Meski Tidak Sesuai Standar Romantis Sosial Media, Bukan Berarti Kita Bukan Pasangan Bahagia

standar romantis pasangan

Tidak ada yang lebih mengkhawatirkan daripada memaksakan diri untuk berbahagia sesuai standar orang-orang di sekitar. Apa yang mereka inginkan dan apa-apa yang tidak ingin mereka lihat harus kita ikuti demi memiliki tempat di tengah-tengahnya. Apapun harus sesuai dengan apa kata mereka, bahkan perihal hubungan pun kita harus menyamakan diri dengan pandangan dan kebiasaan mereka jika ingin agar diterima menjadi bagian dari mereka. Apalagi di zaman yang serba modern seperti sekarang ini, media sosial sebagai wadah komunikasi online juga turut serta membentuk sebuah standar tersendiri bagi para penggunanya. Mulai dari pola hidup seperti makanan apa yang sedang nge-hits hingga style pakaian apa yang sedang digandrungi.

Yang lebih memprihatinkan lagi, disadari atau tidak, kini muncul dan berkembangnya standar gaya hubungan, entah itu hubungan antaranggota keluarga, teman, hingga hubungan antara sepasang kekasih. Melalui unggahan, mereka berlomba untuk ikut serta menyuarakan dan mengagungkan betapa trennya standar hubungan yang sedang mereka jalani. Namun terlepas dari itu, kami sebagai pasangan kekasih tidak terlalu memusingkan hal yang satu ini. Sebab romantis hanyalah bagaimana orang lain memandang, tapi kenyamanan hanyalah ksmi sendiri yang merasakan. Kini kukatakan bahwa tidak melulu mengikuti tren bukanlah keputusan buruk. Sebab standar sosial media bukanlah penentu kebahagian di dunia nyata.

Advertisement

1. Kami adalah satu kesatuan yang tidak serta merta mengikuti tren yang berkembang. Ikut ini-itu terlalu membuat capek diri sendiri

Photo by Gustavo Fring on pexels.com

Photo by Gustavo Fring on pexels.com via https://www.pexels.com

Ketika seseorang terlalu memikirkan pendapat sekitar saat itu pula ia menjadi orang yang tidak percaya akan apa yang dimilikinya. Begitupun juga bagi kita yang terikat dalam hubungan sepasang kekasih, bahwa terlalu mengikutsertakan omongan orang dalam menjalani hubungan kami malah akan membuat kami kehilangan makna kebersamaan kami itu sendiri. Karena itulah kami berpikir bahwa menjadi diri sendiri adalah senyaman-nyamannya dalam menjalani hidup.

Bukan tidak ingin mengikuti apa yang sedang menjadi tren populer, melainkan kami tahu mana yang sepatutnya dituruti dan mana yang sepatutnya diabaikan. Musim kemaren lagi trendnya itu, musim sekarang lagi trennya ini. Terlalu mengikuti ini-itu malah membuat kewalahan dan akhirnya kami lelah sendirian. Itulah mengapa menjalani hubungan kekasih versi kami berdua adalah sebahagianya sebuah ikatan.

Advertisement

2. Bukan ketinggalan zaman, tapi kami tahu persis apa yang menjadi kebutuhan. Bukan sebatas keinginan semata

Photo by fauxels on pexels.com

Photo by fauxels on pexels.com via https://www.pexels.com

Kesamaan dalam berprinsip membuat kami berdua sama-sama setuju dalam memaknai kebutuhan dan keinginan. Hidup di tengah-tengah gemerlapnya teknologi modern tidak membuat kami ketinggalan satupun setiap perkembangan-perkembangan baru yang bermunculan. Kami juga tahu bagaimana penggunaan sosial media sebagai alat komunikasi dalam dunia maya, kami juga tahu tagar apa yang trending hari ini atau berita apa yang sedang memanas kali ini. Tapi di luar itu bukan berarti kami harus ikut terjun aktif ke dalamnya, ikut menyuarakan hal-hal yang sedang dipopulerkan atau semacamnya.

Satu dua kali mungkin kami akan ikut serta, namun tidak seluruhnya kami iyakan bersama. Memposting setiap kabar terkini terkait hubungan kita bukanlah prioritas. Entah sekadar hanya untuk memberi tahu teman sesama pengguna media sosial atau lebih dari itu yakni sebagai ajang pencitraan pun, bukanlah kebutuhan kami.

3. Saat yang lain menunjukkan romantisasi media, kita terlalu sibuk menikmati kebersamaan di dunia nyata

Advertisement
Photo by Andrea Piacquadio on pexels.com

Photo by Andrea Piacquadio on pexels.com via https://www.pexels.com

Dengan melihat sebuah postingan, kita akan tahu bagaimana kabar si pemilik akun. Lewat status-status yang dipajang yang kemudian memenuhi kolom beranda, membuat kita akan dengan mudahnya tahu apakah sekarang mereka sedang sedih atau bahagia. Bagi kami, terlalu sering membuka akun dan aktif menggunakan media sosial sama saja membuang waktu berharga di dunia nyata. Sesekali memang perlu membuat unggahan, tapi bukan menjadi rutinitas yang malah akan membuat kami jadi kecanduan untuk terus berbagi kabar. Melalui postingan yang berlalu lalang, membuat kami mau tak mau melihat apa-apa yang sedang populer dibagikan.

Banyak sekali postingan yang menunjukkan betapa romantisnya hubungan yang mereka jalani. Setelah menjadi rutinitas dan kebiasaan, postingan semacam itu akan berubah menjadi standar, sebagai tolak ukur bagaimana seharusnya sebuah hubungan pasangan kekasih itu berjalan. Saat melihat hal-hal seperti itu, tidaklah serta merta membuat kami tertarik untuk mengikuti. Memang berbagi sesuatu yang indah dan nampak ideal tentu membuat seseorang ingin melakukan hal yang serupa, namun sayangnya itu tidak berlaku untuk kami. Waktu-waktu kebersamaan kami terlanjur kami habiskan bersama dengan saling berkomunikasi. Mungkin karena terlalu menikmati kebersamaan saat bertemu membuat kami tidak tertarik untuk ikut serta dalam menunjukkan romansa di dunia maya.

4. Bukan pula karena tak bisa seperti mereka. Sekali lagi ini hanya perkara prinsip kami yang mengutamakan privasi

Photo by cottonbro on pexels.com

Photo by cottonbro on pexels.com via https://www.pexels.com

Bukan ingin mengatakan bahwa mereka yang terlalu menunjukkan diri lewat media sosial tidaklah berprinsip karena terlalu mengikuti ini-itu yang tengah berkembang. Sekali lagi ini hanyalah perkara prinsip kami berdua yang memang kebetulan berbeda. Kami memiliki makna sendiri dalam mengartikan media sosial dan dengan makna tersebut kami pun menggunakannya juga tak jauh-jauh dari bagaimana kami memandang keberadaan media sosial tersebut.

Setiap orang memiliki caranya sendiri dalam mengekspresikan diri. Ada yang menganggap bahwa dengan memposting rutinitas sehari-hari sebagai upaya memotivasi diri mereka sendiri. Ada yang mengaggap bahwa dengan memposting keromantisan hubungan mereka sebagai ajang menunjukkan kepada khalayak ramai bahwa mereka adalah pasangan romantis nan bahagia. Banyak alasan-alasan lain yang membuat setiap orang menggunakan media sosialnya sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.

Begitupun juga kami yang menganggap bahwa kondisi hubungan kami adalah kabar privasi yang tidak semua orang perlu untuk mengetahui. Entah sedang dalam bahagia atau sedang bertengkar, media sosial bukanlah tempat kami untuk mencurahkan segala kondisi. Dengan begitu kami bisa menjaga mana yang masuk kategori privasi dan mana yang memang seperlunya untuk dipublikasikan.

5. Jarangnya kami berbagi momen romansa bukan berarti kami sedang tak bahagia. Hanya saja kami punya cara tersendiri untuk saling menunjukkan rasa sayang dan cinta~

Photo by Helena Lopes on pexels.com

Photo by Helena Lopes on pexels.com via https://www.pexels.com

Minimnya intensitas kami menggunakan media sosial sebagai tempat berbagi momen kebersamaan sebagai pasangan membuat kami tak jarang mendapati pertanyaan dari beberapa teman. Entah tersampaikan atau tidak, mereka pasti satu dua kali menanyakan perihal mengapa kami jarang memposting kebersamaan. Bukan untuk menutup diri dari sekitar atau bukan karena kami tak memiliki momen kebersamaan yang seharusnya dibagikan. Hanya saja kami memiliki cara sendiri dalam menjalani hubungan selayaknya sepasang kekasih. Hanya saja kami tidak terlalu menjadikan media sosial sebagai ajang untuk menunjukkan seberapa bahagianya kami dalam menjalani hubungan.

Selain itu, orang-orang di sekitar kami pasti mengerti alasan mengapa kami jarang menggunggah postingan diri. Toh, tanpa melihat melalui sebuah postingan di sosial media, mereka akan tahu dengan sendiri bagaimana kehidupan kami sehari-hari.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Abadi meski berlalu.

CLOSE