Dear Millenials, 5 Alasan Mengapa Kamu Harus Berhenti Bangga dengan Hustle Culture

Millenial dan budaya gila kerja

“I’ve got a dream worth more than my sleep.”

“Don’t stop when you’re tired. Stop when you’re done.”

“Good things come to those who hustle.” 

 

Kamu mungkin pernah mendengar atau membaca beberapa kutipan diatas. Seringkali, kamu juga melihat Instastory temanmu yang memperlihatkan pekerjaan mereka yang full of deadlines, seharian meeting dengan klien bahkan lembur hingga berhari-hari. Faktanya, memang banyak generasi millenial sangat tertarik dengan budaya gila kerja ini. Mereka membanggakan tentang seberapa “sibuk” mereka.

Hustle culture atau budaya gila kerja adalah pola pikir yang menganggap bahwa seseorang harus bekerja terus menerus karena dengan bekerja keras mereka mengganggap bahwa mereka akan sukses. Sehingga mereka mencurahkan sebanyak mungkin waktu untuk bekerja keras.

Budaya ini mungkin terlihat sangat memotivasi dan inspiratif. Walaupun begitu, hustle culture ternyata memberikan dampak negatif terhadap diri kita. Hal-hal berikut yang perlu diketahui mengapa generasi millenial harus berhenti membanggakan hustle culture.

Advertisement

1. Dituntut untuk selalu menghasilkan

Photo by Campaign Creators

Photo by Campaign Creators via https://unsplash.com

Kamu dituntut terlatih untuk selalu aktif dan selalu menghasilkan ide demi ide yang dapat menunjang pekerjaanmu. Kamu seperti mesin yang harus terus menerus menghasilkan.

Dilansir dari Shondaland.com, April Wilson, Ketua Departemen Kedokteran Pencegahan di Loma Linda University Health California mengatakan bahwa hustle culture adalah tentang yang manusia lakukan dan cenderung berbahaya dalam banyak hal daripada menjadi manusia.

Advertisement

2. Bukan produktif yang didapat, tetapi membunuh produktivitas

Photo by Andrea Piacquadio

Photo by Andrea Piacquadio via https://www.pexels.com

Bekerja dimanapun dan kapanpun sudah jadi rutinitas. Hal ini mungkin menarik bagi sebagian orang. Tapi sebenarnya kamu semakin bingung apa yang ingin dicapai. 

Hustle culture menggaungkan bagaimana menyelesaikan tugas sebanyak mungkin dengan sedikit memperhatikan kualitas pekerjaan. Banyak pula penelitian yang menunjukkan bahwa bekerja dengan jam yang panjang dapat merusak produktivitas dan kreativitas terutama jangka panjang.

3. Prinsip: tidak ada waktu bersantai

Photo by Andrea Piacquadio

Photo by Andrea Piacquadio via https://www.pexels.com

Say no to cycling, reading favorite novel, gardening dan hal lainnya yang membuat kamu merasa senang. Padahal, melakukan hal yang disukai bisa dijadikan cara untuk relaksasi dan meningkatkan kepedulian terhadap diri sendiri. Nggak bisa dibayangkan kalo kamu terus menerus bekerja keras dan meninggalkan aktivitas atau hobi yang kamu suka.

Advertisement

4. Mengancam kesehatan fisik dan mental

Photo by Engin Akyurt

Photo by Engin Akyurt via https://www.pexels.com

“The less rest you have, the more your stress levels and health can spiral out of control”  – Stephanie Benjamin, Dokter Layanan Pengobatan Darurat di California (Dilansir dari shondaland.com)

Melakukan aktivitas lain selain bekerja seringkali dianggap membuang waktu. Kamu jadi sering melewatkan jam makan bahkan jam istirahatmu.

Dengan hustle culture ini, kamu menekan untuk terus menerus bekerja sehingga bisa mengakibatkan burnout dan stress. Hal itu dapat memicu kenaikan atau penurunan badan secara drastis, tekanan darah tinggi, dan kelelahan

Sejalan dengan pernyataan itu, penelitian dari Occupational Medicine, jam kerja yang panjang juga bisa menyebabkan masalah seperti meningkatnya risiko gangguan tidur dan gejala-gejala kekhawatiran dan depresi. Bahaya banget!

5. Mendorong rasa tidak pernah puas

Photo by energepic.com

Photo by energepic.com via https://www.pexels.com

Kamu sudah berusaha sangat keras, seperti sibuk bekerja, sibuk menghasilkan ide dan inovasi yang menunjang pekerjaanmu, tapi kamu merasa tidak melakukan apa-apa. Kamu sering menyalahkan diri sendiri karena kamu kurang keras berusaha. Padahal, seringkali hasilnya tidak terlihat langsung.

Tidak jarang juga kamu membandingkan pencapaian orang lain yang membuat dirimu insecure dan merasa kurang cukup dengan apa yang kamu lakukan selama ini. Alhasil, kamu memacu diri untuk lebih keras lagi untuk bekerja padahal kondisi tubuh tidak memungkinkan.

Bekerja keras untuk mencapai suatu kesuksesan atau mencapai mimpi yang diidamkan memang tidak salah. Tapi ketika kamu terus menerus bekerja keras tanpa tahu waktu tentu adalah hal yang salah.

Kamu tetap harus menyisihkan waktu bersantai dan menikmati hidup. Sesekali kamu boleh untuk tidak melakukan apa-apa dan hanya beristirahat, selama kamu bisa menyeimbangkan waktu antara apa yang perlu dan boleh dilakukan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Menulis untuk meninggalkan sedikit 'jejak'

CLOSE