Menjaga kesehatan reproduksi adalah hal yang sangat penting terutama pada remaja. Sebab masa remaja adalah waktu terbaik untuk membangun kebiasaan baik menjaga kebersihan yang bisa menjadi aset dalam jangka panjang.
Pengen tahu apa aja yang harus dimengerti mengenai kesehatan reproduksi remaja? Check this out!
ADVERTISEMENTS
1. Berapa sih usia yang termasuk remaja?
Photo by RODNAE Productions from Pexels via https://www.pexels.com
Photo by RODNAE Productions from Pexels via https://www.pexels.com
Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa,yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.
Masa tersebut berlangsung dari usia 12 sampai 21 tahun, dengan pembagian sebagai berikut:
a. Masa remaja awal (early adolescent) berusia 12-15 tahun.
b. Masa remaja pertengahan (middle adolescent) berusia 15-18 tahun
c. Remaja akhir umur (late adolescent) berusia 18-21 tahun.
Remaja lebih banyak menghabiskan waktunya bersama dengan teman-temannya. Maka pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga.
ADVERTISEMENTS
2. Apa itu kesehatan reproduksi?
Photo by Magda Ehlers from Pexels via https://www.pexels.com
Photo by Magda Ehlers from Pexels via https://www.pexels.com
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki kemampuan untuk beradaptasi sebagi respon terhadap perubahan lingkungan dan stres. Hal ini sangat penting selama masa remaja.
“According to the World Health Organization (WHO), reproductive health is the total well-being in all aspects of reproduction i.e., in behavioral, emotional, physical, and social.”
Masa remaja adalah tahap ketika seseorang mengalami pertumbuhan dan kematangan seksual. Oleh karena itu, penting untuk mempraktikkan kebiasaan higienis yang baik mulai dari tahap diri sendiri.
ADVERTISEMENTS
3. Gimana sih cara menjaga kesehatan reproduksi bagi remaja?
Photo by Maksim Goncharenok from Pexels via https://www.pexels.com
Photo by Maksim Goncharenok from Pexels via https://www.pexels.com
Ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan mengenai cara menjaga kesehatan reproduksi pada masa remaja:
Diet seimbang. Remaja harus memiliki pola makan yang seimbang. Ini karena pertumbuhan kita bergantung pada asupan makanan. Pola makan yang seimbang terdiri dari semua jenis nutrisi seperti protein, lemak, vitamin karbohidrat, dan mineral dalam jumlah yang cukup.
Buah-buahan, nasi, roti, sayuran hijau, daging, susu, telur, merupakan jenis makanan tertentu yang memiliki nilai gizi yang tinggi. Namun saat ini makanan cepat saji semakin populer di kalangan remaja. Konsumsi fast food sehari-hari telah mengundang banyak penyakit antara lain obesitas, penyakit defisiensi vitamin, dan juga mempengaruhi kesehatan reproduksi baik fisik maupun emosional.
Kebersihan pribadi. Kelenjar keringat lebih aktif selama masa remaja. Hal ini bisa menyebabkan lebih banyak keringat. Selain itu pertumbuhan rambut di area umum dan ketiak membuatnya semakin parah.
Maka dari itu remaja harus menjaga kebersihan dengan baik. Anak perempuan harus menjaga kebersihan diri terutama saat menstruasi. Jalan-jalan teratur, permainan luar ruangan, dan olahraga juga penting bagi remaja. Ini membantu mereka tetap bugar dan sehat secara fisik
ADVERTISEMENTS
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi?
Photo by Ketut Subiyanto from Pexels via https://www.pexels.com
Photo by Ketut Subiyanto from Pexels via https://www.pexels.com
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi.
Faktor demografis-ekonomi. Faktor ekonomi dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi yaitu kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, serta ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, usia pertama melakukan hubungan seksual, usia pertama menikah, dan usia pertama hamil. Sedangkan faktor demografi yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi adalah akses terhadap pelayanan kesehatan, rasio remaja tidak sekolah, serta lokasi/tempat tinggal yang terpencil.
Faktor budaya dan lingkungan. Faktor budaya dan lingkungan yang mempengaruhi praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi. Kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan, pandangan agama, ketidaksetaraan gender, lingkungan tempat tinggal dan cara bersosialisasi, persepsi masyarakat tentang fungsi, hak dan tanggung jawab reproduksi individu, serta dukungan atau komitmen politik.
Faktor psikologis. Misalnya mengenai rasa rendah diri (“low self esteem“), tekanan teman sebaya (“peer pressure“), tindak kekerasan di rumah/ lingkungan terdekat, keretakan hubungan orang tua dan remaja, depresi, serta ketidakseimbangan hormonal.
Faktor biologis. Faktor biologis mencakup ketidaksempurnaaan organ reproduksi atau cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual, keadaan gizi buruk kronis, anemia, radang panggul atau adanya keganasan pada alat reproduksi.
ADVERTISEMENTS
5. Mengapa menjaga kesehatan reproduksi menjadi penting?
Photo by Agung Pandit Wiguna from Pexels via https://www.pexels.com
Photo by Agung Pandit Wiguna from Pexels via https://www.pexels.com
Kurangnya edukasi terhadap hal yang berkaitan dengan reproduksi nyatanya bisa memicu terjadinya hal-hal yang tak diinginkan. Salah satu hal yang sering terjadi karena kurangnya sosialiasi dan edukasi adalah penyakit seksual menular, kehamilan di usia muda, hingga aborsi yang berakibat pada hilangnya nyawa remaja.
Memiliki pengetahuan yang tepat terhadap proses reproduksi serta cara menjaga kesehatannya, diharapkan mampu membuat remaja lebih bertanggung jawab. Harapannya remaja dapat berpikir ulang sebelum melakukan hal yang dapat merugikan. Pengetahuan seputar masalah reproduksi tidak hanya wajib bagi remaja putri saja. Sebab anak laki-laki juga harus mengetahui serta mengerti cara hidup dengan reproduksi yang sehat. Pergaulan yang salah juga pada akhirnya bisa memberi dampak merugikan pada remaja laki-laki pula.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”