Pesantren, atau masyarakat seringkali menyebut dengan “Pondok” merupakan lembaga Pendidikan berbasis asrama yang di dalamnya terdapat santri dan kiai. Meskipun pesantren dikatakan tradisional, akan tetapi hingga kini semua orang tua masih ingin menyekolahkan anaknya ke pesantren. Tidaklah mudah bagi orang tua untuk memondokkan anaknya.
Meskipun berkecukupan dalam biaya, kemauan dari anak tersebut juga menjadi faktor. Sungguh, jika orangtua memaksakan anak ke pesantren. Anak tersebut tidak akan betah di pesantren, dan mungkin juga berusaha kabur dari pondok. Berdasarkan hal berikut, saya akan memberikan suatu strategi cerdas bagi orangtua yang akan memondokkan anaknya ke pesantren .
ADVERTISEMENTS
1. Tentukan pilihan Pesantren
Foto oleh @asrama_n dari Instagram via https://www.instagram.com
Menentukan pesantren menjadi langkah awal yang harus dilakukan oleh orang tua untuk menentukan pesantren yang cocok dengan anak. Karena di dalam pesantren terdapat kurikulum yang diajarkan di pesantren, sedangkan diantara pesantren dengan pesantren lainnya terdapat kurikulum yang beragam dan bervariasi. Maka hal ini harus dilakukan oleh orang tua ketika akan memondokkan anak.
ADVERTISEMENTS
2. Diskusikan dengan anak
Photo by August de Richelieu on Pexels via https://images.pexels.com
Diskusikan dengan anak jika orang tua berhasil menentukan pesantren yang cocok. Dan perlu diketahui bagi orang tua untuk menggunakan bahasa yang halus dan lembut. Meskipun kepada anak, hal ini juga menjadi faktor yang memungkinkan dalam keberhasilan orang tua dalam memasukkan anak ke pesantren, serta terdapat beberapa langkah dalam berdiskusi antara orang tua dengan anak, yaitu :
1) Bertanya kepada anak tentang sekolah yang diinginkan. Jadi berilah kesempatan anak untuk menyatakan sekolah yang mungkin dia inginkan;
2) Menyebutkan konflik sosial kepada anak. Jadi apabila anak menyatakan ingin bersekolah negeri maka orang tua boleh menanggapi anak tersebut dengan nasihat tentang konflik sosial yang terjadi di lingkungan sekitar seperti tawuran antar pelajar, dan lain-lain;
3) Tawarkan pesantren kepada anak. Jadi setelah orang tua melakukan nasihat kepada anak, berilah motivasi dan dorongan kepada anak agar mau mondok di pesantren.
ADVERTISEMENTS
3. Banggakan anak sebelum ke Pesantren
Photo by Yan on Pexels via https://www.pexels.com
Pada tahap ini sangat mudah dilakukan bagi orang tua. Karena, jika anak sudah mau dimasukkan di pesantren, orang tua hanya membanggakan anaknya ketika masih di rumah. Definisi membanggakan anak, bukan hanya dengan mengeluarkan uang, akan tetapi juga bisa dengan rekreasi wisata, dan lain dari hal itu. Jadi jangan beri kesempatan anak untuk melamun sendiri atau berpikir yang tidak-tidak. Karena hal tersebut membuat anak membatalkan untuk pergi ke pesantren.
ADVERTISEMENTS
4. Penuhi segala kebutuhan anak
Photo by Oleg Magni on Pexels via https://www.pexels.com
Terkadang anak juga meresahkan dengan bagaimana segala kebutuhan jika di pesantren. Hal ini merupakan kekhawatiran yang sering dipikirkan oleh semua anak yang akan ke pesantren. Maka berilah keyakinan kepada anak agar tidak mengkhawatirkan segala kebutuhan di pesantren.
ADVERTISEMENTS
5. Atur jadwal kunjungan
Photo by RODNAE Productions on Pexels via https://www.pexels.com
Jadi ketika anak sudah memasuki pesantren, seringlah bagi orang tua untuk mengunjungi anaknya, terutama anaknya masih menjadi santri baru di pesantren. Anak tersebut masih mengalami adaptasi lingkungan secara mau atau tidak mau harus diterimanya. Apabila orang tua sibuk dengan kesibukan kerja sempatkanlah untuk menelpon anak.
ADVERTISEMENTS
6. Kesuksesan orang tua
Photo by Ekrulila on Pexels via https://www.pexels.com
Hal ini merupakan suatu momen yang dinanti-nanti oleh orang tua yang memondokkan anak di pesantren, karena anak di pesantren telah mengampu pendidikan-pendidikan baik mencakup pengetahuan, agama, dan moral yang diajarkan oleh kiainya di pesantren. Dan akan memiliki sifat keikhlasan, kesederhanan, ukhuwah Islamiyah, kemandirian, dan ketaatan dalam beribadah.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”