Pelatihan Daring Semakin Menjamur, Bagaimana Cara Memilihnya?

Saat ini hampir seluruh hal bisa kita lakukan melalui jarak jauh atau daring (dalam jaringan), tidak terkecuali seminar dan pelatihan. Jika sebelumnya pelatihan dilakukan secara luring (luar jaringan) atau tatap muka, saat ini segalanya bisa diakses melalui gawai. Perkembangan yang sangat pesat ini menjadikan bermunculan wadah-wadah pelatihan baru yang kurang jelas asal-usulnya ikut meramaikan dunia pelatihan di Indonesia.
Sebelum terjerumus ke dalam pelatihan abal- abal kita perlu tahu apa saja yang harus diperhatikan sebelum mengikuti pelatihan. Karena masih banyak kok pelatihan yang kredibilitas di Indonesia.

Advertisement

1. Tampilan yang Mencurigakan?

Photo by Ron Lach from Pexels

Photo by Ron Lach from Pexels via https://www.pexels.com

Yang paling jelas terlihat di awal adalah tampilan desain promosi yang dilakukan oleh penyelenggara pelatihan. Secara awam pun seharusnya kita dapat membedakan tingkat profesionalitas dari sebuah penyelenggara pelatihan melalui tampilan media promosinya. Kita bisa membandingkan penyelenggara profesional sebut saja seperti Ruangguru, Pintaria, Skill Academy, hingga pelatihan dari Ketenagakerjaan Republik Indonesia. Penyelenggara tersebut memiliki tampilan media promosi yang terlihat profesional dan menarik bukan sekedar dibuat di handphone kan?
Selain itu pula, desain pun akan berpengaruh terhadap tampilan sertifikat yang diterima nantinya. Pihak perusahaan pasti akan meragukan dengan sertifikat yang memiliki tampilan asal tempel dengan desain yang tidak jelas.

2. Orangnya Kok Itu-Itu Aja?

Tim Sedang Berjabat Tangan

Tim Sedang Berjabat Tangan via http://pexels.com.k

Pernah suatu kali bahkan beberapa kali ditemukan terdapat sebuah pelatihan yang isinya satu orang untuk mengurusi segalanya. Mulai dari pendaftaran, pembayaran, bahkan hingga sebagai Pembicara atau Narasumbernya. Hal ini harus menjadi sebuah pertanyaan besar sebagai calon peserta pelatihan tersebut. Bagaimana bisa sebuah penyelenggara pelatihan menjadikan pembicara sebagai narahubung dan bahkan administrasi pembayaran? Atau memang sebenarnya penyelenggara pelatihan itu hanya orang tersebut?
Hal ini menunjukan bahwa penyelenggara bukanlah sebuah manajemen yang terbentuk secara profesional, melainkan hal personal yang ingin menyelenggarakan pelatihan namun dikemas seolah-olah diselenggarakan oleh sebuah lembaga.

Advertisement

3. Kejelasan Keilmuan Narasumber

Photo by Henri Mathieu-Saint-Laurent from Pexels

Photo by Henri Mathieu-Saint-Laurent from Pexels via https://www.pexels.com

Ada beberapa pelatihan yang sengaja menyembunyikan narasumber dengan tujuan keamanan privasi, namun ada pula penyelenggara pelatihan yang menampilkan narasumber atau pembicara dalam pelatihan atau seminar tersebut dengan tujuan menarik lebih banyak partisipan. Namun, profil narasumber yang berlebihan seringkali menjadi hal yang mengundang kecurigaan. Pernah ditemukan dalam profil narasumber yang mencantumkan kompetisi tingkat kelurahan sebagai “prestasi”. Jika memang narasumber memiliki kompetensi yang mumpuni, profil sederhana namun “berisi” pun dapat menjadi hal yang menarik untuk calon peserta.
Selain itu ada beberapa kali ditemukan seorang narasumber yang bisa dikatakan tidak berkompeten namun tetap “dipaksakan” menjadi narasumber. Setidaknya seleksi lagi narasumbernya dari dua hal sebelum mengikuti Pelatihan ya, apakah narasumbernya seorang akademisi atau praktisi.

4. Track Record Penyelenggara

Website Kemnaker

Website Kemnaker via http://mikrofon.id

Kita mungkin saja tidak bisa mengetahui perizinan dari penyelenggara pelatihan tersebut, namun sebagai pertimbangan kita bisa sedikit melihat profil penyelenggara, seperti :
1. Sejak Kapan
Hal ini bisa sebagai acuan apakah penyelenggara ini memang sudah lama berkecimpung dalam hal sejenis atau sekedar ikut-ikutan dengan tren saat ini.
2. Sosial Media dan Website
Hal ini dirasa cukup penting untuk melihat seberapa profesionalnya sebuah penyelenggara dan tingkat popularitas dari penyelenggara
3. Alamat Fisik
Tidak sedikit penyelenggara pelatihan yang tidak mencantumkan alamat fisik atau alamat kantor dari penyelenggara. Hal ini pun bisa dijadikan tanda tanya besar mengapa sebuah lembaga tidak berani mencantumkan alamatnya.
4. Testimoni Peserta
Kita bisa memeriksa testimoni dari peserta yang mengikuti pelatihan sebelumnya, selain itu kita pun bisa periksa kolom komentar di sosial medianya.

5. Pelatihan Kok Materinya Gak Jelas?

Advertisement
Murid Perempuan Di Perpustakaan

Murid Perempuan Di Perpustakaan via http://pexels.com

Hal ini yang paling menggelikan dari sebuah penyelenggara yang berani melakukan kegiatan seminar atau pelatihan. Segala sumber materi diambil hasil berselancar dari internet atau bahkan sekedar opini pribadi tanpa adanya pengalaman dibidang terkait. Saat menjadi peserta kita wajib mengkritisi jika mendapati bahwa materi yang dibawakan tidak benar bukan berdasarkan pengalaman dan sumber terpercaya.

Nah, itu tadi sekiranya bahan pertimbangan untuk kita semua sebelum memilih lembaga pelatihan. Jangan sampai niat baik kita untuk menambah wawasan justru malah terjerumus dengan ilmu-ilmu sesat karena tergoda dengan gratisan dan benefit sertifikat. Walaupun hal diatas bukanlah hal yang pasti mengenai kredibilitas sebuah pelatihan, namun bisa kita lakukan untuk pertimbangan ya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Define Your Own Success, Create Your Own Future.

CLOSE