Mengenal Apa itu Stunting yang Menjadi Fokus dalam Hari Gizi Nasional 2022

Stunting yang harus menjadi perhatian

Tanggal 25 Januari telah ditetapkan sebagai Hari Gizi Nasional. Setiap tahunnya, pemerintah menetapkan tema berbeda untuk memperingati HGN ini. Nah, untuk tahun 2022 sendiri, pemerintah mengusung tema Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas.

Memang, stunting dan obesitas ini sudah menjadi beban ganda masalah gizi di Indonesia. Sehingga pemerintah sedang gencar-gencarnya untuk mengatasi kedua masalah gizi tersebut. Banyak masyarakat yang sudah tidak asing lagi dengan yang namanya obesitas.

Namun, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui apa itu stunting. Padahal, kedua beban masalah gizi ini sama- sama penting untuk diketahui, lo SoHip. Buat yang belum tau, yuk langsung aja kita cari tahu apa itu stunting di bawah ini!

Advertisement

1. Sama seperti artinya, stunting merujuk pada anak yang memiliki tubuh pendek

Foto oleh Pixabay

Foto oleh Pixabay via http://www.pexels.com

Mengutip dari Kemkes.go.id, stunting adalah kondisi anak yang mengalami gagal tumbuh dikarenakan kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama sehingga anak tersebut memiliki tinggi badan dibawah rata-rata.

Bukan hanya pertumbuhan tubuh yang terhambat, anak stunting pun berpotensi mengalami keterlambatan perkembangan otak. Oleh karena itu, jika dibiarkan maka akan berdampak buruk baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Advertisement

2. Hati-hati keliru, anak yang pendek belum tentu stunting!

Foto oleh Anukaran Freeman dari Pexels

Foto oleh Anukaran Freeman dari Pexels via http://www.pexels.com

Hati-hati salah menilai, anak yang pendek belum tentu stunting! Banyak yang mengira bahwa anak bertumbuh pendek sudah pasti stunting, padahal tidak sama sekali.

Tinggi badan seseorang bisa dipengaruhi berbagai hal, salah satunya gen. Namun, untuk stunting sendiri faktor gen tidak terlalu mempengaruhi. Ingat bahwa faktor utama stunting adalah permasalahan gizi. Jadi, jangan sampai salah menilai ya!

3. 3 dari 10 anak Indonesia mengalami stunting

Advertisement
Foto oleh Artem Beliaikin dari Pexels

Foto oleh Artem Beliaikin dari Pexels via http://www.pexels.com

Berdasarkan data yang dihasilkan dari hasil survei Status Gizi Indonesia (SGI) tahun 2021 memperlihatkan bahwa 24,4 persen atau setara 1 dari 4 anak Indonesia mengalami stunting. Sedangkan batas prevalensi stunting yang ditetapkan WHO adalah 20 persen.

Hal tersebut menunjukkan bahwa angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi karena masih berada di atas batas prevalensi stunting yang telah ditetapkan WHO.

4. Stunting dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor

Foto oleh Jared Molen dari Pexels

Foto oleh Jared Molen dari Pexels via http://www.pexels.com

Ada banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan seorang anak terkena stunting, diantaranya yaitu kurangnya pengetahuan ibu tentang pola asuh yang baik, termasuk dalam pemberian makanan yang bergizi bagi anak.

Adanya penyakit penyerta serta infeksi yang berulang. penerapan sanitasi yang buruk, dan terbatasnya pelayanan kesehatan. Stunting tidak hanya terjadi kepada anak dari keluarga kelas menengah kebawah lo, SoHip.

Stunting bisa terjadi kepada siapa saja yang tidak memenuhi asupan gizi yang baik. Maka dari itu, sangat penting untuk mengetahui asupan gizi yang baik serta menerapkan pola hidup yang sehat, SoHip!

5. Dampak dari stunting pun bermacam-macam

Foto oleh Rebecca Zaal dari Pexels

Foto oleh Rebecca Zaal dari Pexels via http://www.pexels.com

Stunting memiliki berbagai dampak yang dapat merugikan, diantaranya yaitu terhambatnya perkembangan otak membuat anak stunting kesulitan untuk belajar dan berprestasi. Lalu anak stunting memiliki sistem imun tubuh yang lemah sehingga lebih mudah sakit.

Kemudian stunting dapat mengganggu proses pembakaran lemak sehingga dapat membuat lemak menumpuk dan memicu obesitas. Stunting apabila dibiarkan maka akan berdampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental serta berisiko memiliki penyakit kronis lainnya. Itulah dampak stunting yang dapat mempengaruhi kualitas SDM generasi masa depan Indonesia.

6. Penanganan stunting dimulai dari remaja putri sampai balita

Foto oleh Liliana Drew dari Pexels

Foto oleh Liliana Drew dari Pexels via http://www.pexels.com

Dalam upaya penanganan stunting, seperti yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, pemerintah menetapkan prevensi (pencegahan) dan intervensi (penanganan) stunting dengan kelompok sasaran dimulai dari remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak berusia 0-59 bulan. Salah satu pencegahan stunting yaitu dengan memberikan tablet tambah darah kepada remaja putri.

7. Stunting bisa dicegah melalui cara ini

Foto oleh samer daboul dari Pexels

Foto oleh samer daboul dari Pexels via http://www.pexels.com

Setelah mengetahui apa itu stunting, pastinya kita ingin untuk mencegahnya bukan? Untuk itu, lakukan hal-hal di bawah ini untuk mencegah stunting.

  • Menjauhi anemia dan kekurangan gizi
  • Menjauhi penyebab infeksi
  • Hidup sehat dan bersih dengan melakukan sanitasi yang baik
  • Memastikan asupan nutrisi baik selama kehamilan
  • Menerapkan pola asuh yang baik dan memenuhi asupan gizi anak
  • Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan bagi anak

Itulah hal-hal yang sekiranya dapat memberikan SoHip sekalian pengetahuan baru tentang stunting ini. Sebagai masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan punya peran masing-masing dalam pencegahan dan percepatan penurunan stunting.

Untuk itu, yuk lebih giat lagi membaca informasi-informasi yang berguna terkait gizi dan kesehatan serta kebersihan. Biasakan hidup sehat dan makan makanan bergizi, ya SoHip. Bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk generasi masa depan kita!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Just a jurnal of Dina's ordinary days. Stay be yourself, love yourself, and be kind to everyone!

CLOSE