Selamat Hari Buruh, Semoga Selalu Selamat Seperti yang Diidamkan

Bagaimana dengan kamu, wahai pekerja budiman?

Tanggal 1 Mei menjadi hari bersejarah bagi para pekerja dan buruh di dunia. Tanggal ini menjadi tonggak penting atas hak-hak pekerja yang mungkin selama ini diabaikan dan terlupakan. Sebagian pekerja merayakan dengan sukacita. Tetapi merayakan saja tidak cukup tanpa terus mengingatkan. Meski termasuk tanggal merah di kalender nasional, tetapi pekerjanya tidak pernah benar-benar libur.

Bayangkan, jatah libur hanya Sabtu dan Minggu. Ditambah hari libur nasional dan hari besar keagamaan. Jika ada cuti bersama, lebih baik. Tetapi tidak semua.  Bagaimana dengan cuti pekerja? Ada yang dapat, ada yang tidak. Mungkin inilah yang bisa dirangkum sebelum merayakan 1 Mei. 

Advertisement

1. Bayarlah upah sebelum keringatnya

(Photo by Piotr Adamovics from Pexels)

(Photo by Piotr Adamovics from Pexels) via https://www.pexels.com

Untuk pekerja harian dan informal, upah per proyek atau per penjualan sangat penting. Beda dengan pekerja yang mendapatkan gaji bulanan. Mungkin ada jadwal tertentu agar gaji cair tepat waktu. 

Eits, tapi tidak juga

Advertisement

Masih banyak gaji pekerja dibayar terlambat. Bahkan saya sendiri lihat, gaji seorang manajer dipotong karena kesalahan yang dibuat-buat perusahaan. Itu pun dipotong sebagai denda.

Ada juga orang SDM (sumber daya manusia; HRD) berjuang memperkarakan bos bermasalah karena menyelewengkan gaji pegawai di kantor. Laporan sudah masuk di kepolisian. Tinggal datang saja.  Ada juga pekerja menuntut gaji tanpa dipotong. Karena aliran dana potongan gaji tidak jelas dibayarkan ke mana. Kalau memang benar dipotong, apakah yakin perusahaan benar-benar membayar pajak dan BPJS dari potongan gaji pegawai?

Hadis soal membayar upah sebelum keringat itu masih relevan hingga kini. Mungkin karena penyedia kerja lupa dan sibuk mencapai target cuan tahunan. Bagaimana menurut kamu?

Advertisement

2. Amanah dan tidak bersilat lidah

(Photo by Savvas Stavrinos from Pexels)

(Photo by Savvas Stavrinos from Pexels) via https://www.pexels.com

Jika kamu pekerja lepas (freelancer), mungkin kamu pernah bertemu klien atau calon klien yang tampak amanah dan transparan. Brief jelas, detail, tenggat waktu masih manusiawi. Ternyata oh ternyata selama proyek berjalan, klien seolah memaksa kamu mempercepat pengerjaan.

Ketika selesai, selalu ada alasan pencairan invoice. Sibuk lah, jarang online lah. Tapi mintanya cepat? Bagaimana itu? Bukannya ada asisten yang mengerjakan delegasi tugas dari bos? Bukannya ada manajemen waktu? 

Mungkin itu hanya sekali. Tetapi kamu mungkin mengalaminya berkali-kali atau bertahun-tahun. Mentalmu jatuh. Iya, bekerja keras sepenuh hati. Namun kok rasanya malah dipermainkan? Memang mudah bekerja itu?  Apakah kamu masih yakin ada orang amanah dan tidak bersilat lidah?

3. Sesuaikan dengan kemampuan pekerja

(Photo by Andrea Piacquadio from Pexels)

(Photo by Andrea Piacquadio from Pexels) via https://www.pexels.com

Kemampuan pekerja itu unik. Karena manusia diciptakan kompleks dan butuh dipahami. Termasuk soal kemampuan, baik teknis dan non-teknis. Mungkin kamu sudah lama tahu kalau kemampuan teknis bisa dipelajari dan dilatih.

Tetapi kemampuan non-teknis, butuh waktu untuk memahaminya. Nah sayangnya, tidak semua penyedia kerja mau memahami itu. Atas dasar percepatan industri, mungkin kamu tidak sadar kalau “dipaksa” mempelajari semua. Padahal tidak semua esensial untuk jenjang karier jangka panjang. 

Ditambah lagi jika ada bos meremehkan kemampuan bekerjamu. Mungkin ia memandang fisikmu. Atau mungkin, bos kurang mumpuni dalam hal manajerial dan psikologis. Kalau pun ada yang mampu, mungkin tidak semua paham etika dan empati. 

4. Akuisisi, perhatikan juga hak-hak pekerja

(Photo by nappy from Pexels)

(Photo by nappy from Pexels) via https://www.pexels.com

Akuisisi atau ambil alih perusahaan kadang timbul dilema tersendiri. Bakal dipecat atau dipertahankan ya? Secara hukum, memang ada aturan yang mengatur status karyawan saat itu. Tetapi praktiknya, masih banyak yang diselewengkan. 

Akal-akalan pengusaha dan penyedia kerja itu banyak. Sebagai pekerja, mau tidak mau harus siap-siap. Mau coba kerja freelance sebelum kena PHK atau dirumahkan? SIlakan. saja. Asal, hak-hak pekerja harus tetap diperhatikan. Menurut kamu? 

5. Mempersulit pekerja, mempersulit diri

(Photo by CQF-Avocat from Pexels)

(Photo by CQF-Avocat from Pexels) via https://www.pexels.com

Masih banyak penyedia kerja dan perusahaan yang mempersulit pekerja. Sebelum kamu diterima sebagai pegawai tetap, ada saja kasus tahan ijazah. Padahal diterima saja belum tentu. Alasannya, agar tidak coba-coba lamar ke perusahaan lain. Untuk apa?

Ditambah lagi isu soal undang-undang super yang bakal merontokkan hak-hak pekerja seperti Omnibus Law atau RUU Cipta Kerja. Undang-undang ini ternyata merugikan pekerja dan cenderung pro terhadap investor bermodal. 

Yang bisa kamu ingat dari produk hukum ini adalah soal cuti, pekerja kontrak seumur hidup, upah berdasarkan jam, upah ditetapkan atas upah minimum provinsi (UMP), PHK sering terjadi akibat merger, akuisisi, dan efisiensi secara mendadak. 

Sudah mahal-mahal sekolah, lama lulus, pusing skripsi, awut-awutan bikin CV. Eh malah dibayar murah dan dikontrak. Katanya butuh jenjang karier pasti? Seram nggak itu?

6. Hargai perbedaan

(Photo by fauxels from Pexels)

(Photo by fauxels from Pexels) via https://www.pexels.com

“Ih, kamu kan nggak jilbaban, emang bisa kerja di bank syariah?”
“Tatoan gini bisa kerja di sini?”
“Rambut ngejreng amat. Bisa ga sih dicat warna netral aja?”
“Vokal banget kamu, hati-hati lho.”
“Bolak-balik ke psikolog, memang bakal jamin sembuh? Ngabisin berapa duit?”
“Gue nggak cantik, nggak didenger.”
“Boro-boro mau gabung sama mereka. Wong nggak pakai barang 
branded gini. Mana diterima?”

Pernah mendengarnya? Bagaimana rasanya? Hei hei, manusia itu diciptakan berbeda-beda. Jika ia berperan sebagai pekerja, kenapa sih nggak menghargai perbedaan itu? 
Memang pekerja itu sama rupa sama status? Hei bangun!

7. Sediakan waktu istirahat, beribadah, dan konseling

(Photo by Polina Zimmerman from Pexels)

(Photo by Polina Zimmerman from Pexels) via https://www.pexels.com

Saya pernah menemukan sebuah agensi yang tampak bagus dari pintu gerbang. Tetapi tempat ibadahnya hanya mengandalkan kamar sempit yang ditutup kain terpal. Sajadahnya jarang dicuci dan lembap. Beribadah bukannya jadi ikhlas, malah jadi rusuh. Ada juga waktu istirahat hanya sejam. Itu pun kalau diminta lanjut kerja, jam makan siang bakal terpotong habis. Sedangkan waktu mulai kerja lagi pukul satu siang. 

Tiba-tiba badan mulai sakit-sakitan. Kelelahan dan burn out. Begini terus bisa tipus. Ke dokter terus, bisa tipis. Ke psikolog, malah dikira gila. Aduh, kenapa tidak dengarkan saja dan sediakan waktu istirahat, beribadah, dan konseling?

8. Kami manusia, bukan robot pintar atau sapi perah

(Photo by mentatdgt from Pexels)

(Photo by mentatdgt from Pexels) via https://www.pexels.com

Mungkin kamu sering menemukan istilah robot pintar dan sapi perah di poster aksi hari buruh. Di media sosial, istilah ini tidak akan pernah luput dari pemotret. Karena memang, selama ini sering tidak sadar diperlakukan begitu. 

Robot pintar juga akan rusak. Sapi perah, justru memperburuk sistem air susu dan menghilangkan kontak batin dengan anaknya. Kalau memang punya hati, ayolah, coba dengar jutaan orang di sini. 

Pekerja itu manusia. Punya prioritas masing-masing. Jangan terus pentingkan ekonomi. Kasihan, yang kerja bukan cuma kerah putih dan menengah saja.  Apa pesan dan harapanmu untuk hari buruh 1 Mei? Yuk cerita dan lampiaskan di kolom komentar 🙂

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Photo-hunter. Currently, read her thoughts on nadiakhadijah.com.

CLOSE