Opini: Sistem Pendidikan Finlandia Lebih Cocok untuk Nobita Si Pemalas

Nobita itu pemalas kelas berat. Doyannya tidur siang, baca komik, dan ketawa-ketiwi di televisi.

Siapa sih yang enggak ngakak atau ngomong “Lagi-lagi” begitu lihat Nobita Nobi, karakter tesohor dari anime/manga kesayangan kita, Doraemon, bangun dari tidurnya dan berteriak-teriak, “Tidak! Tolong! Terlambat lagi!!”

Atau melihat Nobita memandang kertas ulangannya dengan mata nanar sambil membayangkan amukan ibunya, gara-gara dapat nilai 0 lagi.

Sebenarnya sih alasannya relatif, apalagi bagi yang baca komik maupun nonton Doraemon: Nobita itu pemalas kelas berat. Doyannya tidur siang, baca komik, dan ketawa-ketiwi di televisi. Dia super ogah memperbaiki kemalasannya, terutama dalam belajar.

Tapi begitu kita gali lebih dalam lagi, ternyata, sistem pendidikan di Jepang itu tidak kalah syerem lho. Mungkin lebih seram dari sistem pendidikan kita jaman sebelum Nadiem Makarim 'bersih-bersih' Kemendikbud.

Pasalnya. anak-anak di Jepang itu biasanya selalu pulang jam tiga sore, dan dikasih PR lumayan banyak dan rumit. Pulang sekolah, bagi yang punya duit seperti Dekisugi atau Kazama Toru dari anime/manga Crayon Shinchan, anak-anaknya pasti disuruh masuk les calistung tambahan, baik melalui les privat maupun ikut kursus seperti Sinotif. Dan, setiap kali ada liburan (kecuali libur kenaikan kelas setiap musim semi, biasanya jatuh di bulan Maret), pasti dikasih PR seabrek-abrek.

Sebelas-duabelas lah dengan kurikulum negara kita tahun 1998 dan 2004.

Sementara itu, di Finlandia, anak-anak seumuran Nobita senang banget belajar, terus keluyuran sampai sore, tidak perlu khawatir dengan PR maupun ulangan. 

Jika Nobita mengetahui sistem pendidikan Finlandia yang terbilang “santai”, dia pasti merengek-rengek minta Doraemon mengeluarkan “Kotak Seandainya”, minta keluarganya pindah ke Finlandia saat itu juga.

Tapi pertanyaannya, apakah sistem pendidikan Finlandia cocok untuk pemalas kesayangan kita ini?

1. PR ada, tapi…

Nobita itu paling males yang namanya bikin PR. Bayangin aja, duduk di depan meja, menulis angka-angka yang rumit-rumit… ya, sebelas dua belas deh dengan kita yang males banget dot kom kalau udah dikasih PR sama sekolahan.

Tapi PR itu, di tiap negara pasti ada. Lha wong Finlandia aja ternyata ada PR.

Rika Mellisa, blogger Punyanya Rika yang sekarang tinggal di Amrik gara-gara suami Finlandianya dimutasi, mengatakan bahwa dari kelas 1 SD, murid-murid sekolah sudah harus rutin mengerjakan PR.

Tapi bedanya, khusus hari Jumat atau menjelang hari libur, guru-guru wajib enggak kasih PR agar anak-anak bisa tenang dengan waktu bebas mereka.

Uniknya lagi, di Finlandia, guru dan murid pasti diskusi apakah mau PRnya banyak atau sedikit. Banyak maupun sedikit PR itu adalah hasil dari keinginan para murid. Apalagi anaknya Bu Erika dan teman-temannya kebetulan emang mau banyak PR.

Lebih enaknya lagi, PR-PR di Finlandia itu disesuaikan dengan kemampuan anak. Jadi, bagi Nobita yang rada-rada oon, PRnya pasti dibuat semudah mungkin oleh gurunya. (Kalau sampai sudah dibuat super duper gampang tapi Nobita masih ogah bikin PR ya itu udah kebangetan namanya…)

Di Jepang, PR mereka itu semuanya sama rata. Ga peduli apakah anaknya super bloon (kayak Yamada di Chibi Maruko Chan, yang begonya ga tertolong) maupun punya IQ 1550 alias pinternya kebangetan, semua harus mengerjakan PR yang sama, dan selalu banyak.

Apalagi, selama musim libur musim dingin dan libur musim panas, PR itu selalu ada, dan kadang bisa seabrek-abrek, kadang bisa sedikit.

Well, tergantung kelas sih… tapi biasanya di libur musim panas, jumlah PRnya itu layaknya tumpukan berkas kantor yang harus dibawa pulang dan diselesaikan di rumah, trus dikumpul besok paginya.

2. Waktu Istirahat yang banyak

Bagi Nobita yang sering banget tidur di kelas, ini adalah surga. Finlandia menerapkan sistem belajar yang setiap 5-10 menit sekali, siswa wajib istirahat.

Sistemnya seperti ini: Satu jam pelajaran adalah 45 menit dan tiap subjek biasanya berlangsung selama 2 jam pelajaran. Setiap 45 menit, siswa mendapat istirahat sejenak selama 5-10 menit.

Terus, setiap ganti subject, siswa diberikan waktu 15 menit, makan siang 30-40 menit, dan waktu bebas 30 menit. Di waktu bebas itu, biasanya mereka bisa pakai waktu itu untuk bermain. Bagi Nobita, waktu ini pasti ia pakai untuk tidur.

Kesimpulannya sih, jam belajar di dalam kelas lumayan pendek untuk murid-murid di Finlandia.

Biarpun anak-anak yang lebih besar sudah mulai memasuki jam sekolah yang panjang tapi ada banyak jeda untuk mereka istirahat sejenak.

Jam sekolah yang panjang tidak berarti melulu berkutat di dalam kelas.

-Rika Mellisa (seerika.wordpress.com)

Di Jepang, siswa-siswi hanya bisa istirahat ketika jam makan siang (inipun waktunya juga cukup panjang). Selebihnya belajar non-stop. Satu subjek yang berlangsung 2 jam dihajar terus tanpa istirahat.

Ya tidak heran banyak yang cepat bosan dan akhirnya tertidur di dalam kelas. Salah satunya, ya Nobita ini.

3. Ujian Harian (istilah keren Ulangan)

Ujian harian sih lumrah ada. Sudah standar banget. Tapi…

Di Finlandia, ada atau tidaknya ujian harian sih tergantung gurunya. Ada juga lho, guru yang ga kasih ujian sama sekali. Jadi, misalnya Nobita dapat guru yang ogah kasih ujian, maka enak banget lah si pemalas kecintaan kita ini, tinggal angkat kaki naik kelas tanpa hambatan (dengan catatan dia kelakuannya baik dan PRnya bagus-bagus semua!)

Di Jepang, biasanya tidak ada yang namanya ujian sampai kelas 4 SD. Setelah itu, pasti ada ujian harian, meskipun nggak sering-sering amat, tapi pasti ada, baik yang sudah diprogram maupun yang dadakan. Kalau si Nobita nggak belajar, ya jelas aja dia dapat nilai 0.

Ngomong-nomong, di komik Doraemon, ada Nobita yang sudah disuruh ikut ujian harian di sekolahnya ketika dia masih kelas 1 SD, lho!

Mungkin karena karangan Fujiko F Fujio ini kan diciptakan tahun 60an, waktu itu masih ada kurikulum di mana ujian-ujian harian untuk kelas 1 sampai 3 SD itu pasti ada.

4. Metode Belajar Bikinan Sendiri

Jika Nobita sekolah di Finlandia, ia akan dapat LKS biasanya dari sekolah, tapi Nobita tidak akan menemukan yang namanya buku teks.

Mengapa demikian?

Guru-guru di Finlandia bebas menentukan metode dan materi belajar, asal kurikulumnya tercapai di akhir semester.

Ini cukup merepotkan karena guru-guru di sana harus mempersiapkan banyak material pembelajaran untuk kegiatan belajar-mengajar, termasuk alat bantu untuk pelajaran Matematika (bagi anak-anak yang masih kecil), tidak sekedar buka buku ke halaman berapa terus hafalkan.

Tidak hanya itu saja. Mereka harus menyiapkan jutaan materi yang berbeda untuk murid-murid yang level pengetahuannya juga beda.

Maka tidak heran bahwa guru-guru di Finlandia ini harus seminimalnya punya gelar Master (S2) di bidang pendidikan. Di Jepang, guru-guru di sini seperti biasa belajar di universitas ataupun di junior college pilihan kementerian pendidikan. Tapi mereka akan diberikan sertifikat khusus di akhir pelatihan.

Bedanya, bagi yang ingin kerja jadi guru di SD, mereka akan dikasih sertifikat mengajar untuk semua mata pelajaran, sementara bagi yang ingin kerja jadi guru di SMP/SMA, mereka akan dikasih sertifikat mengajar untuk sata mata pelajaran

Sayangnya, cara guru-guru di Jepang mengajar kebanyakan mengikuti standar sekolah dengan dasar kurikulum yang sudah ditetapkan pemerintah, dan masih banyak juga yang menggunakan cara menghapal. Jadi yang pasti, buku teks itu pasti ada di sekolah-sekolah dan semuanya seragam.

5. Kenaikan Kelas dan Ujian Akhir

Soal kenaikan kelas, Jepang punya persyaratan khusus. Jika kehadiran siswa di tahun ajaran kurang dari 5% dan nilai ujian kebanyakan jelek, maka siswa tersebut harus mengulang kelas. Jadi, Nobita, meskipun datangnya telat, masih punya track record kehadiran lebih dari 5%, dan meskipun mayoritas nilainya 0, ada yang 30 hingga 100, sehingga Nobita masih bisa naik kelas.

Di Finlandia, kenaikan kelas itu sudah otomatis. Maka dari itu, Nobita bisa langsung naik kelas tanpa perhitungan masak-masak.

SD di Jepang maupun Finlandia kebetulan tidak menganut istilah Ujian Akhir Sekolah, sehingga mereka bisa masuk ke SMP tanpa hambatan. Tapi kalau mau masuk SMA, siswa di Jepang harus mengikuti ujian standar, yang soal-soalnya dibuat Badan Pendidikan Nasional.

Sementara di Finlandia, siswa hanya diberikan buku rapor saja untuk mendaftar sekolah lanjutan, baik itu SMA atau SMK.

6. Kesimpulan

Stand By Me

Stand By Me via https://www.google.com

Dari semua pertimbangan-pertimbangan di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem pendidikan di Finlandia cocok diterapkan bagi Nobi Nobita, si pemalas kesayangan masyarakat Jepang ini.

Bagaimana tidak? PR dimudahkan dan dibantu gurunya, naik kelas sudah otomatis, ulangan belum tentu, waktu mainnya banyak pula.

Tapi sistem pendidikan Finlandia ini, tanpa kita sadari, banyak manfaatnya lho bagi Nobita.

Sistem semacam ini membuat Nobita suka banget yang namanya belajar. Dia bisa berimajinasi tanpa batas, dapat nilai bagus, dan yang paling penting, membuat dia senang sekali bersekolah (Asalkan doi bisa bangun pagi…).

Bagi kamu yang baca atau nonton Doraemon, pasti ngeh ada cerita yang di mana Nobita memutuskan berhenti sekolah, sampai membuat surat formalitas. Nah, kalau sekolah di Finlandia, nggak ada tuh cerita begituan.

Apalagi dengan sistem pendidikan Finlandia ini, Doraemon ga perlu repot-repot menyuruh Nobita mengerjakan PR, dan ibunya Nobita ga perlu berubah menjadi nenek sihir, karena kalau sekolah di Finlandia, Nobita enggak bakal dapat nilai 0.

Menurut kalian bagaimana? Apakah Nobita cocok dengan sistem pendidikan di Finlandia?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini