Stop Impulsive Buying Berkedok Self-Reward, Beli Seperlunya Saja!

Daripada mubazir dan nggak kepake, mendingan beli sebutuhnya aja sob!

Pernahkah kalian terbersit untuk melakukan pembelian barang-barang selama setahun kebelakang ini. Apakah barang yang kalian beli benar-benar terpakai kah? Atau hanya terbersit dari kesenangan semata. Hati-hati dengan perilaku seperti ini. Bisa-bisa kamu mengalami impulsive buying atau perilaku berbelanja secara berlebihan tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan membeli atas dasar keinginan saja.

Mereka tidak perlu berpikir panjang untuk melakukan keputusan pembelian terhadap barang-barang tertentu. Pemicu adanya perilaku impulsive buying ini bisa dari berbagai faktor. Misalnya adanya diskon, promo, serbuan cashback, sebaran kode referral, penentuan minimal pembelian yang mendorong seseorang untuk melakukan impulsive buying. Mereka memanfaatkan kesempatan ini karena bisa jadi tidak akan didapatkan di kemudian hari. Selain itu mereka juga memanfaatkan kesempatan impulsive buying ini di tanggal-tanggal cantik.

Rasa-rasanya kebiasaan ini berdampak pada kalangan kaum millenial saat ini. Akibat gila belanja, mereka mengeluarkan daya upaya apapun untuk memuaskan nafsu pribadinya. Mulai dari beli barang yang lucu-lucu, ada yang kerenan dikit langsung checkout, lagi banjir diskon di tanggal cantik, langsung kalap dan tiba-tiba keranjang checkout kalian penuh. Kebiasaan impulsive buying ini berdampak buruk bagi penggunanya karena bisa menyebabkan adanya pemborosan. Pengeluaran yang terus-menerus dikeluarkan demi membeli barang-barang yang tidak penting jika berlanjut bisa menjadi ancaman dalam kesehatan keuangan kalian.

Sekarang ini, banyak orang berdalih karena bekerja seharian dan capek-capek banting tulang wajib buat self-reward. Padahal tidak semua orang punya kesempatan yang sama kan untuk melakukan self-reward. Banyak orang menyalahartikan definisi impulsive buying dengan kedok self reward. Mereka dengan bebasnya membeli barang yang kalian suka tanpa peduli berapapun harganya. Tanpa peduli berapa total biayanya. Disini kalian terbutakan oleh keinginan sesaat dan hasrat yang tinggi untuk melakukan pembelian suatu barang.

Sebisa mungkin tolong untuk mengurangi perilaku impulsive buying ini. Prioritaskan dulu kebutuhan yang kalian butuhkan. Kurang-kurangi mengalihkan stress dengan memantau platform e-commerce setiap harinya. Agar tidak terbius dalam jurang impulsive buying berkedok self-reward. Buang jauh-jauh keinginan sesaat yang membuat dirimu menyesal untuk membelinya. Terapkan gaya hidup hemat dan kurangi pemborosan akibat impulsive buying ini. Mengapresiasi diri bisa dengan hal yang lain kok, tidak harus berfoya-foya melakukan impulsive buying demi kesenangan sesaat. So, inilah cara yang bisa kalian lakukan untuk menghindari perilaku impulsive buying ini agar tidak kebablasan.

Advertisement

1. Bedakan antara Kebutuhan dan Keinginan

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels via https://www.pexels.com

Hal yang pertama kali harus kalian lakukan ketika sudah terjebak dalam jurang impulsive buying adalah bedakan antara kebutuhan dengan keinginan. Seseorang yang mendorong dirinya untuk memenuhi kebutuhan rasa-rasanya tidak mungkin gampang terhasut untuk melakukan impulsive buying. Terlebih juga perilaku self reward, mereka tidak langsung termakan dengan adanya gengsi yang berlebihan.

Makanya membedakan antara kebutuhan dan keinginan ini penting sebab hal paling mendasar ketika melakukan pembelian. Pertanyaan yang bisa mendorong kamu untuk membedakan keduanya adalah apakah barang yang kamu beli itu memang kamu membutuhkannya? Apakah uangmu cukup untuk belanjakan itu? Pilihannya hanya butuh atau tidak. Cukup atau tidak.

Advertisement

Disini kalian harus bisa memilah-milah, apakah memang barang yang kamu beli itu benar-benar kamu butuhkan atau tidak? Coba dipikir-pikir lagi. Apakah dengan kamu membeli barang tersebut dapat mengatasi permasalahan kamu? Atau justru kamu terhanyut akan kesenangan sesaat aja. Kalian bisa memikirkannya dalam 30 hari lalu kalian list dalam sebuah notes atau keranjang checkout di e-commerce pilihan kalian. 

Jika dalam waktu 30 hari, ternyata barang tersebut sudah tidak tertarik untuk kamu beli setelah kamu pikir-pikir maka sisihkan dan coret dari daftar. Jika dalam waktu 30 hari, kamu menginginkan barang tersebut karena memang kamu butuh dan perlu digunakan maka silahkan beli. Semua keputusan ada pada kalian mau beli ataupun tidak. Yang penting ketika kamu membeli barang maka disarankan seperlunya saja dan sebutuhnya saja.

2. Kendalikan Ego dan Hasrat Sebelum Memutuskan Untuk Berbelanja

Advertisement
Photo by mentatdgt from Pexels

Photo by mentatdgt from Pexels via https://www.pexels.com

Salah satu pemicu utama seseorang melakukan impulsive buying adalah termakan gengsi. Pemicunya bisa jadi banyak faktor entah itu dari ego sendiri, ikut-ikutan tren, FOMO karena ingin mengoleksi outfit-outfit yang kece dan keren. Nah, jangan sampai dengan adanya gengsi karena melihat teman-teman kamu berpakaian modis dan necis. Terus kalian ikut-ikutan juga beli barang-barang yang mirip sama teman kamu. Kenyataan inilah yang seringkali dialami oleh kaum ekser (ekonomi seret) dan elit (ekonomi sulit) memaksakan diri membeli barang-barang yang tidak kamu butuhkan sebetulnya. 

Kondisi inilah yang perlu dikendalikan oleh seseorang yang melakukan impulsive buying agar tidak termakan ego dan gengsi sendiri. Saranku adalah kalian bisa checkout barang-barang yang kamu butuhkan, itu saja dulu yang diprioritaskan. Kalau ada rezeki lebih, boleh deh terserah. Intinya, kalian tidak perlu memaksakan diri terlalu keras untuk menginginkan sesuatu. Entah itu bentuknya barang mewah, pakaian, makanan, minuman dan lain-lain.

3. Jangan Gampang Terhasut untuk Menggunakan Fitur Paylater

Photo by Anete Lusina from Pexels

Photo by Anete Lusina from Pexels via https://www.pexels.com

Ketika kamu mengejar kesenangan dan menginginkan suatu barang tetapi terkendala dengan anggaran dan biaya, pastinya kamu kebingungan. Uangnya nggak cukup bingung, terus kalian coba untuk pinjam uang ke teman juga sungkan. Akhirnya kamu memaksakan diri dengan memilih jalan lain yaitu menggunakan paylater. 

Pesan aja dulu bayarnya bisa nanti kok kan bisa dicicil. Yang penting kan bisa ditalangin dulu urusannya kelar deh. Disini kamu harus bisa memiliki pendirian dan perencanaan keuangan sendiri. Jangan sampai mudah terhasut untuk menggunakan paylater. Kalau memang ada dananya dan cukup, it’s ok tidak ada masalah sebetulnya.

Kalau misalnya belum cukup biayanya untuk membeli barang tersebut, mending ditahan dulu. Ditabung dulu kan bisa daripada pakai paylater yang awalnya senang eh diakhir jadi makin ribet harus bayar tagihannya. Prioritaskan barang yang memang kamu butuhkan terlebih dahulu. Jangan termakan gengsi dan ikut-ikutan tren. 

Kamu yang punya uang harus bisa mengatur mana yang perlu untuk dibelanjakan, mana yang sekiranya bisa nanti dulu untuk dibeli kapan-kapan. Impulsive buying muncul akibat seseorang sudah tidak tahan untuk membeli barang yang sebenarnya realnya tidak dibutuhkan di jangka pendek. Manfaatkan fitur paylater ketika dalam keadaan mendesak saja. Kalau pun masih bisa ditahan, ditahan aja dulu jangan terlalu sering atau pakai fitur yang satu ini.

4. Bentengi Batasan Ketika Melakukan Impulsive Buying

Photo by Alexandra Maria from Pexels

Photo by Alexandra Maria from Pexels via https://www.pexels.com

Ketika kamu melakukan impulsive buying, sebisa mungkin tetapkan batasannya. Batasan disini maksudnya adalah paham akan situasi dan kondisi ketika memutuskan pembelian. Bentuk batasan bisa bermacam-macam mulai dari penyusunan anggaran yang kamu belanjakan, batasan jumlah item yang harus kalian beli. 

Kamu harus bisa menyusun prioritas terkait kapan kamu harus beli barang tersebut, berapa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membeli produk tersebut, pikirkan juga biaya lainnya diluar pembelian seperti ongkir, jasa antar dan lain-lain. Alokasikan biaya khusus untuk disisihkan buat belanja keperluan yang memang benar-benar kamu butuhkan ya. 

Batasi anggaran yang kalian sisihkan untuk sebulan. Targetkan dan harus tegas bahwa jangan sampai boros pengeluaran. Kalaupun impulsive buying ini berkedok self-reward, pastikan untuk tidak tergiur dengan mudah. Maksudnya adalah biasanya impulsive buying ini terbersit akibat ketika membeli dalam jumlah banyak, maka jatuhnya lebih murah. Jangan tergoda untuk beli barang dalam jumlah banyak. Intinya secukupnya saja dan disesuaikan lagi dengan kebutuhan dan biaya kalian ya sob.

5. Jangan Buka Marketplace Kala Sedang Suntuk

Photo by PhotoMIX Company from Pexels

Photo by PhotoMIX Company from Pexels via https://www.pexels.com

Kalian pastinya ada waktu-waktu dimana kalian sedang suntuk, capek dan lelah setelah seharian bekerja. Tiba-tiba tanpa kalian sadari, kalian dialihkan ke marketplace buat lihat-lihat barang yang keren-keren. Awalnya iseng-iseng aja buat menghilangkan penat dan lelah. 

Tetapi setelah lihat barang yang lucu-lucu, unik dan banyak pakaian-pakaian yang pengen banget kamu beli jadinya ketagihan dan tergerak untuk pengen beli juga. Disinilah pentingnya untuk tidak melakukan impulsive buying dengan dalih berbelanja untuk menghilangkan stress setelah seharian beraktivitas. Kalian pastinya kesulitan dan bingung membedakan mana yang butuh dan mana yang sebenarnya bisa nanti-nanti aja kalau beli.

Setidaknya kalian sedikit menahan dan jangan sampai kalian membuka marketplace atau e-commerce ketika sedang suntuk. Kenapa? Pastinya kalian akan terdistract untuk membeli barang-barang yang tersedia di produk pilihan ataupun produk yang best seller. Padahal kalian ceritanya lagi suntuk, terus kalian alihkan ke hal-hal yang membuat kalian stressnya menjadi hilang.

Jangan sampai alasan ini muncul di kalian ketika melakukan pembelian. Mulai sekarang kalian stop untuk berbelanja dengan alasan penghilang stress atau menaikkan mood dan lain-lain. Karena nantinya kalian akan menyesal bahwa barang-barang yang kalian beli itu nyatanya hanya kesenangan diawal saja. Sisanya barang-barang tersebut akhirnya jadi tidak terpakai.

6. Tahan Godaan dari Jebakan Strategi Marketing

Photo by Artem Beliaikin from Pexels

Photo by Artem Beliaikin from Pexels via https://www.pexels.com

Alasan seseorang melakukan impulsive buying pastinya tidak lain dan tidak bukan adalah pengaruh dari strategi marketing. Banyaknya strategi yang diluncurkan membuat konsumen alias user terpikat untuk beli barang-barang yang kalian inginkan. Apalagi dengan iming-iming dapatkan cashback, membeli sebuah barang dengan minimal pembelian tertentu, adanya kode referral sehingga jadinya lebih murah. Saranku kalau memang tidak ingin menyesal di kemudian hari, lebih baik ditahan dulu. Jangan dilakukan. Disinilah pentingnya seseorang untuk tidak dengan gampangnya terpengaruh oleh strategi marketing.

Akhirnya seseorang mengiyakan dan melakukan impulsive buying secara terus-menerus. Kalian mungkin bisa menolaknya dengan halus kalau memang belum dulu untuk membeli barang yang ditawarkan. Kalau misalnya dari kejauhan bakalan ditawarin dan pengen menjauh, gapapa menjauh aja. Kalian bisa juga untuk keep terlebih dahulu barang-barang yang ingin kalian checkout sembari menunggu uangnya ada. Baru kalian checkout barang-barang tersebut. Pertimbangkan dengan bijak untuk mengenali strategi marketing yang ditawarkan sehingga kalian tidak mudah terbius untuk melakukan pembelian secara impulsif. So, hati-hati ya guys!

7. Ingat Terakhir Kali Penyesalan Saat Melakukan Impulsive Buying

Photo by Terje Sollie from Pexels

Photo by Terje Sollie from Pexels via https://www.pexels.com

Setelah kalian menyadari kalau memang kalian melakukan pembelian secara bertubi-tubi. Apalagi kalian sudah tahu bahwa kalian menyesal untuk membeli barang-barang yang kalian inginkan dan pastinya uang kalian lenyap. Maka inilah saatnya kamu untuk mengingat-ingat kembali penyesalan terbesar apa yang kalian rasakan ketika melakukan impulsive buying. 

Apakah saat kamu membeli barang taunya tidak terpakai, apakah barang yang kalian beli ternyata ukurannya kekecilan atau kebesaran di kalian. Terus apakah barang yang kalian beli, ternyata baru sadar bahwa barang ini menuh-menuhin lemari, banyak barang yang menganggur dan mubazir karena tidak kalian butuhkan sebenarnya. 

Kalau sudah tahu buruknya impulsive buying terjadi pada kalian maka kamu bisa mengurangi perilaku ini based on pengalaman yang kalian alami sendiri. Jadi intinya perilaku impulsive buying bukanlah suatu hal yang baik bagi kalian. Prioritaskan dahulu barang-barang yang memang kamu perlu butuhkan tanpa adanya paksaan atau dorongan dari orang lain.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka Seblak dan Baso Aci

CLOSE