#MimpiMasaMuda-Anemia: Sadrah Atau Kukuh Berjuang?

Kisah Nyata Pengidap Anemia: Wujudkan Impian 8 Tahun yang Tertunda!

Dalam perjuangan mewujudkan impian, sebagian orang harus menghadapi beragam masalah finansial seperti kekurangan dana untuk biaya pendidikan. Contoh kasus lain, sebagian orang mungkin harus mengenyam rasa kecewa karena tidak diterima di kampus impian disebabkan  kurangnya kompetensi yang dimiliki. Kekurangan dana dan kurangnya kompetensi dalam mewujudkan impian mungkin menjadi salah satu penghalang bagi mereka.

Bagaimana dengan aku? Berdasarkan pengalaman pribadiku, kurangnya sel darah merah sehat disertai kurangnya nutrisi penting bagi tubuh dapat menghalangi langkahku dalam mewujudkan impian. Aku harus memendam #MimpiMasaMuda bertahun-tahun lamanya karena belum mendapat restu dari Ibu. Kondisi kesehatan menjadi salah satu alasan mengapa aku belum mendapat restu dari Ibu saat itu. Daya tahan tubuhku yang lemah karena anemia membuatku rentan diserang penyakit.

Apakah aku sadrah begitu saja? Atau kah aku tetap kukuh berjuang mewujudkan impianku?

Ajang Kompetisi Menulis #HipweexNI kali ini memberikan kesempatan bagiku untuk berbagi kisah tentang anemia yang aku derita selama ini dan bagaimana proses perjuanganku mewujudkan #MimpiMasaMuda setelah mengidap anemia tersebut. Yuk, simak ceritanya!

Advertisement

1. Antara Hidup dan Mati Adalah Momen Pertama Saat Aku Berkenalan Dengan Anemia.

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels via https://www.pexels.com

Pertama kali aku mengalami anemia adalah ketika aku mengalami pendarahan yang begitu banyak saat dioperasi sehingga membutuhkan transfusi darah dengan segera. Waktu itu, aku masih duduk di bangku kelas 2 SMP. Di usia yang masih muda dan telah divonis menderita penyakit tumor jinak di salah satu bagian tubuhku adalah pengalaman hidup yang tidak akan aku lupakan. Aku pun diliputi perasaan sedih dan takut selama berhari-hari sebelum jadwal operasi tiba.

Salah satu saudaraku bercerita bagaimana kondisiku saat keluar dari ruang operasi. Wajahku begitu pucat, bibirku sudah tak lagi merah namun membiru. Kondisi pendarahan yang hebat membuatku harus menggunakan oksigen untuk melewati masa kritis setelah operasi.

Advertisement

Menurut dokter, sebenarnya aku masih harus menjalani prosedur operasi sekali lagi disebabkan tindakan operasi terpaksa harus dihentikan karena pendarahan tersebut. Namun pengalaman pahit itu membuatku enggan untuk dioperasi lagi hingga saat ini.

2. Duka Mengidap Anemia: Hidupku Setelah Operasi Mendadak Berubah.

Photo by Pixabay

Photo by Pixabay via https://www.pexels.com

Pendarahan hebat saat operasi membuat daya tahan tubuhku menurun drastis. Aku menjadi lebih mudah diserang penyakit lain. Saat masih dalam masa perawatan di rumah sakit, aku divonis mengidap penyakit malaria yang membuatku demam. Aku pun menjadi tidak nafsu makan sehingga makan pun harus dipaksa-paksa. Aku harus menggunakan kursi roda bila ingin jalan-jalan menghirup udara segar di luar kamar karena merasa sangat pusing dan lemas.

Aku adalah anak yang periang dan cukup aktif bergerak sejak kecil namun semenjak daya tahan tubuhku menurun setelah operasi, aku menjadi lebih pendiam dan tidak bisa seaktif kondisiku sebelumnya. Aku pun harus menghabiskan masa remaja dengan lebih banyak beristirahat di rumah dan mengonsumsi berbagai obat serta multivitamin.

Advertisement

3. Tentang Impian dan Pengidap Anemia: Sadrah Atau Kukuh Berjuang?

Photo by Julia M Cameron from Pexels

Photo by Julia M Cameron from Pexels via https://www.pexels.com

Ini adalah impianku saat duduk di bangku SMA: “Kuliah di luar daerah dan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi”. Entah kenapa, aku selalu menganggap bahwa seorang perempuan yang memiliki dua atau tiga gelar pendidikan adalah yang paling keren! Aku selalu bermimpi memiliki minimal dua gelar pendidikan.

Ketika tiba saatnya lulus dari SMA dan mendaftarkan diri di perguruan tinggi, impianku terpaksa harus disimpan jauh di dalam hati. Kenyataan bahwa ibuku tidak sanggup membiayai biaya perkuliahan di luar daerah membuat hatiku saat itu begitu hancur. Alasan lainnya adalah kondisi tubuhku yang sering sakit-sakitan setelah operasi membuat ibuku merasa sangat khawatir bila aku harus merantau jauh dari keluarga.

Butuh waktu yang cukup lama bagiku untuk menerima kenyataan pahit tersebut. Aku pun harus melanjutkan studi di daerahku, sebuah kota kecil yang manis yaitu Kota Ambon Manise.

Percaya atau tidak, tidak sehari pun aku melupakan impianku itu. Aku tidak ingin berhenti bermimpi karena aku percaya tentang kutipan yang mengatakan: 'if you can dream it, you can achieve it'.

Aku memilih untuk tetap berjuang memanfaatkan waktu yang ada untuk mempersiapkan diriku mewujudkan impianku kelak.

4. Waktu Tuhan Adalah yang Terbaik: Impian 8 Tahun yang Tertunda Akhirnya Terwujud!

Photo by Pixabay

Photo by Pixabay via https://www.pexels.com

Butuh waktu 8 tahun dengan perjalanan hidup seperti roller coaster untuk bisa mewujudkan #MimpiMasaMuda yang tertunda. Namun dibalik semua suka dan duka yang harus aku lewati, waktu Tuhan adalah yang terbaik.

Tahun 2015, aku berhasil diterima bersyarat di salah satu kampus terbaik di Indonesia yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Tidak selalu mulus, aku harus lulus di Program Matrikulasi selama 1 semester untuk bisa diterima secara resmi. Atas pertolongan Tuhan, tanggal 16 Februari 2016 aku resmi menjadi mahasiswi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM pada Program Magister Sains dan Manajemen dan lulus di tahun 2018.

5. Tentang Tesis dan Anemia: Disuasi atau Pengingat Lalai yang Baik?

Photo by Polina Tankilevitch from Pexels

Photo by Polina Tankilevitch from Pexels via https://www.pexels.com

Salah satu tahapan terberat bagiku dalam menyelesaikan studi S2 adalah tahap penelitian tesis. Pasalnya, aku merasa bahwa 12 jam sehari tidaklah cukup bagiku. Pagi hari jam 7, aku sudah harus bangun dan bersiap-siap untuk berburu kursi di Perpustakaan pusat dan baru akan pulang ke kost sekitar jam 7 malam. Selama beberapa bulan, Perpustakaan menjadi rumah ketiga bagiku saat itu.

Tahun 2017 ketika libur lebaran tiba, semua penghuni kost hingga penjaga kost pulang ke kampung halaman meninggalkan aku sendirian. ‘Sedih, ya?’ ‘Iya, sedih banget’. Kost Kenari di Jl. Kaliurang Km 4,5 Yogyakarta menjadi saksi bagaimana aku berjuang menghadapi anemia sendirian tanpa seorang pun merawatku.

Asupan gizi yang kurang, waktu tidur yang sedikit karena sering begadang, bahkan sering terlambat makan membuat tekanan darahku menurun drastis menjadi 80/60. Hasil pemeriksaan darah tersebut aku peroleh dari Apotek di dekat kost. Ya, anemia kembali menyapaku. Aku kembali merasa sangat pusing persis ketika setelah operasi dulu. Mataku sulit untuk dibuka sehingga aku harus terus berbaring di tempat tidurku.

Ketika aku merasa agak kuat untuk bangun, aku berusaha memenuhi asupan giziku dengan minum susu, makan ayam lalapan yang aku pesan secara daring, serta buah-buahan yang aku simpan di lemari es. Setelah makan, aku menaikkan dosis multivitamin dengan menelan dua butir sekaligus. Hal ini aku lakukan setelah membaca instruksi penggunaan bahwa dosis vitamin bisa dinaikkan dalam kondisi tertentu.

Pikirku, belum saatnya aku mati sendirian disini. Pikirku, aku tidak akan membiarkan anemia menghalangi jalanku untuk mewujudkan impianku untuk kedua kalinya.

Bagiku, anemia bukanlah sebuah disuasi tapi pengingat lalai yang baik. Pengingat bahwa aku harus lebih perhatian pada tubuh fisikku dengan memperhatikan nutrisi serta asupan gizi yang baik bagi tubuhku.

6. Sebuah Tips Bagi Pengidap Anemia Berdasarkan Pengalaman Pribadiku.

Photo by Cats Coming from Pexels

Photo by Cats Coming from Pexels via https://www.pexels.com

Aku adalah pecinta teh. Aku mengonsumsi teh setiap hari, pagi dan sore. Tips bagi pengidap anemia, jangan pernah makan sambil minum teh. Ibarat membuang garam ke laut, usaha pemenuhan nutrisi akan sia-sia. Dalam berbagai sumber bacaan dikatakan bahwa minum teh sambil makan dapat menghambat penyerapan zat besi serta mengurangi nutrisi baik dalam makanan yang kamu makan saat itu. Jadi, pastikan kamu minum teh 1-2 jam sebelum/setelah kamu makan.

Dari semua jenis makanan, aku sangat menyukai Coto Makassar. Ternyata, Coto Makassar sangat bermanfaat bagi pengidap anemia. Berbagai bumbu yang digunakan dalam Coto Makassar diyakini mengandung banyak nutrisi baik bagi tubuh. Berdasarkan pengalaman pribadiku, tekanan darahku meningkat dan kembali normal setelah mengonsumsi Coto Makassar secara rutin.

Demikian kisah perjuanganku mewujudkan mimpi sebagai pengidap anemia. Semoga kisah ini dapat menginspirasimu untuk lebih sadar gizi dan nutrisi serta peduli kesehatan yah. Yuk, #SehatSamaSama ! Kalau aku bisa, tentu kamu pun bisa!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

・Content Writer ・A Dreamer

CLOSE