Resep 6M Wujudkan #MimpiMasaMuda Menjadi Relawan

Bagaimana mengatasi terjalnya jalan menjadi seorang relawan

Menjadi seorang relawan itu kadang susah, namun tak jarang pula terasa cukup mudah. Ada orang yang menjadi relawan karena suka, mencoba atau justru tergerak karena rasa. Rasa untuk membantu sesama bukan karena alasan ini itu melainkan lebih ke arah “panggilan” jiwa.

“Menjadi relawan kadang juga bisa jadi candu. Selalu merasa rindu melihat senyuman itu. Senyuman mereka yang butuh uluran tangan untuk dibantu.”

Pasti rekan-rekan relawan fahan banget rasanya kecanduan yang satu ini? ya kan?

Dan bagi teman-teman yang mempunyai mimpi menjadi seorang relawan untuk memaksimalkan masa muda, saya sangat paham bahwa jalan untuk mewujudkan mimpi tersebut tidaklah mudah. Ada cukup banyak alasan bagi seseorang untuk berpikir panjang sebelum memutuskan menjadi relawan. Mulai dari waktu, kesempatan, tenaga hingga yang paling vital masalah uang.  

“Masih muda jadi relawan? nanti nikah, anak istri mau dikasih makan apa? “

Pertanyaan yang sangat wajar dan rasional. Namun bukan berarti menjadi relawan di masa muda hanyalah angan teman. Karena seperti 2 sisi mata uang, percaya deh, menjadi relawan juga menawarkan jutaan kesempatan yang sayang untuk dilewatkan. Dan pada tulisan ini, saya ingin membagi sedikit kisah serta pengalaman tentang resep 6 M bagaimana mewujudkan #MimpiMasaMuda menjadi seorang relawan.

Advertisement

1. Merasa – Memantapkan Niat dan Tujuan

Photo by Matheus Viana on Pexels

Photo by Matheus Viana on Pexels via https://www.pexels.com

Sebelum menjalani sesuatu, niat selalu menjadi hal penting yang harus dipersiapkan. Demikian juga ketika ingin menjadi relawan. Awalnya kita harus bisa “merasa”. Merasakan kenyataan yang ada di sekitar kita, bukan hanya tentang hal baik namun juga hal buruk yang mungkin terjadi pada orang lain. Karena laksana roda, membantu dan dibantu adalah dua hal yang pasti terjadi dalam hidup kita.

Cara yang paling sederhana, tentu setiap dari kita pernah merasakan simpati ketika melihat orang lain dalam kesusahan. Dan untuk menjadi relawan kita harus meningkatkan simpati kita menjadi empati positif agar niat kita untuk membantu semakin kuat.

Advertisement

“Namanya saja relawan, bukan hanya rela berkawan atau rela memberi bantuan, namun ada kalanya juga harus rela bertaruh keselamatan tanpa mikir cuan.”

Kalau untuk saya sendiri, mungkin alasan menjadi relawan sangat klise. Pada waktu kecil, saya pernah punya teman, teman sebangku yang pada akhirnya tidak bisa melanjutkan pendidikan dikarenakan masalah biaya. Meski sangat ingin membantu, namun ada daya saya waktu itu.

Merasa sedih dan kecewa pada diri sendiri, yang pasti seiring berjalannya waktu saya mencoba untuk menebus apa yang tidak mampu saya lakukan pada waktu itu. Dan itulah awal mula saya memilih menjadi seorang relawan terutama di bidang sosial dan pendidikan.

Advertisement

2. Membaca – Melihat Dari Sudut Pandang Berbeda

Photo by Andrea Piacquadio on Pexels

Photo by Andrea Piacquadio on Pexels via https://www.pexels.com

Seperti yang sudah di singgung sebelumnya, menjadi relawan di usia muda bukanlah hal yang umum dijadikan cita-cita. Bukan karena relawan itu profesi yang buruk, namun lebih ke arah tuntutan kehidupan yang tak sejalan dengan fitrah para “tenaga nirlaba”.

Belum lagi masalah bagaimana meyakinkan orang terdekat agar memberikan izin dan restu, karena menjadi relawan tak jarang juga mempertaruhkan keselamatan. Kekawatiran orang tua dan keluarga adalah tantangan yang harus dihadapi.

Nah kuncinya adalah dengan mampu membaca keadaan. Kita tidak boleh egois hanya mengedepankan keinginan tanpa melihat kenyataan. Jika orang tua khawatir, ada baiknya kita mempertimbangkan apakah program relawan yang akan kita ikuti memang sebegitu membahayakan.

Namun jika tidak, kita harus bisa meyakinkan orang terdekat dengan cara berikan pandangan dan kenyataan bahwa yang membutuhkan bantuan bukan hanya mereka para korban atau yang sedang dalam kondisi kekurangan, namun mungkin suatu saat kita juga bisa berada dalam posisi membutuhkan bantuan. Intinya sampaikan dengan santun, jelaskan dengan kenyataan dan hindari konflik.

3. Membagi – Menyelesaikan Masalah Keuangan Pribadi

Photo by Karolina Grabowska on Pexels

Photo by Karolina Grabowska on Pexels via https://www.pexels.com

Permasalahan kedua yang mungkin lebih rumit adalah ketika berbicara tentang uang. Dari pengalaman saya sendiri, tipsnya adalah membagi fokus. Disamping kegiatan relawan, kita juga wajib pintar melihat peluang. Saya sendiri, untuk hidup selain penghasilan dari istri yang bekerja, saya juga menjadi penulis lepas yang tidak hanya memberi pemasukan rutin namun juga kebebasan waktu kerja.

Untuk teman-teman yang masih muda, potensi untuk mengembangkan diri lewat profesi di bidang kreatif juga sangat terbuka. Sebagai contoh, ada teman relawan juga menjadi content creator. Hasilnya tak main-main juga lo. Atau ada juga yang berprofesi sebagai fotografer lepas atau berjualan secara online. Semua tinggal disesuaikan dengan minat serta bakat. Dan yang menarik terkadang pekerjaan relawan itulah yang membuka kesempatan untuk mengembangkan diri atau mencari inspirasi.

4. Mencoba – Berani Menjajal Pengalaman Baru

Photo by Lagos Food Bank on Pexels

Photo by Lagos Food Bank on Pexels via https://www.pexels.com

Memasuki tahap yang lebih dalam, untuk siap menjadi seorang relawan kita juga harus berani untuk mencoba. Mencoba tantangan baru juga bisa memberi gambaran pada kita bahwa sosok relawan sangatlah dibutuhkan. Ada banyak sekali permasalahan di luar sana dan mereka yang menunggu uluran tangan kita.

Untuk saya, salah satu pengalaman yang sangat berkesan adalah ketika mengikuti program pemberdayaan di salah satu desa tertinggal yang ada di Kabupaten Jombang, Jawa Timur beberapa tahun lalu.

Di dusun bernama Mendira tersebut, ada seorang pemerhati pangan dan kami mencoba untuk membantu lewat pemberdayaan gizi dengan pemanfaatan tanaman pangan liar. Di dusun tersebut banyak anak yang mengalami stunting atau keterlambatan pertumbuhan serta malnutrisi. Hal ini sangat kontras dan kenyataan bahwa alam hutan di sekitar tempat tinggal mereka menyimpan kekayaan hayati yang begitu luas. Dari situ perlahan membuka hati dan wawasan saya lebih luas lagi untuk mencoba hal baru dalam upaya ke-relawan-an. 

5. Mengenal – Membangun Jaringan Untuk Berkembang

Photo by Andrea Piacquadio on Pexels

Photo by Andrea Piacquadio on Pexels via https://www.pexels.com

Sebagai relawan atau yang ingin menjadi relawan, membangun jaringan juga tak kalah penting. Dengan menambah relasi baik dari kenalan kawan seprofesi atau pihak pemerintah serta swasta, kita bisa membuka kesempatan yang lebih luas untuk membantu sesama. Karena ada kalanya, dengan mengenal kita bisa mendapatkan bantuan sumber dana atau sumber daya baru dalam upaya relawan kita.

Sebagai contohnya, keberhasilan program perbaikan gizi di Dusun Mendira juga didukung oleh 2 tenaga kesehatan yang saya kenal dalam sebuah kesempatan lain. Yang menarik, tenaga kesehatan tersebut memberikan sumbangsih luar biasa lewat ilmu serta bantuan medis suplementasi tablet tambah darah untuk mengatasi masalah anemia yang banyak terjadi di dusun tersebut.

Jaringan perkenalan tersebut juga membawa saya untuk mengenal program yang pernah mereka ikuti yakni Micronutrient Supplementation for Reducing Mortality and Morbidity (MITRA) yang diprakarsai oleh Nutrition International.

Berkaca pada data prevalensi angka stunting yang sangat tinggi di indonesia yakni mencapai 27,7 persen dan masalah malnutrisi lain, Nutrition International mencoba untuk membantu pemerintah menyelesaikan permasalahan gizi berskala nasional ini lewat berbagai program seperti pelatihan tenaga kesehatan serta bantuan suplementasi. Lagi-lagi koneksi seperti ini mungkin akan sangat membantu kita di kemudian hari.

“Ketika pada kenyataannya upaya perbaikan gizi nasional sudah menyentuh masa depan generasi penerus kita, tentu kita sebagai relawan harus siap menjadi garda terdepan dengan berbagai peran kita masing-masing.”

6. Meneruskan – Karena Sebuah Mimpi Tidak Akan Pernah Mati

Photo by hitesh choudhary on Pexels

Photo by hitesh choudhary on Pexels via https://www.pexels.com

Saya sangat percaya bahwa sebuah mimpi itu tidak akan mati. Meskipun ketika sudah tercapai, mimpi itu akan terlahir kembali dalam bentuk atau tujuan yang berbeda. Demikian juga dengan mimpi menjadi seorang relawan di usia muda yang saya miliki.

Sebuah pengalaman sederhana tapi bermakna, ketika mendengar anak-anak di dusun Mendira atau tempat lain berkata bahwa mereka juga ingin menjadi tenaga kesehatan, guru atau profesi lain karena termotivasi oleh para relawan yang datang membantu. Mereka ingin melepas status ketertinggalan yang disematkan dan mengubah masa depan.

Bagi seorang relawan, apa ini bisa disebut sebagai pencapaian? Benar atau tidak, namun percayalah bisa saya pastikan ini adalah sebuah kebahagiaan. Kebahagiaan yang bahkan sulit untuk ditemukan pada profesi manapun.

Jadi apakah kamu siap jadi relawan? 

#MimpiMasaMuda #SehatSamaSama #HipweexNI

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang penulis, pengamat dan penikmat.

CLOSE