Selain Perceraian, Apalagi yang Bisa Menyebabkan Disorganisasi Keluarga?

Selain memperbanyak keturunan, apa sebenarnya fungsi keluarga?

Menurutmu, selain untuk memperbanyak keturunan, adakah fungsi lain yang keluarga bisa berikan? Jawabannya akan bermacam-macam. Tapi tentunya, kita semua berharap fungsi-fungsi keluarga itu berdampak positif bagi kita. Hmm, tapi bagaimana jika lebih banyak perasaan negatif yang muncul saat bersama keluarga?

Tahukah kamu mengenai disorganisasi keluarga?
Perubahan dalam keluarga yang membuat kondisi menjadi tidak menyenangkan hingga membuat fungsi keluarga terganggu disebut dengan disorganisasi keluarga. Perasaan-perasaan negatif yang seorang anak alami dalam keluarga bisa jadi disebabkan oleh disorganisasi keluarga, Dear.

Kita lihat dulu yuk beberapa penyebab disorganisasi keluarga!

Advertisement

1. Konflik berkepanjangan antar anggota keluarga

Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash

Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash via https://unsplash.com

Di keluarga, masalah-masalah sepele bisa menjadi besar. Pernahkah kamu mendengar kisah pasangan yang sering beradu mulut akibat sang istri tidak suka dengan sifat suami yang suka menaruh barang sembarangan?Walaupun terlihat sederhana, konflik yang tidak menemui titik terang bisa membahayakan.

Bayangkan reaksi anak jika ia sering mendengar orang tuanya berdebat. Suara lengkingan ibu dan bentakan ayah mampu membuat ia merasa takut berada di rumah. Kalau sudah begini, bagaimana anak bisa merasakan kasih sayang?

Advertisement

2. Kekerasan dalam rumah tangga

Photo by Ben White on Unsplash

Photo by Ben White on Unsplash via https://unsplash.com

Kekerasan jelas menjadi sumber ketidaknyamanan yang paling mudah diidentifikasi. Anggota keluarga yang menjadi target kekerasan akan merasa tidak aman berada di rumah dan mencari-cari cara menghindari rumah.

Pada kasus yang lebih menyedihkan, target kekerasan bisa merasa tidak berdaya dan tidak berpikir untuk kabur dari rumah, karena hal itu akan memancing kemarahan pelaku dan akan berdampak lebih buruk baginya.

3. Kematian anggota keluarga

Advertisement
Photo by Annie Spratt on Unsplash

Photo by Annie Spratt on Unsplash via https://unsplash.com

Setelah peristiwa kematian, anggota keluarga biasanya akan berusaha berdamai dengan keadaan. Pada kondisi ini, akan kesulitan mengganti figur yang selama ini sudah melekat dengan dirinya, seperti seorang anak yang tidak rela dengan kepergian saudaranya, karena semasa hidup saudaranya adalah orang yang paling bisa diandalkan.

Anak ini kemudian sulit menerima bahwa perasaan hangat yang sering diberikan oleh saudaranya tidak akan didapatkannya lagi pasca kematian.

4. Beberapa faktor resiko yang signifikan membuat keluarga rentan mengalami disorganisasi

Photo by Liv Bruce on Unsplash

Photo by Liv Bruce on Unsplash via https://unsplash.com

  1. Banyaknya konflik saat masa pacaran/sebelum perkawinan
  2. Ekspektasi pasangan yang tidak realistis tentang perkawinan
  3. Jarak usia pasangan yang jauh
  4. Latar belakang sosio-ekonomi pasangan yang berbeda

5. Bagaimana cara mengatasinya?

Photo by Jessica Rockowitz on Unsplash

Photo by Jessica Rockowitz on Unsplash via https://unsplash.com

  1. Penyesuaian satu sama lain antar anggota keluarga. Ini seperti sesi ‘Get to Know Each Other’. Jadi, kita belajar kenal dengan pasangan, anak, orang tua, dan saudara kita.
  2. Melibatkan peran komunitas yang lebih luas. Program pelatihan bisa menjadi salah satu upaya mengatasi disorganisasi keluarga. Pelatihan wirausaha, misalnya, bisa mengatasi permasalahan finansial keluarga.
  3. Dukungan pemerintah. Jika masalah disorganisasi sudah mencapai angka yang besar dalam suatu negara, pemerintah juga harus tanggap dengan meregulasi aturan baru, seperti kebijakan melindungi korban KDRT.

Jadi, itu tadi beberapa hal tentang disorganisasi keluarga. Sebagai bagian unit masyarakat yang paling kecil, yuk lindungi keluarga kita. Kesehatan mental komunitas berawal dari kesehatan mental keluarga!

Untuk itu, kamu juga perlu lho berkonsultasi ke psikolog untuk membicarakan solusi permasalahan dalam keluargamu, baik yang sudah memiliki keluarga maupun yang akan berkeluarga.

 

Disadur dari:

  1. Chauhan, A.D. (2016). Family Disorganization – A Main Social Problems In Current Scenario. IOSR Journal Of Humanities And Social Science, 21, 16 – 18
  2. Berhanu, A. (2008). Family Disorganization in Addis Ababa: Causes and Consequences. Journal of Ethiopian Studies, 41, 119 – 121
  3. Geismar, L., & La Sorte, M. (1963). Factors Associated with Family Disorganization. Marriage and Family Living, 25, 479 – 481

Artikel ini ditulis oleh Elvira Linda Sihotang.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE