#PerempuandalamTulisan – 6 Hal yang Membuat Perempuan Geram. Apa Saja? Yuk Simak!

Perempuan selalu jadi pihak yang selalu serba salah, karena banyak sekali stigma yang membuat perempuan dibatasi segala gerak geriknya bahkan pilihannya. Stigma yang tidak terhitung tersebut membuat perempuan terasa terbelengu untuk menjadi dirinya sendiri, dan untuk memilih pilihannya sendiri.

 

Terbelenggunya perempuan juga didukung oleh sistem patriarki yang masih saja melenggang di masyarakat, secara langusng mau pun tidak langsung dan secara sadar maupun tidak sadar. Banyak sekali katanya yang membuat perempuan merasa dilarang untuk menjadi dirinya sendiri, memilih pilihannya sendiri, dan bersuara. Dan berikut adalah Katanya perempuan itu harus yang membuat geleng-geleng kepala.

Advertisement

1. Katanya perempuan itu harus serba bisa

Photo by August de Richelieu from Pexels

Photo by August de Richelieu from Pexels via https://www.pexels.com

Terlalu banyak hal yang harus dikuasai di dunia ini, bukan berarti perempuan juga harus menguasai semuanya. Semua orang memiliki kekurangan dan kelebihan yang berbeda-beda, punya hal yang sangat dikuasai dan tidak.

 

Advertisement

Bahkan, jika ditanya perempuan serba bisa, tentu saja. Perempuan bisa mengambil peran ganda dalam keluarga, perempuan bisa menjadi seorang isteri, ibu, anak, dan peran pekerja jika berkarir.

2. Perempuan itu harus cantik dan seksi

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels via https://www.pexels.com

Lagi-lagi perempuan harus memenuhi standar yang ada di masyarakat, yaitu harus memenuhi standar cantik dan seksi yang ada di masyarakat. Padahal cantik dan seksi itu membuat perempuan kembali jadi objek seksual, kembali membuat perempuan merasa tidak dihargai dengan kelebihan lainnya yang tidak bersangkutan dengan penampilannya.

Advertisement

 

Perempuan tidak hanya dari apa yang bisa dilihat, tapi juga dengan apa yang mereka dapat suratkan. Perempuan juga punya pengetahuan, keahlian dan banyak hal lainnya.

3. Katanya perempuan itu harus putih bersih tanpa noda

Photo by cottonbro from Pexels

Photo by cottonbro from Pexels via https://www.pexels.com

Perempuan masih saja banyak diminta untuk memenuhi standar dimasyarakat. Perempuan diminta untuk berkulit putih dan bebas dari luka. Padahal, selama kita bertumbuh kita mengalami banyak hal yang selalu meninggalkan bekas.

 

Bertumbuh melalui banyak kejadian dan banyak hal yang tidak dapat diperkirakan, seperti luka kecelakaan, luka jahit, stetchmark dan luka lainnya. Tanda dari luka tersebut adalah pengingat bahwa dalam bertumbuh kita sudah melalui banyak hal hingga sampai saat ini.

4. Katanya perempuan itu harus perawan, what?!

Photo by Elīna Arāja

Photo by Elīna Arāja via https://www.pexels.com

Stigma pada perempuan yang sangat melekat adalah 'keperawanan'. Perempuan yang tidak perawan akan didefinisikan sebagai perempuan yang sudah rusak layaknya segel, padahal keperawanan tersebut hanyalah mitos.

 

Keperawanan hanya sebuah konsep yang dibuat oleh sistem patriarki yang membuat perempuan dinilai baik jika mereka perawan, dan jika tidak dinilai perempuan murahan. Padahak keperawanan sendiri berbeda-beda, sesuai kondisi perempuan tersebut dan tidak semua perempuan memilikinya.

5. Katanya perempuan itu harus lemah lembut

Photo by cottonbro

Photo by cottonbro via https://www.pexels.com

Perempuan selalu diidentikkan dengan lemah lembut, yang tetap saja bersikap lemah lembut disegala keadaan. Perempuan diminta untuk tidak banyak ikut campur, tidak membela dan tidak meluruskan yang salah.

 

Ya, kembali pada sistem patriarti yang memaksa perempuan untuk tetap menerima apa yang ada dan tidak banyak protes.

 

Perempuan yang tidak lemah lembut dianggap preman, walaupun sebenarnya sedang membela haknya. Padahal perempuan juga punya hak untuk bertindak, untuk membela, dan untuk membenarkan yang salah.

6. Katanya perempuan itu harus penurut

Photo by Moose Photos

Photo by Moose Photos via https://www.pexels.com

Perempuan kembali jadi sasaran sistem patriarki, dan memang begitulah sistemnya. Sistem yang membuat perempuan menjadi pihak yang lemah dan harus selalu menurut pada sistem yang ada. Perempuan dianggap terlalu takut untuk mengambil keputusan dan berakhir dengan diminta untuk menyetujui pilihan orang lain.

 

Diminta harus menyetujui pilihan orang lain tanpa ditanyai bagaimana yang perempuan pikirkan, diminta hanya mengangguk saja bahkan menerima konsekuensinya. Perempuan juga punya suara, punya rasa takut yang wajar dan masih bisa mengambil keputusan tanpa merasa menjadi korban dari konsekuensi yang sudah dipilih diri sendiri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Nama saya Rina Yuniarti yang lebih senang dipanggil Riinnaay sebagai nama penanya. Sudah suka menulis sejak duduk dibangku SMP menjadikannya ingin terus membuka pikirannya kepada dunia, dan salah satu caranya adalah dengan meluangkan waktu dijam sibuk untuk menulis. Kemudian, pada tahun 2017 menemukan tempat untuk berbagi, yaitu Hipwee. Sampai saat ini masih aktif berbagi sebagai penulis kontributor di Hipwee.

CLOSE