Mengenal Hypnoparenting Untuk Ibu Milenial. Ternyata Mudah Diterapkan, Lho!

Ibu Adalah Sekolah Pertama Bagi Anak-Anaknya

Setiap orang tua pasti menginginkan proses pertumbuhan dan perkembangan anaknya optimal. Dalam proses perkembangan anak, perilaku dan kepribadian anak pun menjadi hal yang dianggap penting.

Saat ini dengan perkembangan informasi yang mudah untuk diakses siapapun dan dimanapun, banyak tersedia ragam pola asuh dan berbagai metode yang sangat baik.

Diantara ragam metode tersebut, terdapat salah sati metode yang sangat baik namun belum begitu populer di masyarakat Indonesia, yaitu Hypnoparenting.

Mungkin saja ada sebagian orang tua yang belum mengenal metode ini dan enggan menggunakannya karena menggunakan kata “Hypno“, kendati demikian ternyata penerapannya tidak sesulit namanya dan cukup efektif jika dilakukan dengan penuh kesungguhan.

Advertisement

1. Bukan Seperti Hipnotis Dalam Acara Televisi

Hipnotis Dalam Acara Televisi

Hipnotis Dalam Acara Televisi via http://tabloidbintang.com

Jika mendengar kata Hypno, mungkin sebagian dari kita terarahkan pada acara televisi yang menampilkan proses Hipnotis.

Dalam hitungan ketiga anda akan tertidur dan masuk ke dalam alam bawah sadar anda, semua perkataan saya akan menjadi perintah bagi anda. Satu… dua… tiga…”

Advertisement

Meskipun sama-sama mengandung kata Hypno yang merupakan singkatan dari Hipnosis, namun secara implementasinya sangat berbeda dengan kegiatan hipnosis untuk keperluan hiburan pada acara televisi.

Hipnosis sendiri adalah proses pemberian sugesti dan arahan kepada seseorang dengan tujuan tertentu. Dalam hal ini adalah untuk pembentukan pola perilaku dan kepribadian anak untuk perkembangannya secara psikologis.

2. Memberikan Afirmasi Positif Kepada Anak

Advertisement
Photo by Ketut Subiyanto from Pexels

Photo by Ketut Subiyanto from Pexels via https://www.pexels.com

Afirmasi positif adalah proses pemberian sugesti dan arahan kepada anak agar seorang anak meyakini bahwa apa yang mereka dengar dan ucapkan adalah suatu kebenaran mengenai dirinya.

Hal ini bisa kita lakukan kepada anak dengan memilih apa saja kepribadian dan perilaku yang kita inginkan kepada anak, sebagai contoh adalah :

“Aku adalah orang yang bersemangat.”
“Aku adalah anak yang pintar”

Hal ini kita ucapkan kepada anak dan meminta anak untuk mengulangi sendiri agar tertanam dalam pikirannya.

3. Menghindari Ucapan Yang Mengandung Kata Negatif Di Dalamnya

Photo by Ketut Subiyanto from Pexels

Photo by Ketut Subiyanto from Pexels via https://www.pexels.com

Seringkali sebagai orang tua “tanpa sengaja” menanamkan sugesti buruk kepada anak. Meskipun tujuannya baik, namun dengan pemberian kalimat atau pemilihan kata yang kurang sesuai, maka dampak yang akan diterima anak pun akan berbeda.

Hal-hal paling mendasar adalah menggunakan kata Tidak, Jangan, Dilarang dan kalimat-kalimat bermakna sejenis. Selain itu ada pula pemberian label kepada anak yang mengakibatkan anak menjadi meyakinin label atau cap yang diberikan oleh orang tua.

Pemilihan kalimat ini bisa kita rubah dari kalimat negatif menjadi kalimat himbauan positif.

Misalnya.

Jangan Lari Nanti Jatuh
Hal ini bertujuan baik yang lahir dari rasa cemas orang tua terhadap anak, namun dengan proses mencerna anak yang belum kompleks, maka hanya kata lari dan jatuh yang terserap olehnya.
Pada akhirnya anak akan tetap lari dan terjatuh.

Sebagai pengganti, bisa kita katakan “Jalan saja ya”.

Kamu Nakal Banget Sih, Ngelawan Orang Tua Terus!
Anak akan menerima cap nakal dari orang tua yang pada akhirnya diyakin kalau anak tersebut memang nakal, sebagai tambahannya anak pun diberikan sugesti “ngelawan orang tua”.

Kalimat pengganti yang dapat digunakan adalah :

“Kakak nurut ya sama Bunda, kan Kakak pintar”

4. Melakukan Di Waktu-waktu Tertentu

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels via https://www.pexels.com

Meskipun pemberian kalimat positif sangat dianjurkan di seluruh waktu, namun terdapat beberapa waktu efektif untuk menanamkan kalimat tersebut kepada anak.

1. Saat Pagi Hari Ketika Bangun Tidur

Saat otak anak masih segar dan siap menerima informasi, berikan kalimat-kalimat yang mengandung makna positif.
Selain mudah diserap, kalimat positif dipagi hari pun akan berdampak pada suasana hati anak sepanjang hari.

2. Saat Kebersamaan Intensif

Sadar atau tidak, Bunda pasti memiliki waktu intensif bersama anak. Seperti saat bermain bersama, memberikan makan, dan memandikan anak. Saat-saat tersebut dirasa sangat efektif karena anak hanya menerima informasi dari satu orang saja. Berbeda ketika sedang berada di kerumunan, saat berkumpul keluarga, atau saat-saat lain yang tidak efektif.

3. Saat menjelang tidur dan saat tidur

Jangan lupa saat akan menjelang tidur, berikan kalimat positif sebagai bentuk penutupan hari dan tetap berikan kalimat positif ketika anak sedang tidur.
Ketika tidur, otak tetap bekerja dan gelombang otak bisa dikatakan cukup rileks sehingga mampu menyerap hal-hal yang kita ucapkan.

5. Lakukan Secara Berulang dan Konsisten

Photo by Kampus Production from Pexels

Photo by Kampus Production from Pexels via https://www.pexels.com

Tidak ada satu orang pun yang langsung ahli dalam sekali coba, tidak ada siapapun yang langsung paham dalam sekali ucap.

Hal itu pun berlaku pada anak, apalagi dengan sistem kerja otak anak yang masih sederhana dan belum memiliki banyak pembendaharaan kata.

Lakukan terus pemberian sugesti dan arahan yang kita inginkan kepada anak dengan pengulangan dan konsisten sehingga semua hal tersebut tertanam dalam alam bawah sadar anak.
Hal ini berlaku seperti menghapal doa, pembelajaran bahasa, tata krama, dan hal-hal dasar kehidupan lain.

Jangan pernah lelah dan berhenti ya Bunda!

6. Berikan Contoh Melalui Perilaku Orang Tua

Photo by August de Richelieu from Pexels

Photo by August de Richelieu from Pexels via https://www.pexels.com

Anak adalah seorang peniru yang sempurna. Siapa yang pertama kali ditiru? Ya! Orang Tua!

Semua hal akan menjadi sia-sia sekalipun apa yang kita sugestikan dan arahkan kepada anak merupakan nilai positif jika semua percontohan yang dilakukan oleh orang tua tidak sejalan dengan ucapannya.

Anak lebih cepat meniru perilaku dari apa yang dilihat daripada yang didengarkan. Sehingga hal ini bisa menjadi bumerang bagi kita sebagai orang tua.

Mendidikan anak bukan hanya sekedar membentuk bagaimana anak nantinya, tapi sekaligus kita pun belajar memperbaiki diri. Jadi, jangan salahkan jika suatu hari anak menjadi pribadi yang egois, tempramen, sulit diatur, dan perilaku negatif lainnya selama kita masih menjadi figur yang kurang baik bagi anak.

Semua dikembalikan lagi kepada orang tua, kita semua yakin bahwa pilihan orang tua adalah yang terbaik bagi anak-anaknya kelak.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Define Your Own Success, Create Your Own Future.

CLOSE