonton film dirumah. Lalu yang kedua remaja harus bisa mencari orang – orang yang dapat mendukung impiannya. Seorang remaja yang tumbuh dengan single parent tidak bisa dengan maksimal menemukan lingkungan tujuannya dirumah. Oleh sebab itu, ia memperluas relasi pertemanannya agar dapat merefleksikan penilaian yang positif yang akan meningkatkan konsep diri serta kemampuan remaja tersebut.

5. Kesimpulan

Kesimpulannya, seorang remaja harus dapat mengerti bahwa perubahan konsep diri untuk menjadi lebih baik yang ia alami tidak mungkin berjalan tanpa munculnya suatu hambatan. Baik single parent maupun remaja seharusnya bisa konsisten dan saling mendukung agar keduanya dapat mengembangkan konsep diri masing – masing. Proses pengasuhan serta interaksi dari orang terdekat maupun orang lain dapat membantu kita untuk membangun konsep diri. Proses komunikasi yang berjalan juga tentu bisa membantu remaja untuk terus belajar dan mengambil perspektif sosial dari lingkungannya.

 

Sumber : 

Stewart, B. D. (2013). Komunikasi dan Perilaku Manusia (edisi 5). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Wood, J. T. (2012). Komunikasi Teori dan Praktik (Komunikasi dalam Kehidupan Kita). Jakarta: Salemba Humanika.

Wood, J. T. (2013). Komunikasi Interpersonal : Interaksi Keseharian (Edisi 6). Jakarta: Salemba Humanik

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya

CLOSE