Transformasi Kebangkitan di Bulan Ramadhan Pada Masa Pandemi

Mulai dari kebangkitan nasional, ramadhan, dan pandemi

Ramadhan tahun ini memang berbeda. Bukan saja hadir di tengah-tengah pandemi COVID-19. Tapi ramadhan kali ini juga kehadiran tamu spesial yakni peringatan “Hari Kebangkitan Nasional” pada tanggal 20 Mei 2020. Oleh sebab itu, masyarakat seharusnya bisa lebih mendalami makna dari hari nasional tersebut dengan cara merefleksikan atau mengaplikasikan semangat persatuan dan kesatuan semua elemen dalam suatu pergerakan untuk melawan virus ini dan nantinya diinginkan tampil sebagai pemenang. 

Advertisement

1. Ramadhan yang sangat berbeda

Ramadan yang berbeda

Ramadan yang berbeda via https://pin.it

Di samping tak adanya kebiasaan seperti ramadhan sebelumnya yakni ngabuburit, buka bersama, tarawih keliling, sahur on the road, ataupun tadarusan di masjid. Ada yang menarik di ramadan kali ini. Di tengah suasana ini muncul kegiatan positif yang tumbuh seperti berkumpul bersama keluarga dan bertambahnya kesadaran masyarakat akan kebersihan karena pentingnya kesehatan. Seperti firman Allah yang berbunyi:

فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا ۚ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ

Advertisement

“Di dalamnya (masjid) itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih”. (At-Taubah:158)

Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah swt menyukai orang-orang yang sadar akan kebersihan, mereka dijaga oleh Allah swt dari segala macam marabahaya baik dhohir maupun bathin. Oleh karena itu, sudah saatnya puasa ramadan ini menjadi momentum transformasi diri kita untuk menjadi lebih bangkit dalam memenangkan perang dengan covid-19 ini.

Salah satunya dengan mematuhi aturan pemerintah yang sah, dengan melaksanakan berbagai protokoler kesehatan secara ketat. 

Advertisement

2. Ramadan dan peringatan Kebangkitan Nasional

Meraih Pribadi yang Takwa

Meraih Pribadi yang Takwa via https://pin.it

Tidak hanya puasa ramadhan saja, peringatan hari kebangkitan nasional yang bertepatan pada bulan ramadan ini juga seharusnya bisa menjadi momentum penting untuk membangkitkan kesadaran masyarakat akan kebersamaan dan kesadaran secara bersama-sama. Bantuan tangan-tangan kemanusian diperlukan agar kita dapat keluar dari pandemi yang menjadi persoalan di seluruh bangsa dan nusantara ini. Karena tujuan kita berpuasa di bulan ramadan ini tak lain adalah membentuk pribadi yang takwa.

Nah, kepribadian tersebut tidak bisa diraih apabila tidak ada transformasi pada diri kita. Seperti yang tertera pada salah satu firman-Nya yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”. (Al-Baqarah:183)

Dari ayat tersebut dapat dijelaskan bahwa, tujuan dari wajibnya berpuasa adalah agar kita menjadi pribadi yang lebih bertaqwa kepada-Nya. Hal itu menyimpulkan bahwa semangat dalam menjalankan ibadah puasa ramadan ini cocok untuk menjadi momentum. Sebuah momentum perubahan masyarakat dalam memompa kebangkitan ekonomi, persatuan dan kesatuan umat yang terpuruk akibat covid-19 ini. 

3. Terserah bukan berarti menyerah

Indonesia Terserah

Indonesia Terserah via https://pin.it

Munculnya tagar #Indonesiaterserah tersebut diyakini sebagai bentuk protes para tenaga medis yang telah berjuang keras melayani korban positif virus covid-19 ini. Akhir-akhir ini tagar tersebut membuktikan lagi bahwa kesadaran masyarakat mulai bergeser sedikit demi sedikit. Kesadaran akan nilai solidaritas dan empati yang seharusnya sangat dibutuhkan dalam menangani situasi seperti ini.

Pada saat bersamaan bermunculan sikap acuh, cuek, egois bahkan pengabaian terhadap peraturan pemerintah. Padahal peraturan tersebut bertujuan untuk memutuskan rantai penyebaran pandemi covid-19 ini. Jika masyarakat terus dibiarkan seperti ini, maka akan semakin lama rantai penyebaran virus akan berakhir.

Tagar tersebut tidak hanya sebagai bentuk protes para medis, tetapi juga bentuk respon masyarakat yang sadar akan bahaya covid-19. Bentuk respon yang menjadi penanda kepercayaan pada para pemimpin yang mulai tergerus. Karena menurut saya kesan yang muncul terhadap pemerintah adalah pembebasan negara atas apa-apa yang dilakukan oleh warganya disebabkan masyarakat mulai tidak peduli atas segala yang terjadi. Lagi-lagi disebabkan karena kepercayaan yang mulai luntur.

Bukan hanya itu saja, maksud munculnya tagar #indonesiaterserah dari para medis sebenarnya adalah bukan berarti mereka menyerah atas perilaku masyarakat akhir-akhir ini. “Terserah” di sini bermaksud yang penting mereka tetap melayani para korban dengan baik, respon dari masyarakat tentang kebijakan pemerintah yang “terserah” 

4. Desain ulang perilaku dari sekarang

menjadi pribadi yang bertakwa

menjadi pribadi yang bertakwa via https://pin.it

Maka dari itu, kita harus mendesain ulang semua perilaku atau sikap kita dari sekarang. Dengan cara menjadikan momentum kebangkitan nasional di bulan ramadan ini sebagai upaya untuk bangkit secara kolektif ditengah-tengah pandemi ini. Seperti kutipan yang dilansir pada akun Twitter resmi presiden Republik Indonesia @jokowi

“Lebih dari seabad lalu rakyat berjuang mewujudkan suatu bangsa yang besar, kuat, dan bersatu, yang ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo. Hari ini, 112 tahun kemudian, kita kembali ditantang untuk mewujudkan solidaritas sosial dan persaudaraan sejati dalam mengatasi pandemi Covid-19 ini.”

Pada Hari Kebangkitan Nasional 2020. 
Terbukti, sangat penting bagi kita untuk segera meningkatkan kepekaan sosial masyarakat Indonesia bersama-sama. Sangat penting juga untuk membangkitkan kesadaran dan kepedulian bersama. Uluran bantuan pun menjadi sangat berarti agar kita dapat memenangkan “perang” dengan covid-19 ini bersama-sama. Cara untuk melakukannya adalah mendisiplinkan diri, mengatur sikap dan perilaku, serta fokus pada tujuan bersama yang lebih besar.

Bulan Ramadan ini merupakan wadah untuk melakukan cara-cara tersebut. Ramadan juga bisa menjadi sarana untuk mencapai pribadi yang taqwa yang mana pribadi tersebut adalah puncak dari kualitas kemanusiaan.

5. Bersama-sama meningkatkan kebersamaan dan kepedulian

Meningkatkan Kepekaan Sosial

Meningkatkan Kepekaan Sosial via http://https

Dengan demikian sudah jelas bahwa dalam beribadah kepada Allah swt, memang harus memperhatikan aspek ketaqwaan sosial. Agama adalah akhlak. Agama adalah perilaku. Agama adalah sikap. Semua kepercayaan / agama tidak dipungkiri lagi untuk mengajarkan kesantunan, kepedulian, empati, simpati, belas kasih, dan peka terhadap sesama. Seperti hadist berikut ini Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Sebaik baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”

Hadist di atas menunjukan bahwa Rasullullah menganjurkan umat islam selalau berbuat baik terhadap orang lain dan mahluk yang lain. Hal ini menjadi indikator bagaimana menjadi mukmin yang sebenarnya. Eksistensi manusia sebenarnya ditentukan oleh kemanfataannya pada yang lain.  

Jadi, marilah kita bersama-sama menjadikan puasa ramadan dan kebangkitan nasional sebagai momentum untuk bangkit dan bergerak. Membantu sesama agar dapat memenangkan dan keluar dari berbagai krisis yang terjadi akibat pandemi covid-19 ini.

Kesadaran bersama ini dibutuhkan agar dalam memenangkan “perang” melawan pandemi ini dapat terorganisir dan terstruktur secara baik. Sehingga bangsa kita tetap sehat dan dapat menjalani kehidupan seperti biasa, saling bertemu dan bertegur sapa. Serta bekerja dan beraktivitas seperti semula dengan model dan budaya yang berbeda setelah pandemi ini. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE