Stop Budaya Bad News is A Good News, Berhenti Menjadi Toxic Untuk Diri Sendiri dan Orang Lain

Adakah manusia yang sempurna? Tentu tidak ada. Namun ada kalanya, setiap orang merasa penasaran bahkan tertarik pada hal-hal yang tidak baik. Dalam istilah media berita dikenal dengan Bad news is a good news. Seringkali pemberitaan yang berisi berita tidak menyenangkan atau berita buruk justru menjadi perbincangan hangat dan pada akhirnya menjadi isu terpopuler. Begitulah sebuah budaya yang saat ini menjamur dan pada akhirnya menjadi konsumsi publik.

Bahkan budaya ini mengakar pada alam bawah sadar setiap orang. Sehingga mereka merasa tertarik akan hal hal yang tidak baik bahkan yang bukan merupakan berita. Seperti halnya merasa tertarik membicarakan keburukan seseorang dan overthinking. Perlu disadari bahwa budaya ini sudah mengakar dan perlu bagi kita untuk berhenti menjadi toxic. Berikut 5 hal penting untuk kita sadari agar terhindar dari perilaku toxic.

Advertisement

1. Stop menjadi Toxic bagi Diri Sendiri dan Orang lain

Foto oleh Liza Summer dari Pexels

Foto oleh Liza Summer dari Pexels via https://www.pexels.com

Salah satu hal yang dapat menjadikan kita toxic pada diri sendiri dan orang lain adalah membicarakan keburukan. Kabar buruk seringkali malah menjadi bahan perbincangan yang tidak ada habisnya. Sering penasaran dan terus mencari kesalahan orang lain juga menjadi faktor pemicu kita membuat diri kita menjadi toxic.

Ingatlah akan hal ini, kamu tidak lebih baik dari dirinya dan tidak berhak menghakiminya. Apapun masalahnya, keburukan tidak baik untuk diperbincangkan. Jika keadaan ini terus dibiarkan tentunya akan menjadi toxic atau racun. Berhenti mengomentari dan mempertanyakan hal hal yang dilakukan orang lain.

Advertisement

Perilaku toxic yang sudah berjamur dalam diri akan menjadi kebiasaan buruk dan melekat mempengaruhi kesadaran jiwa bahwa kita selalu merasa tidak puas. Selalu mengomentari, turut campur dan mencari kesalahan orang lain. Apalagi jika yang dibayangkan tidak sesuai atau diluar ekspektasi. Maka tahap selanjutnya adalah berpikir bahwa dirinya selalu menjadi korban. Perasaan tersebut akan menimbulkan kecemasan berlebih dan akan selalu berujung pada pemikiran negatif.

Ketahuilah bahwa jika seseorang senang membicarakan keburukan orang lain dan mengomentari dengan tidak baik berarti dirinya adalah toxic. Keadaan yang sebenarnya adalah dia menginginkan apresiasi atas dirinya yang lebih baik.

2. Stop Overthinking dan Insecure

Advertisement
Foto oleh Liza Summer dari Pexels

Foto oleh Liza Summer dari Pexels via https://www.pexels.com

Hal lainnya yang harus kita hindari adalah berpikir berlebihan, atau memikirkan hal hal yang belum terjadi dan selalu mempertanyakan ketidakpastian yang bahkan belum terjadi. Overthinking juga menjadi faktor pemicu diri kita menjadi toxic. Kok bisa sih? Berpikiran berlebih atau overthinking akan mempersulit diri menerima input baru yang masuk.

Hal baru atau informasi yang masuk akan menjadi boomerang yang pada akhirnya tidak bisa diterima oleh diri kita. Input yang masuk akan menjadi output yang berbeda karena kita mempunyai toxic dalam diri atau pengaruh dari dalam yang membuat input yang masuk akan berbalik melawan. Contoh kasus misalnya seorang manajer memberi informasi pada bawahannya bahwa dirinya akan berkunjung ke ruangan staf inti, dan hanya kamu yang mendengarnya. Sedangkan kamu belum menyelesaikan laporan karena alasan tertentu.

Kamu berpikir akan dimarahi dan akan dipermalukan. Setelah tahap overthinking, tahap selanjutnya adalah perilaku toxic seperti membicarakan keburukannya dengan kolegamu. Informasi yang tadinya netral menjadi output yang tidak baik, maka pemikiran tersebut sudah masuk kategori overthinking dan hal yang dilakukan akan berujung pada perilaku toxic. 

Terakhir adalah tahap insecure tinggi atau merasa memiliki beban yang tidak dapat dipikul. Jika sudah merasa insecure akan sulit bagi kita mengembalikan kepercayaan diri. Hal ini tentunya sangat beresiko pada kesehatan mental kita.

3. Menghargai Semua Perbedaan dan Kekurangan

Foto oleh William Fortunato dari Pexels

Foto oleh William Fortunato dari Pexels via https://www.pexels.com

Selanjutnya hal yang perlu kita sadari adalah menghargai orang lain dengan memahami perbedaan serta memaklumi kekurangan. Hak asasi manusia dijunjung tinggi bahwa setiap manusia memiliki kesetaraan. Semua manusia diciptakan dengan derajat dan hak yang sama untuk mendapat penghidupan layak serta kebebasan.

Terlepas dari itu manusia tidak luput dari segala macam kekurangan serta perbedaan. Tidak ada manusia yang sempurna. Setiap orang akan naik dan terjatuh pada waktunya. Tidak ada yang abadi. Selalu ingatlah hal itu, agar kita bisa menghargai setiap orang terlepas dari apapun jabatannya dan kekurangannya.

Jika kita bisa menghargai setiap orang serta memahami posisinya, maka perasaan insecure maupun perilaku toxic tidak akan muncul. Yuk belajar sedikit demi sedikit untuk bisa berempati pada semua orang untuk menghilangkan perilaku toxic dan rasa insecure.

4. Memahami dan Memaklumi setiap Keadaan

Foto oleh Liza Summer dari Pexels

Foto oleh Liza Summer dari Pexels via https://www.pexels.com

Bagaimana kita bisa memahami orang lain sedang kita tidak mengalaminya? Kuncinya adalah melihat dari berbagai sudut pandang. Posisikan kita sebagai dirinya yang sedang mengalaminya. Tentunya ada faktor dan juga alasan yang membuat dirinya memilih pilihan tersebut.

Jika kita mampu memposisikan diri kita sebagaimana orang lain, tentunya kita akan dapat memahami apa yang terjadi dan memaklumi keadaannya. Berpikirlah ke arah bagaimana itu bisa terjadi, sehingga akan menuntun kita pada pertimbangan yang positif.

Mungkin saja dia begitu karena alasan tertentu. Pahami dan belajar memposisikan diri kita seperti orang lain, maka kita akan terhindar dari berburuk sangka dan tidak membicarakan keburukannya.

5. Mengenal Kepribadian dan Fokus pada Diri Sendiri

Foto oleh Andre Furtado dari Pexels

Foto oleh Andre Furtado dari Pexels via https://www.pexels.com

Terakhir adalah mencoba mengenali diri sendiri. Jika kita sudah mengenal diri sendiri kita akan tahu dan paham pada apa yang ingin kita capai. Buatlah 100 daftar pertanyaan mengenai diri sendiri. Apa yang kamu sukai dan tidak? Apa impian terbesarmu? Serta hal apa yang membuatmu merasa tenang, nyaman dan bahagia.

Mengenali diri sendiri berarti fokus pada diri kita. Fokusnya bisa berupa pencapaian untuk kebahagian ataupun target yang jelas yang ingin didapatkan. Dengan fokus mengenali diri sendiri, secara langsung kita akan melupakan hal hal yang tidak menjadi target pencapaian. Hal ini tentunya akan menjauhkan kita dari perilaku toxic seperti membicarakan keburukan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Shot the moments on frame (Photograph), Edit with heart and Share it on content (Writing).

CLOSE