Mengulik Fakta Menarik Soal Bergosip. Sering Dicap Negatif, Tapi Ternyata Banyak Manfaatnya Loh~

Siapa yang suka bergosip?

Hayooo ngaku, siapa yang suka bergosip? Baru sampai kantor, langsung bergosip. Belanja sayur bareng ibu-ibu komplek, berujung gosip. Video call bareng teman jauh, ujung-ujungnya bertukar gosip. Rasanya bergosip sudah menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari kita yah.

Tapi selama ini orang cenderung menganggap gosip sebagai aktivitas buruk. Alasannya ya karena beberapa gosip isinya kabar bohong, rumor jahat, atau bahkan fitnah tentang seseorang. Jadi nggak heran kalau banyak pepatah yang mengatakan kita lebih baik diam, daripada bergosip.

Tapi apa benar begitu? Artikel-artikel di internet sudah banyak yang membahas tentang fakta bergosip. Dan nyatanya, aktivitas yang dianggap buruk ini nggak selamanya berkonotasi negatif. Bahkan bergosip bisa memberikan manfaat untuk kita. Nggak percaya? Simak ulasannya berikut ini yuk.

Advertisement

1. Tak Selalu Negatif, Ini Loh Definisi Bergosip Versi Para Ahli

Photo by Drobotdean on Freepik

Photo by Drobotdean on Freepik via https://www.freepik.com

Berbeda dengan anggapan publik, sejumlah ahli psikologi justru mengungkapkan bahwa bergosip itu tak selamanya berkonotasi negatif. Pendapat-pendapat itu disampaikan oleh sejumlah ahli dalam artikel yang diterbitkan di website resmi majalah TimeSalah satunya adalah Megan Robbins, seorang asisten profesor psikologi di University of California, Amerika Serikat.

Menurutnya, bergosip bisa berupa aktivitas membicarakan orang yang nggak hadir saat itu. “Berbicara tentang orang yang tidak hadir. Itu adalah sesuatu yang sangat alami bagi kita,” kata Megan Robbins. Kemudian ada juga profesor psikologi di Georgia Gwinnett College sekaligus penulis buku “The Psychology of Language: An Integrated Approach”, David Ludden. Menurutnya, informasi dalam gosip bisa saja bersifat netral. “Ini belum tentu negatif. Itu bisa positif atau netral,” jelas David Ludden.

Advertisement

Pendapat David Ludden ini didukung fakta dari penelitian Megan Robbin bersama rekan-rekannya yang diterbitkan di jurnal Social Psychological and Personality Science pada tahun 2019. Penelitian itu menunjukkan bahwa 467 subjek penelitian menghabiskan rata-rata 52 menit sehari untuk bergosip dan tiga perempat dari gosip mereka sebenarnya netral.

Hanya 15 persen dari percakapan subjek di penelitian itu yang dianggap sebagai gosip negatif. Jadi, bisa disimpulkan bahwa benar memang orang-orang sering menghabiskan banyak waktu untuk berbicara tentang teman mereka. Tapi sering kali obrolan atau gosip-gosip itu tidak berbahaya.

2. Fakta Tentang Porsi Laki-Laki VS Perempuan dalam Bergosip

Photo by teksomolika on Freepik

Photo by teksomolika on Freepik via https://www.freepik.com

Selama ini perempuan dianggap lebih suka bergosip ketimbang laki-laki, iya nggak? Tapi faktanya, ya emang begitu haha. Eits, tapi bukan berarti laki-laki nggak pernah bergosip yah. Sebuah studi observasi di tahun 1993 menunjukkan bahwa laki-laki menghabiskan 55 persen waktu percakapan mereka untuk membahas topik yang sedang hangat alias bergosip. Sedangkan waktu yang dihabiskan perempuan adalah sebanyak 67 persen.

Advertisement

3. Kenapa Sih Orang Suka Bergosip?

Photo by Freepik on Freepik

Photo by Freepik on Freepik via https://www.freepik.com

Beberapa peneliti berpendapat bahwa kegiatan bergosip sudah dilakukan oleh nenek moyang kita. Pendapat serupa juga disampaikan oleh sejarawan Israel bernama Yuval Harari dalam bukunya yang sangat terkenal, “Sapiens: A Brief History of Human Kind”. Lalu, apa alasan orang suka bergosip?

Seorang psikolog evolusioner bernama Robin Dunbar melakukan penelitian untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dia membandingkan metode bergosip dengan cara-cara lain yang dilakukan oleh manusia untuk membangun ikatan dengan sesamanya. Dan hasilnya, bergosip menjadi salah satu sarana yang terbukti berhasil membangun ikatan dan mempertahankan populasi.

Kok bisa? Karena dengan bergosip, manusia bisa menyebarkan informasi berharga ke lingkungan sosial mereka. Misalnya saja, satu orang tahu tentang cara memasak nasi yang enak pada zaman dulu. Kemudian dia menyebarkan informasi itu ke sesamanya melalui gosip. Alhasil, banyak orang yang bisa memasak nasi dengan enak dan bisa bertahan hidup. Ingat yah, bergosip tak selamanya menyebarkan kabar buruk.

“Jika kita tidak terlibat dalam diskusi tentang masalah (sosial dan pribadi a.k.a bergosip) ini, kita tidak akan bisa mempertahankan jenis masyarakat yang sedang kita lakukan,” jelas Robin Dunbar dalam makalah penelitian yang diterbitkan tahun 2003 itu. “Gosip dalam arti luas memainkan sejumlah peran berbeda dalam mempertahankan kelompok yang berfungsi secara sosial dari waktu ke waktu.”

Robin Dunbar menambahkan bahwa bergosip bisa membantu kita mendapatkan berbagai informasi yang berguna dalam hidup. “Kita jauh lebih sosial (daripada pelopor evolusi kita). Jadi akan sangat membantu untuk mendapatkan informasi tentang seseorang (dari orang lain) ketika jaringan kita terlalu besar untuk kita amati sendiri,” tambahnya.

4. Nah Ini yang Terjadi di Otak Saat Kita Asyik Mendengar Gosip

Photo by Gustavo Fring on Pexels

Photo by Gustavo Fring on Pexels via https://www.pexels.com

Pada tahun 2015, ilmuwan melakukan studi kepada laki-laki dan perempuan terkait respons otak mereka saat mendengar gosip. Caranya, mereka akan didengarkan gosip positif dan negatif tentang diri mereka sendiri, sahabat, dan selebriti idola. Kemudian para ilmuwan akan mengamati pencitraan otak mereka saat mendengar gosip tersebut.

Hasilnya, otak orang yang mendengar gosip (baik dan buruk) tentang diri mereka sendiri dan gosip buruk secara umum menunjukkan aktivitas yang lebih banyak di bagian korteks prefrontal. Aktivitas ini menandakan subjek penelitian menanggapi gosip yang didengar dan wawasannya.

Menurut peneliti, ini berkaitan dengan keinginan manusia untuk dilihat secara positif oleh orang lain dan diterima secara sosial. Studi ini juga menemukan bahwa inti kaudatus (pusat penghargaan di otak) aktif saat subjek mendengar gosip negatif tentang selebriti idola. Ternyata mereka terkesan atau terhibur dengan skandal para selebriti.

Selain aktivitas otak, para peneliti juga melakukan survei tentang perasaan laki-laki dan perempuan yang dijadikan subjek penelitian. Hasilnya, mereka terbukti lebih bahagia saat mendengar gosip positif tentang diri sendiri. Sebaliknya, mereka akan kesal saat mendengar gosip negatif tentang diri mereka. Perasaan kesal ini lebih besar dibandingkan rasa kesal yang muncul saat mendengar gosip tentang orang lain.

5. Jangan Salah, Bergosip Bisa Memberikan Dampak Positif Loh

Photo by Ketut Subiyanto on Pexels

Photo by Ketut Subiyanto on Pexels via https://www.pexels.com

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bergosip terbukti membantu manusia untuk bertahan hidup. Selain itu, ada beberapa manfaat lain dari bergosip. Salah satunya, gosip terbukti bisa menenangkan tubuh kita. Ini dibuktikan dalam sebuah studi yang dilakukan oleh asisten profesor perilaku organisasi di University of Toronto’s Rotman School of Management bernama Matthew Feinberg pada tahun 2012.

Matthew Feinberg bersama tim mengamati detak jantung subjek penelitian mereka saat mendengar tentang perilaku anti-sosial atau ketidakadilan yang dialami orang lain. Kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan detak jantung saat mereka mulai menggosipkan perilaku tersebut.

Hasilnya, detak jantung subjek penelitian Matthew meningkat saat mendengar soal perilaku anti-sosial atau ketidakadilan yang dialami orang lain. Tapi perlahan detak jantung para subjek ini menurun saat mulai menggosipkan informasi yang mereka dengar. Matthew pun menyimpulkan bahwa bergosip membantu kita menenangkan tubuh.

Selain itu, bergosip juga bisa mencegah rasa kesepian. Hal itu diungkapkan oleh asisten profesor sosiologi di University of California, Amerika Serikat bernama Stacy Torres. Dalam studinya, Stacy Torres menemukan adanya kedekatan individu dalam aktivitas bergosip yang dilakukan oleh orang dewasa. Sehingga mereka nggak merasa kesepian karena menjadi dekat dengan orang lain lewat bergosip.

Sementara penelitian lain menyebutkan bahwa aktivitas bergosip bisa memfasilitasi ikatan antar manusia dan membangun kedekatan mereka, serta berfungsi sebagai bentuk hiburan. Bergosip juga bisa digunakan sebagai alat pengendali moral manusia. Hal ini diungkapkan oleh psikolog evolusioner, Robin Dunbar.

“Berfungsi untuk membuat orang tetap terkendali, secara moral,” ujar Robin Dunbar. Misalnya, jika ada seseorang yang menyontek maka orang itu akan menjadi bahan gosip di lingkungan sosialnya. Nah, ini bisa dijadikan peringatan agar orang lain tak meniru tindakan tersebut.

Jadi, teruslah berbicara. Kalau percakapan kalian mulai berubah menjadi gosip, ingatlah bahwa ada hal-hal baik di dalamnya. Tapi ingat, kalau percakapan itu sudah mengarah ke gosip yang penuh omong kosong, nggak bermakna, atau bahkan fitnah, lebih baik berhenti. Ingat pesan Pythagoras, “Diam adalah lebih baik daripada mengucapkan kata-kata yang tanpa makna”.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

treat people with kindness

CLOSE