Mengenal 6 Tipe Komunikasi Non Verbal yang Wajib Diterapkan Saat Presentasi

Cara Agar Presentasimu Efektif dan Berjalan Lancar

Presentasi merupakan kegiatan berbicara di depan publik sebagai bentuk komunikasi yang di dalamnya terdapat pemaparan suatu informasi, pendapat, ataupun topik kepada orang lain. Sebagai mahasiswa ataupun pekerja, rata-rata masih nervous ketika hendak melakukan suatu kegiatan presentasi, terlebih lagi jika audiensnya berskala besar. Terkadang, mereka juga tidak tahu cara presentasi yang baik, benar, dan menarik itu seperti apa. Maka dari itu selain hanya berbicara di depan publik sebagai terapan komunikasi verbal, mereka juga memerlukan komunikasi non verbal di dalamnya.

Komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata. Misalnya mengacu pada posisi atau gerakan tubuh, intonasi suara, hingga keheningan pun termasuk dalam komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal dapat dipersepsikan sebagai simbol yang lebih dipercaya. Sebagian besar manusia percaya bahwa komunikasi non verbal ini lebih reliable jika dibandingkan dengan komunikasi verbal, karena komunikasi non verbal ini merupakan tindakan yang mungkin dilakukan karena tidak sengaja ataupun dikontrol dengan sengaja.

Saat berjalannya presentasi, terdapat 6 tipe komunikasi non verbal yang wajib diterapkan agar audiens menganggap kalian sebagai pembawa materi yang dapat dipercaya serta memiliki wibawa. Tipe-tipe tersebut adalah kinesika, artefak, proxemics, chronemics, paralanguage, dan silence. Berikut ini adalah uraian dari masing-masing tipe komunikasi non verbal:

Advertisement

1. Kinesika: Posisi Tubuh Tegap dan Gerakan Tangan Saat Presentasi

Photo by fauxels from Pexels

Photo by fauxels from Pexels via https://www.pexels.com

Tipe komunikasi non verbal yang pertama yaitu kinesika, yang mengacu pada posisi tubuh dan gerakan tubuh, termasuk dari wajah. Posisi dan gerakan tubuh ini berpengaruh terhadap penilaian perasaan kita pada saat itu dengan jelas. Saat membawakan kegiatan presentasi, kita harus tegap agar lebih percaya diri. Selain itu,  memunculkan mimik wajah yang tegas untuk menandakan diri kamu sebagai presentator fokus terhadap jalannya presentasi, dan gerakan tanganmu saat presentasi agar membangun interaksi dengan audiens.

Menurut Prof. Psikologi Susan Goldin-Meadow (2004) gerakan tangan dapat berguna juga untuk membantu kita berpikir, mengekspresikan perasaan, dan untuk menekankan bahasa verbal Jika presentator melakukan kegiatan presentasi dengan cara membungkuk atau wajah yang datar, maka akan dipandang sebagai orang yang kurang percaya diri dan tidak fokus atas jalannya serangkaian presentasi

Advertisement

2. Artefak: Cara Berpakaian dan Aksesoris yang Diperlukan Saat Presentasi

Photo by Mikael Blomkvist from Pexels

Photo by Mikael Blomkvist from Pexels via https://www.pexels.com

Artefak merupakan tipe komunikasi non verbal selanjutnya yang memiliki definisi sebagai objek pribadi yang digunakan untuk mengumumkan identitas. Artefak ini dapat berupa avatar untuk melambangkan identitas dalam komunikasi online atau dalam cara berpakaian saat pertemuan tatap muka. Cara berpakaian dan penampilan presentator saat memberikan presentasi kepada audiens memiliki pandangan yang beragam, kembali lagi pada kegiatan yang diselenggarakan bersifat formal, non formal, atau semi formal.

Tentunya, saat kegiatan formal presentator harus menyesuaikan dengan menggunakan jas dipadukan dengan kemeja putih bersih. Pada saat kegiatan non formal tentunya dapat menggunakan kemeja atau kaus saja. Akan tetapi, pada intinya setiap pakaian yang dikenakan oleh presentator wajib sopan dan rapih.

Selain itu, pada artefak juga termasuk aksesoris yang dikenakan. Pada saat presentasi, hendaknya kita tidak mengenakan aksesoris yang berlebih karena menimbulkan gagal fokus untuk audiens mencerna informasi yang diberikan presentator. Cukup menggunakan jam tangan saja untuk pria, bagi wanita mengenakan anting dan kalung.

Advertisement

3. Proxemics: Jarak yang Ideal Saat Melakukan Presentasi

Photo by Anna Shvets from Pexels

Photo by Anna Shvets from Pexels via https://www.pexels.com

Proksemik mengacu kepada ruang dan bagaimana manusia menggunakannya yang termasuk dalam tipe komunikasi non verbal. Pada saat presentasi, alangkah lebih baik presentator mengetahui jumlah audiens yang tersedia saat kegiatan berlangsung. Hal ini dimaksudkan untuk seberapa dekat presentator berhubungan dengan audiens agar dapat mendapatkan momentum yang maksimal terkait penyampaian informasi yang diberikan.

Jika audiens berskala besar, tentunya jarak yang diperlukan pun harus jauh dan luas, begitupun dengan sebaliknya. Hal ini dilakukan agar kenyamanan antara presentator dan audiens tetap terjaga. Audiens dapat melihat presentator secara utuh dan presentator dapat melihat audiens secara menyeluruh. Bila presentator terlalu dekat dengan audiens yang begitu besar, maka presentator akan fokus kepada yang di dekatnya saja. Sementara audiens lainnya tidak mendapatkan tampilan presentator secara menyeluruh.

4. Chronemics: Persiapan dan Waktu yang Dibutuhkan Saat Presentasi

Photo by Ono Kosuki from Pexels

Photo by Ono Kosuki from Pexels via https://www.pexels.com

Chronemics merupakan tipe komunikasi non verbal yang memiliki definisi bagaimana kita memahami dan menggunakan waktu dalam menentukan interaksi dan identitas. Sebagai presentator, alangkah lebih baik jika datang ke dalam kegiatan yang diselenggarakan untuk hadir sebelum kegiatan tersebut dimulai.

Presentator dapat menyiapkan segala hal yang diperlukan saat presentasi agar tidak terjadinya kesalahan teknis. Presentator dapat melihat jalannya kegiatan tersebut dan kemungkinan dapat menghubungkan bentuk komunikasi dari rangkaian materi yang sebelumnya dibawakan.

Pada saat presentator melakukan presentasi, hendaknya memahami dan memanfaatkan penggunaan waktu yang tersedia untuk tidak memakan waktu yang berlebih agar audiens tidak bosan atas materi yang diberikan. Gunakan waktu seminim mungkin demi keefektifan presentasi dan sediakan presentasi yang to the point dan tidak bertele-tele untuk mempersingkat waktu.

5. Paralanguage: Volume, Intonasi, dan Kecepatan Berbicara Saat Presentasi

Photo by Sora Shimazaki from Pexels

Photo by Sora Shimazaki from Pexels via https://www.pexels.com

Paralanguage adalah komunikasi vokal. Akan tetapi tidak menggunakan kata-kata. Komunikasi paralanguage meluputi hembusan, napas, volume suara, pengucapan, kecepatan bicara, intonasi hingga aksen pada suara manusia. Suara manusia akan berpengaruh terhadap persepsi orang lain untuk melihat diri kita. Maka dari itu paralanguage termasuk pada tipe komunikasi non verbal.

Pada saat presentasi, hendaknya kita menggunakan volume berdasarkan kegiatan presentasi dilaksanakan. Jika kegiatan tersebut dilaksanakan di ruang tetutup, maka presentator harus menyesuaikan volumenya, tidak terlalu pelan tetapi tidak terlalu keras.

Jika dilakukan pada ruang terbuka, presentator harus membesarkan volume suaranya agar penyampaiannya dapat terdengar oleh audiens secara menyeluruh. Selain itu, volume yang pelan dapat digunakan untuk mengajak audiens lebih fokus dan memperhatikan terkait materi yang disampaikan. Sedangkan, untuk volume tinggi juga dapat digunakan saat memberikan materi yang bersemangat dan volume yang pelan.

Intonasi juga penting untuk dikontrol saat melakukan presentasi. Usahakan untuk tidak berbicara dengan intonasi monoton agar audiens tidak merasa bosan. Gunakanlah nada sehari-hari saat melakukan percakapan agar audiens merasa nyaman seperti diajak berkomunikasi terus menerus saat kegiatan berlangsung.

Kecepatan berbicara juga tidak kalah penting dalam membawakan presentasi. Presentator wajib memiliki skill yang baik untuk mengontrol cepat lambatnya dalam menyampaikan materi atau informasi.

Berbicara dengan cepat akan menimbulkan kesulitan bagi para audiens untuk menyerap materi yang diberikan. Berbicara dengan lambat akan membuat jenuh audiens. Maka dari itu, presentator harus menyesuaikan kecepatan berbicara nya dan berusaha untuk mengatur nafasnya dengan teratur. Lakukanlah penempatan berhenti yang tepat agar audiens tetap mengerti dengan baik akan materi yang diberikan.

6. Silence: Cara Menghindari Keheningan Saat Presentasi

Photo by RODNAE Productions from Pexels

Photo by RODNAE Productions from Pexels via https://www.pexels.com

Keheningan atau silence juga termasuk dalam tipe komunikasi non verbal. Sebagai seorang presentator, harus dapat menghindari keheningan saat melakukan presentasi, membuat penjelasan dan pembicaraan yang terus mengalir saat presentasi sedang berjalan.

Pada hal ini, presentator harus kreatif atas penyampaian materi secara keseluruhan dan buatlah presentasi yang interaktif. Misalnya dengan melibatkan audiens saat presentasi. Selain itu, presentator harus antusias fokus terhadap materi yang disajikan. Jika tidak, maka koneksi presentator dengan audiens akan hilang.

 

Pada kesimpulannya, penerapan komunikasi non verbal harus disertakan pada saat kita melakukan sesuatu. Seperti halnya presentasi, penerapan ini akan membawa keefektifan dan kenyamanan presentator dan audiens yang membawakan materi presentasi secara baik, menarik, dan lancar.

Presentator akan terlihat lebih berwibawa, memiliki pengetahuan luas, dan dapat dipercaya jika menggabungkan komunikasi non verbal dengan baik pada penempatannya. Komunikasi non verbal merupakan tipe komunikasi yang dapat presentator latih jika belum memiliki skill tersebut, dengan berlatih maka kedepannya akan membawakan penyampaian materi yang mudah diterima oleh audiens.

 

Referensi:

Wood, J. T. (2013). Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian (6th ed.). (R. D. Setiawan, Trans.) Jakarta: Salemba Humanika.

Wood, J. T. (2013). Komunikasi: Teori dan Praktik (Komunikasi dalam Kehidupan Kita) (6th ed.). (P. A. Idris, Trans.) Jakarta: Salemba Humanika.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya

CLOSE