Pertanyaan yang Sering Dilontarkan Kepada Guru Honorer yang Sudah Lama Mengabdi

Pertanyaan-pertanyaan horor untuk guru honorer

Berprofesi menjadi seorang guru masih menjadi idaman banyak orang. Itu bisa dilihat dari masih lakunya program studi pendidikan baik di universitas negeri maupun swasta. Saya sendiri yang lahir pada tahun 90-an masih ingat sekali bahwa banyak orang tua yang mengagung-agungkan profesi menjadi seorang guru.

Walaupun banyak cerita kalau guru zaman dahulu identik dengan sepeda onthel dan sepatu lusuh. Tapi itu tidak menjadi masalah yang penting punya seragam wajib. Toh, cerita ngenes guru zaman dahulu tersebut telah terbayar lunas karena masa tua yang telah dijamin oleh negara.

Guru dan pengabdian memang dua kata yang tidak bisa terpisahkan. Tinggal rezekinya saja mau mengabdi di sekolah negeri atau sekolah swasta. Menjadi guru honorer memang penuh tantangan. Gaji yang tidak sesuai dengan tugas yang diemban kerap menjadi bahan sambat di berbagai kesempatan. Apalagi kalau diketahui bahwa guru tersebut sudah lama mengabdi. Pertanyaan-pertanyaan yang membuat makjleb seringkali diterima oleh guru honorer karena nasibnya yang tak kunjung membaik. Berikut ini adalah empat pertanyaan yang sering dilontarkan kepada guru honorer yang sudah lama mengabdi.

1. Kapan diangkat PNS?

pexels-max-fischer-5212703

pexels-max-fischer-5212703 via https://www.pexels.com

Pertanyaan yang satu ini seringkali diterima dari orang-orang sepuh yang kurang update perkembangan zaman. Dulu memang ada yang namanya pengangkatan menjadi guru PNS kalau sudah mengabdi sekian tahun. Tapi, kalau sekarang harus lolos yang namanya seleksi CPNS. Harus tes ini dan tes itu. Saingannya juga se-Indonesia.

Cukup ribet juga sih kalau menjelaskan kepada orang yang bertanya kapan diangkat PNS. Butuh kesabaran ekstra dan kehati-hatian dalam merangkai kalimat. Kalau tidak, pasti ujung-ujungnya dibandingin sama anak tetangga atau saudara yang sudah PNS atau istilah sekarang namanya ASN. Tak lupa dengan kalimat akhir yang sok ngademin hati yaitu, “Yasudah, rezeki orang masing-masing”.

2. Sudah sertifikasi belum?

pexels-christina-morillo-1181534

pexels-christina-morillo-1181534 via https://www.pexels.com

Pertanyaan selanjutnya setelah tahu bahwa ternyata guru tersebut belum PNS adalah sudah sertifikasi belum? Yaelah, sebenarnya orang yang tanya sudah sertifikasi belum itu tahu arti dari sertifikasi tidak sih? Atau hanya ikut-ikutan doang kali ya karena pernah dengar tetangganya sudah jadi guru yang sertifikasi. Gini ya, sertifikasi itu berasal dari kata sertifikat yang berarti bahwa guru yang sertifikasi berarti harus mempunyai sertifikat.

Sertifikat tersebut didapatkan ketika seorang lulusan sarjana pendidikan mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG). Singkatnya adalah kalau mau jadi guru yang sertifikasi ya harus sekolah PPG dulu. PPG bisa didapat dari beasiswa atau mandiri. Kalau memilih jalur mandiri berarti harus menyiapkan dana untuk mengikuti PPG.

Baru deh nanti diajukan kepada pemerintah yang berwenang apakah dia memenuhi syarat guru sertifikasi atau tidak. Wes, pokoke ribet deh. Alhamdulilahnya kalau guru sertifikasi itu ada tunjangan tiap bulan dengan nominal yang lumayan walaupun cairnya yang terkadang tidak tiap bulan. Hehe.

3. Gajimu sudah UMR ya?

pexels-christina-morillo-1181398

pexels-christina-morillo-1181398 via https://www.pexels.com

Selanjutnya adalah ketika seseorang tahu bahwa guru tersebut belum PNS dan belum juga sertifikasi maka pertanyaan yang akan dilontarkan adalah gajimu sudah UMR ya? Antara malu sama minder saya sering menjawabnya dengan kalimat, “Alhamdulillah, amin”. Sudah, tidak saya tambahi dengan kata-kata yang lain. Gini ya, guru honorer itu beda dengan karyawan pabrik yang mengenal sistem UMR.

Kalau guru itu gajinya dihitung tiap jam/minggu. Misalnya nih guru X mengajar 24 jam/minggu dengan gaji tiap jamnya Rp 20.000,00. Nah, tinggal dikalikan doang 24 x Rp 20.000,00 hasilnya Rp 480.000,00. Segitu deh gajinya tiap bulan. Kalau ada tambahan lain seperti wali kelas, pembina ekstra, atau yang lainnya baru ada tambahan honor lagi ya. Paham?

4. Enak ya jadi guru? Kerjanya santai

pexels-tima-miroshnichenko-5428011

pexels-tima-miroshnichenko-5428011 via https://www.pexels.com

Gini nih, pertanyaan yang sering membuat guru malas untuk menjawab. Kalau orang lihat sih tugas guru itu mengajar lalu pulang. Eitts, jangan sedih ya. Dibalik semua itu ada tugas-tugas berat yang tersembunyi.

Ada tugas membuat perangkat pembelajaran, mengolah nilai yang tidak ada habisnya, belum lagi kalau mendapat tugas tambahan jadi wali kelas, wakil kepala, bendahara, pembina ekstra, dll. Dijamin lembur dan nikmatnya tambah-tambah deh. Alhamdulillah.

5. Gimana? Betah jadi guru?

pexels-tima-miroshnichenko-5428007

pexels-tima-miroshnichenko-5428007 via https://www.pexels.com

Nah, pertanyaan paling ujung ketika pertanyaan-pertanyaan di atas tidak terjawab sempurna adalah gimana? Betah jadi guru? Mungkin pertanyaan ini adalah sejenis pertanyaan sindiran karena melihat betapa mirisnya nasib guru honorer di Indonesia. Kalau dihitung secara matematika, tidak mungkin gaji honorer yang tidak ada setengahnya dari UMR bisa mencukupi untuk hidup.

Tapi, kenyataannya jumlah guru honorer itu lebih banyak loh daripada guru PNS/ASN. Itu artinya banyak orang yang betah jadi guru honorer dong. Lalu cara mencukupi kebutuhannya gimana? Gini ya, guru adalah sebuah profesi yang bisa merangkap profesi yang lain. Misalnya nih, pagi sampai siang jadi guru honorer di sekolah sorenya bisa jadi guru les deh. Gak sedikit juga guru honorer yang nyambi jadi pedagang. Pokoknya ada saja deh tambahan-tambahan cuan.

Saat seseorang sudah bertekad menjadi seorang guru ya sudah semestinya siap dengan tantangan yang akan menghadang di depan mata. Rezeki seseorang sudah ada yang mengatur. Jadilah guru yang mengajar dengan hati. Tetap semangat guru-guru Indonesia!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

"Jangan Bosan Jadi Orang Baik."