Ternyata, Body Shaming Adalah Pedang Bermata Dua. Wah, Hati-Hati!

Dampak Body Shaming bagi Korban dan Pelaku

“Wah makin gemuk aja ya. Olahraga dong!”            

Pernahkah kamu secara sengaja maupun tidak sengaja mempermalukan teman atau orang lain dengan menyinggung bentuk tubuhnya lewat candaan dengan kata kata tersebut? Mungkin beberapa dari kalian berkata seperti itu dengan maksud memotivasi agar seseorang dapat memulai hidup sehat atau hanya sekedar bercanda, tetapi kata kata tersebut memiliki dampak negatif bagi orang lain. Tindakan tersebut kita kenal dengan istilah body shaming.

Body shaming  merupakan tindakan mengkritik atau mengomentari bentuk tubuh seseorang tanpa memikirkan perasaannya. Tindakan ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari hari dan sering dialami oleh remaja perempuan. Adanya  persepsi lingkungan sosial mengenai citra tubuh yang dirasa sangat sensitif bagi kebanyakan remaja khususnya kalangan wanita, seperti patokan “tubuh ideal” menyebabkan  munculnya suatu standar kecantikan. Hal ini dapat menyebabkan  seseorang merasa rendah diri apabila tidak dapat mencapai standar kecantikan tersebut.

Ada macam-macam bentuk body shaming yang perlu kita ketahui. Ketika kita mengkritik seseorang yang memiliki bentuk tubuh yang gemuk, itu merupakan tindakan fat shaming dan jika kita mengkritik seseorang yang memiliki bentuk tubuh yang kurus dinamakan dengan skinny shaming. Tindakan body shaming tidak hanya berkomentar terhadap ukuran tubuh seseorang (gemuk atau kurus) melaikan juga berkomentar terhadap warna kulit.           

Lantas apa saja dampak dari body shaming ini? Ternyata tidak hanya berdampak pada korban, pelaku body shaming juga mendapatkan dampaknya lho!

ADVERTISEMENTS

1. Membuat orang insecure dan menutup diri

Terlalu sering mendapatkan perlakuan body shaming dapat membuat seseorang kehilangan percaya diri loh guys. Seseorang yang mudah termakan omongan orang  lain akan terus melakukan perubahan dalam gaya hidupnya. Ia lakukan agar dapat diterima orang sekitarnya seperti melakukan perawatan tubuh, berhati-hati dalam memilih pakaian, melakukan diet dan olahraga secara berlebihan dan menjadi sensitif mengenai tubuh.

Hal ini akan membuat seseorang depresi jika tidak terbiasa dengan perubahan tersebut dan memilih untuk membatasi diri dari lingkungan sosial

ADVERTISEMENTS

2. Penderita mengalami gangguan makan anorexia Nervosa

Male with anorexia

Male with anorexia via http://Shutterstock.com

Gangguan makan merupakan hal yang serius untuk diperhatikan karena akibatnya akan fatal untuk kesehatan dan dapat berujung kematian. Perlu untuk kita ketahui, prediktor yang kuat pada gejala anorexia adalah rasa malu akibat mendapatkan komentar negatif dari orang lain lho. Rasa malu inilah yang menyebabkan munculnya kesadaran diri dan juga respon negatif terhadap diri sendiri. Akibat rasa malu ini, penderita anoreksia nervosa memiliki rasa takut yang berlebihan ketika berat badan bertambah dan sangat terobsesi untuk memiliki tubuh yang kurus.

Ketidakpuasan akan bentuk tubuh menjadikan banyak orang, khususnya wanita seringkali salah menilai bentuk tubuhnya. Penderita anorexia melakukan berbagai cara yang tidak sehat untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal menurut mereka, seperti membatasi porsi makan seminimal mungkin atau menggunakan obat-obatan penekan nafsu makan. Penderita anorexia juga akan terus berolahraga dangan cara yang berlebihan karena takut berat badan mereka bertambah meskipun sudah banyak berkurang.

ADVERTISEMENTS

3. Penderita dapat mengalami gangguan makan Bulimia Nervosa

Bulimia Nervosa

Bulimia Nervosa via https://www.google.com

Bulimia merupakan gangguan perilaku makan yang di tandai dengan tindakan makan dengan cara yang berlebihan. Sama seperti anorexia, gangguan ini dapat di sebabkan oleh  tekanan dan kritik dari orang lain mengenai citra tubuh seseorang. Penderita melakukan kebiasaan makan yang berlebihan secara terus menerus.

Namun setelah itu mereka akan merasa bersalah dan menyesalinya bahkan sampai membenci diri nya sendiri, sehingga mereka menggunakan obat pencahar dan memaksa tubuhnya untuk memuntahkan makanan.

ADVERTISEMENTS

4. Body shaming dapat berujung pidana bagi pelaku lho

Penjara kejahatan pidana

Penjara kejahatan pidana via https://pixabay.com

Hukum bagi tindak pidana penghinaan citra tubuh (body shaming) adalah Pasal 315 KUHP, yang yang menyatakan bahwa

“Tiap-tiap penghinaan dengan sengaja yang tidak bersifat pencemaran atau pencemaran tertulis, yang dilakukan terhadap seorang, baik di muka umum dengan lisan atau tulisan, maupun di muka orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan, atau dengan surat yang dikirimkan atau diterimakan kepadanya, diancam karena penghinaan ringan, dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak tiga ratus rupiah”

Tidak hanya itu, Pengaturan mengenai pencemaran nama baik dalam UU ITE termuat dalam Pasal 27 ayat (3) yang berbunyi: 

“Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi dan /atau dokumen elektronik yang dimiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.”

Selanjutnya dalam Pasal 45 ayat (1) UU ITE mengatur mengenai sanksi atas pelanggaran ketentuan Pasal 27 (3) yang diancam dengan pidana penjara 6 (enam) tahun.

Sudah banyak kasus-kasus body shaming yang dilaporkan oleh korban yang berani speak up, dengan hukuman yang berat. Ancaman untuk pelaku akan lebih besar karena apa yang diunggah di media sosial bisa saja menjadi viral dan memberi dampak yang lebih parah pula.

 

ADVERTISEMENTS

5. Pelaku sulit berhubungan dengan orang lain

Terkucilkan

Terkucilkan via https://www.pexels.com

Salah satu faktor yang mendorong pelaku melakukan body shaming adalah merasa senang ketika orang lain tertawa atas candaannya. Tetapi, jika kita memiliki sifat yang kasar dan tutur kata yang kurang bagus  akan membuat orang enggan bersosialisasi dan akan menjauhi kita.

Nah kita telah membahas dampak  body shaming. Semoga kita selalu berhati-hati dalam bertutur kata. Tidak ada yang berhak menghentikan kita untuk beropini, tetapi kita tetap harus bertanggung jawab atas apa yang kita katakan. Pikirkan sebelum bertindak, apakah kata-kata yang kita lontarkan dapat menyakiti orang atau tidak.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini