Bahasa merupakan hal yang sudah menjadi rutinitas dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Namun,di Indonesia, tidak hanya terdapat satu bahasa saja, tetapi banyak bahasa dari daerah yang berbeda-beda. Dari adanya bahasa yang beragam, muncullah berbagai budaya pula. Keterkaitan hal tersebut memiliki pengaruh besar dalam menjalin komunikasi, bahkan dapat menjadi wadah untuk saling berbagi ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat.
Disini kita akan bahas dahulu satu persatu, antara bahasa dan pikiran, bahasa dan budaya.
• Bahasa dan Pikiran Steinberg dalam Pateda (1990:33-34) yang menyatakan “Hubungan bahasa dengan pikiran dapat dilihat dari (i) produksi ujaran yang merupakan dasar pikiran, (ii) bahasa adalah basis dasar pikiran, (iii) sistem bahasa menunjukkan spesifikasi pandangan, dan (iv) sistem bahasa menunjukkan spesifikasi budaya. Tak hanya itu, adapula yang mengatakan bahwa pengertian bahasa itu sendiri adalah salah satu anugerah Tuhan yang memungkinkan manusia untuk mengelola pikirannya dan mengendalikan pengaruh luar terhadap pikirannya” (Arifuddin, 2010:242).
Bahasa dan pikiran memiliki hubungan yang sangat erat. Hal ini dikarenakan, dengan adanya bahasa, mampu mengubah dan memengaruhi pikiran. Pada saat kita ingin mengeluarkan suatu ucapan, tentunya kita pikir dahulu. Apakah bahasa ini dipahami oleh lawan tutur? Atau apakah bahasa ini akan menyinggung atau menimbulkan perselisihan? Semua itu dilakukan, tidak lain ialah untuk membuat suasana komunikasi jadi lebih nyaman. Tentu hal ini juga akan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar.
• Bahasa dan Budaya Masinambouw dalam Chaer (1995:217) menyebutkan “Kebudayaan dan bahasa merupakan suatu system yang melekat pada manusia. Atau dengan kata lain kebudayaan adalah suatu sistem yang melekat pada manusia, mengatur interaksi manusia di dalam bermasyarakat, maka bahasa adalah suatu system yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi tersebut.” Kebudayaan tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia, terutama di Indonesia ini. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa di Indonesia itu sendiri memiliki keberagaman budaya dan bahasa. Jadi, setiap orang terikat akan suatu bahasa daerah sesuai dengan budayanya masing-masing.
Menurut Nababan (1993:82) “Ada dua macam hubungan bahasa dan kebudayaan, yakni (1) bahasa adalah bagian dari kebudayaan (filogenetik), dan (2) seseorang belajar kebudayaan melalui bahasanya (ontogenetik).” Maksud dari bahasa adalah bagian dari kebudayaan ialah lahirnya budaya tidak terlepas dari budaya. Misalnya, pada budaya adat bugis, tentu menggunakan bahasa bugis pula. Begitupun pada budaya yang lainnya. Kemudian, seseorang yang belajar kebudayaan melalui bahasanya. Hal ini sudah sering kita jumpai dalam keseharian. Saat bertemu dengan orang Jawa, kita mengenali budayanya melalui bahasanya, tutur katanya sehingga kita bisa belajar budaya tersebut dari orang-orang yang berbeda bahasa dengan kita.
Berdasarkan mini riset yang telah saya lakukan, saya memberikan lima pertanyaan, seperti:
1. Bagaimana bahasa Anda dapat dipengaruhi oleh apa yang Anda pikirkan?
2. Saat berinteraksi dengan orang yang beda bahasa dan budaya, bagaimana cara Anda merespon?
3. Apa tanggapan Anda terkait dengan penggunaan bahasa yang diucapkan tanpa dipikirkan terlebih dahulu!
4. Bagaimana tanggapan Anda tentang kemunculan budaya yang beragam malah mengurangi pengguna bahasa Indonesia?
5. Manakah yang cenderung sering Anda gunakan? Berikan alasannya!
A. Berbahasa sesuai dengan apa yang dipikirkan
B. Berbahasa sesuai dengan budaya yang dimiliki
Adapun hasil yang diperoleh ialah:
- Pertanyaan pertama, dominan memberikan jawaban, bahasa itu lahir dari sebuah pikiran sehingga keduanya dapat saling memengaruhi. Dalam hal ini, sebelum mengucapkan sesuatu, maka informasi yang diperoleh ataupun yang ingin disampaikan diolah terlebih dahulu oleh otak. Utamanya pada bagian otak besar di lobus frontal yang mengendalikan gerakan, ucapan, perilaku, memori, emosi dan kepribadian seseorang. Selain itu, ada juga yang memberikan jawaban, bahwa bahasa yang dipengaruhi oleh pikiran itu disesuaikan dengan perkembangan zaman. Maksudnya disini ialah, kita tidak melulu memikirkan atau berucap tentang hal itu-itu saja, tetapi akan ada perubahan, perkembangan, yang tentunya akan berkaitan terhadap apa yang diucapkan.
- Pertanyaan kedua. Dominan memberikan jawaban, mereka menyesuaikan bahasa dengan yang digunakan oleh lawan tutur sehingga dapat menyelaraskan pemahaman pada saat berinteraksi. Disisi lain, ada juga yang memberikan jawaban akan menggunakan bahasa Indonesia, untuk menghindari adanya kesalahpahaman antar sesama.
- Pertanyaan ketiga. Dominan memberikan jawaban, akan diam saja, menegur dengan baik, karena bahasa yang diucapkan tanpa berpikir akan menimbulkan dampak negatif yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
- Pertanyaan keempat. Dominan memberikan jawaban bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa yang mampu dipahami khalayak secara luas, untuk mempermudah dalam penyampaian maksud ataupun tujuan tertentu agar mudah pula dipahami dan dapat menjembatani orang-orang yang berbeda daerah sehingga mampu menangkap apa yang disampaikan lawan tuturnya. Adanya keberagaman, bukannya mengurangi pengguna bahasa Indonesia, tetapi bahasa Indonesia tetap menjadi hal yang diutamakan dengan melestarikan bahasa daerah.
- Pertanyaan kelima. Dominan memberikan jawaban A. Berbahasa sesuai dengan apa yang dipikirkan. Alasan yang diberikan pun semuanya hampir sama, yaitu bahasa yang lahir dari pikiran. Jika pikiran kita baik, maka bahasa yang terucap pun juga baik. Bahasa dan pikiran itu saling berkesinambungan sehingga apa yang dipikirkan, itu pula yang diucapkan.
Kesimpulannya ialah diantara pengaruh bahasa terhadap pikiran dan budaya, pengaruh pikiran lah yang dominan dirasakan oleh manusia. Namun, tidak menutup kemungkinan, bahwa pengaruh budaya pun juga turut dirasakan. Jadi, keduanya sama-sama memiliki pengaruh, baik positif, maupun negatif terhadap pikiran dan budaya dalam berbahasa.
- Pengaruh positifnya, tentu kita berbahasa yang baik dengan pikiran yang baik pula, dan dapat menyesuaikan budaya dengan bahasa masing-masing sehingga etika dalam berbahasa dapat diterapkan dengan baik, sedangkan
- Pengaruh negatifnya, terdapat sebagian orang yang berbahasa tanpa memikirkan. Hal ini menyebabkan timbulnya perselisihan dan ketersinggungan bagi suatu pihak. Terkait dengan budaya, terdapat pula sebagian orang yang budayanya terlalu kental sehingga pengguna bahasa Indonesia terabaikan.
Apapun itu, kita harus dapat mengimplementasikannya dengan sebaik-baiknya sehingga bahasa tetap terjaga, budaya lestari, dengan pikiran yang selalu positif.
ADVERTISEMENTS
1. Bahasa, Pikiran, dan Budaya
Photo by @secretadmirer_pen on instagram via https://www.canva.com
Photo by @secretadmirer_pen on instagram via https://www.canva.com
Ketiga hal ini tidak dapat dipisahan, karena saling berkesinambungan untuk memperleh bahasa yang akan diucapkan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”