Warna-warni Menginap di Hostel, Mulai dari Interaksi Antar Budaya Sampai Saling Menghormati

Penting Untuk Backpacker!

Setelah penerbangan, masalah lain yang harus dipikirkan para traveller adalah penginapan. Pos ini lumayan menyita budget perjalanan, oleh karena itu perlu dipikirkan secara matang. Beruntung saat ini traveller, terutama para backpacker, semakin dimanjakan dengan berbagai kemudahan. Kalau di penerbangan ada low cost carrier alias penerbangan murah, di penginapan pun berkembang gejala yang sejenis. Salah satunya adalah hostel.

Hostel adalah penginapan murah dengan beberapa orang berada di dalam satu kamar. Di penginapan ini, kita akan berbagi kamar dengan travellers dari berbagai belahan dunia. Ada yang satu kamar berisi empat bed, enam bed atau di atas sepuluh bed. Tidak ada batasan jumlah bed di dalam kamar. Tempat tidur umumnya berupa tempat tidur tingkat (bunk bed) yang bisa jadi terdiri atas dua tingkat atau tiga tingkat. Berapa jumlah bed dalam kamar, suka-suka pemiliknya saja.

Biasanya para traveller mau mendefinisikan ulang mengenai kenyamanan penginapan karena berpikir bahwa hostel sebenarnya dipakai hanya sesaat saja. Ketika bepergian, terutama ke luar negeri, kita seperti tidak mau melewatkan satu detik pun untuk menjelajah tiap sudut destinasi wisata. Pulang ke hostel sudah malam, tidur sebentar dan pagi-pagi sudah siap untuk explore lagi.

Bagi kamu yang tidak biasa berbagi kamar, mungkin akan risih karena merasa privacy-mu terganggu. Apa boleh buat, inilah yang didapatkan dengan biaya yang murah. Tapi sebaiknya, jangan buru-buru ilfil dengan hostel. Ada banyak warna warni di sini.

Berikut adalah warna warni menginap di hostel.

1. Seberapa Murah

Receptionist yang Selalu Helpful

Receptionist yang Selalu Helpful via https://images.oyster.com

Advertisement

Tarif hostel tergantung di mana ia berada. Untuk kota-kota mahal seperti Tokyo atau London, tarif hostel per malam bisa berkisar antara IDR 300 ribu sampai di atas 500ribuan. Untuk kota-kota di Asia lainnya, masih ada yang di bawah IDR200 ribuan. Sedangkan di tanah air, banyak yang masih berkisar IDR100 ribuan per malam.

Jangan bandingkan dengan tarif hostel luar negeri dengan hotel di tanah air, ya. Apalagi saat ini di beberapa kota seperti di Jogja dan Denpasar sedang ada perang tarif hotel, di mana dengan IDR500 ribuan sudah bisa menginap di hotel berbintang 3 ke atas.


Lebih bijak kalau membandingkan tarif hostel dengan tarif hotel atau penginapan lain di kota tujuan. Di kota-kota besar dunia, tarif hotel per malam bisa puluhan kali lipat dari tarif hostel!


Advertisement

2. Fasilitas

Berapa Jumlah Bed, Suka-suka Pemiliknya

Berapa Jumlah Bed, Suka-suka Pemiliknya via http://mangotreehostel.com

Fasilitas hostel bervariasi. Sejauh pengalaman saya, fasilitas umum sebuah hostel umumnya adalah kamar, kamar mandi, locker penyimpanan (kunci gembok untuk locker bawa sendiri, ya), living room (plus dispenser, microwave) dan wi-fi. Fasilitas yang disebut terakhir ini dianggap penting oleh owner-nya karena sebagian besar traveller yang menginap di sini adalah anak muda yang selalu ingin on line. Fasilitas tiap hostel berbeda-beda, oleh karena itu kamu harus rajin mengeceknya via internet sebelum memesannya.


Kamar mandi digunakan untuk seluruh penghuni kamar. Jadi, apakah harus antri? Nah menurut pengamatan saya, orang-orang dari beberapa negara biasanya tidak mandi pagi. Hanya cuci muka dan gosok gigi saja. Ini sudah mengurangi antrian (hanya orang Indonesia yang tetap mandi dua kali sehari meskipun di musim dingin!). Di hostel, biasanya juga ada kamar mandi di luar kamar dan bisa dipakai semua tamu. Kenali hostelmu, biasanya kamar mandi umum ada di dekat living room atau di ujung gang kamar. Kamar mandi ini bisa digunakan ketika kamar mandi di kamar sedang digunakan


Biasanya hostel menyediakan shower dengan air dingin dan hangat. Air hangat sangat penting kalau kita bepergian pada musim dingin. Kebijakan hostel tentang sarapan berbeda-beda, ada yang include dengan sarapan ada yang tidak. Tentu ini akan berkorelasi dengan tarif yang harus dibayarkan.

Advertisement

3. Interaksi Antar Budaya

Ngobrollah Kalau Bisa

Ngobrollah Kalau Bisa via https://www.thebrokebackpacker.com

Tinggal di hostel berarti akan tinggal dengan orang-orang dari seluruh dunia. Dari yang berkulit gelap sampai berkulit terang. Dari yang bermata sipit sampai bermata belo. Semuanya ada di sini.


Sebaiknya kita menggunakan kesempatan ini untuk ngobrol dan berinteraksi. Sekali lagi, berdasar pengalaman, umumnya mereka senang diajak ngobrol. Kalau ada satu atau dua traveller yang tampak enggan ngobrol atau terlihat jutek, tinggalkan. Tapi jangan buru-buru menggeneralisasi bahwa semua traveller seperti itu. Orang jutek ada di mana-mana, termasuk di daerah asal kita, bukan?


Masalah bahasa juga tidak seharusnya menjadi kendala. Tidak semua orang di dunia ini menggunakan dan fasih berbahasa Inggris. Bagi orang Indonesia, ini saatnya mempraktekkan bahasa Inggris yang sudah dipelajari sejak SD! Kalau kamu mampu berbahasa asing yang lain, tentu bisa menjadi keberuntungan tersendiri.

Ngobrollah yang ringan-ringan saja. Setelah berkenalan yang biasanya seputar data biografis singkat, teruskan dengan ngobrol yang ringan-ringan saja: tentang destinasi wisata di negara tersebut, keindahannya, cuacanya, atau hal lain yang sifatnya netral. Pada kesempatan ini, hindari topik-topik berat dan kontroversial seperti tentang politik. Di sini kita juga bisa mempromosikan negara kita, lo. Kalau punya buku atau brosur tentang wisata di negara kita, bisa ditinggal di living room supaya dibaca traveller yang datang setelah kita.

Kesempatan ngobrol biasanya dilakukan di living room saat sarapan (kalau ada fasilitas ini) dan malam hari. Seusai lelah menjelajah kota, biasanya malam hari para traveller akan bersantai di living room. Leyeh-leyeh sembari makan yang sudah dibeli secara take away. Ada pula yang sibuk memanaskan makanan di microwave dan membuat kopi dengan dispenser (sekali lagi, kalau disediakan fasilitas ini).

4. Saling Menghormati

Nyantai Boleh, Tapi Tetap Saling Menghargai

Nyantai Boleh, Tapi Tetap Saling Menghargai via https://blog.indiasurvivalguide.com

Pengalaman menunjukkan bahwa para traveller yang berada dalam satu kamar, akan saling menghormati. Misalnya, ketika ada traveller yang masuk kamar pada malam hari—ketika penghuni lain sudah tidur—mereka masuk secara pelan-pelan dan tidak menimbulkan kegaduhan. Di dalam kamar, penghuni juga tidak mengobrol atau tertawa keras-keras dengan temannya.


Intinya, semua penghuni kamar saling menjaga diri untuk tidak mengganggu penghuni yang lain. Hal itu rasanya sudah menjadi satu pemahaman bagi traveller yang tinggal di hostel.


5. Mixed Gender Room

Same Gander Room

Same Gander Room via http://hichicago.org

Nah, ada satu hal penting lagi nih. Untuk menampung sebanyak mungkin travellers, banyak hostel punya kebijakan “mixed gender room” yang artinya traveller laki-laki dan perempuan akan berada pada kamar tidur yang sama. Selain pertimbangan occupancy, mungkin hal ini didasari pertimbangan bahwa ketika satu kamar diisi oleh banyak traveller dari berbagai negara, meskipun berbeda jenis kelamin, mereka akan saling menghormati.


Tapi jika kamu keberatan dengan jenis kamar yang seperti ini, cari terus hostel yang punya same gender room. Masih banyak hostel yang bisa jadi pilihan. Siapa tahu jadi rejeki anak soleh…


Seru kan, tinggal di hostel? Penginapan ini akan melengkapi petualanganmu menjelajah tempat-tempat baru!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis
Edy

Tinggal di Jogja Lifestyle Writer

CLOSE