13 Momen Paling “Menguji” dari Proses Menulis Skripsi. Yang Kuat Ya, Kamu Lebih Hebat Dari Ujian Ini!

Nyekripsi alias mengerjakan skripsi adalah momen paling sakral untuk dijalani selama jadi mahasiswa. Mungkin kita bisa bilang: semua kelas yang kita ambil di semester-semester sebelumnya hanyalah persiapan untuk momen menulis skripsi ini.

Mahasiswa juga punya berbagai cara untuk menjalaninya. Ada yang malas-malasan, sambil kerja sana-sini, hingga akhirnya skripsi keteteran. Mahasiswa tipe ini berprinsip kalau skripsi boleh belakangan, yang penting banyak pengalaman. Tapi ada juga sih yang skripsinya keteteran padahal dia juga nggak ngerjain apa-apa. Sebaliknya, banyak mahasiswa akan fokus dulu ngerjain skripsi. Kalau bisa malah 1 minggu 1 bab, supaya bisa lulus paling duluan.

Meski menyebalkan, momen mengerjakan skripsi akan jadi momen yang paling berkesan setelah kamu lulus nanti. Kenangan-kenangannya kamu ingat sampai tua. Bahkan mungkin ada kalanya, saat sudah lama meninggalkan kampus, kamu merindukan skripsi beserta momen-momen kampretnya.

Untuk kamu yang sudah merasakan kejamnya skripsi, momen-momen menyebalkan di bawah ini pasti nggak asing lagi.

1. Hal menyebalkan pertama pastilah perihal tema. Kadang beberapa hari sendiri sampai habis untuk mikirin dan menemukannya

nulis apa ya?

nulis apa ya? via papasemar.com

*lampu ide menyala terang di atas kepala*

“Ah! Akhirnya aku tahu mau nulis apa!”

*Di ruang Sekretaris Jurusan*

“Wah, Mas… Kalau tema ini sih udah banyak yang nulis. Coba ajukan yang lain ya.”

*grawuk muka*

Bahkan sebelum mulai menulis pun, kamu sudah bisa mengalami hal menyebalkan. Kebiasaan rajin kuliah, selalu duduk di depan, dan rajin mencatat penjelasan dosen nggak menjamin kamu bisa dapetin tema skripsi yang oke. Di momen ini kamu harus rajin-rajin baca buku, baca koran, sampai baca apapun yang bisa memberimu inspirasi. Kamu juga harus bolak-balik ke perpustakaan untuk mengecek apakah tema yang ingin kamu pakai sudah pernah ditulis atau belum. Kalau sudah? Ya harus cari tema lainnya. Menentukan tema jelas hal yang paling penting bahkan menulis kata pertama.

2. Memilih Dosen Pembimbing udah kayak ikut judi atau lotere. Enak atau nggaknya tergantung keberuntunganmu

jangan abaikan dosen pembimbing

jangan abaikan dosen pembimbing via www.muudu.com

Setelah kamu menemukan tema yang kamu rasa oke, saatnya kamu cari pembimbing. Biasanya mahasiswa sudah punya bidikan nanti skripsian mau dibimbing siapa. Biasanya yang jadi primadona adalah dosen yang sehari-hari ngajarnya enak juga terkenal baik dan sabar serta rupawan. Kalau bisa temanya dicocok-cocokin sama dosen incaran itu. Tapi ya namanya keinginan. Kamu harus melewati persaingan dulu. Bisa jadi dosen incaranmu sedang nggak bisa bimbing skripsi, atau udah terlanjur bimbing beberapa anak lain.

Akhirnya karena kurang beruntung, kamu harus dapat dosen lain yang nggak sesuai keinginan. Kalau segitu doang sih nggak apa-apa, masalahnya kamu bisa saja dapat dosbing yang paling dihindari semua orang, dengan alasan dia doang yang bisa. Kalau ini terjadi, bersabarlah! Ingatlah bahwa skripsi pasti berlalu.

3. Berkali-kali proposal ditolak dengan berbagai alasan. Dapat masukan dari dosen, yang sebenarnya kamu kurang paham

proposal ditolak dosen lebih nyesek daripada ditolak gebetan

proposal ditolak dosen lebih nyesek daripada ditolak gebetan via www.idntimes.com

Setelah dapat pembimbing, jangan langsung senang. Saat kamu mengajukan proposalmu, ada seribu kemungkinan yang bisa terjadi

Kalau kamu beruntung : Dosbingmu oke-oke aja, dan memperbolehkanmu langsung maju seminar proposal

Kalau kamu kurang beruntung : Kasus yang kamu teliti dan teori yang kamu ajukan belum cocok. Lalu dosenmu akan menyarankan teori lain, dan memberi referensi buku untuk kamu baca

Kalau kamu nggak beruntung : Dosenmu menolak proposalmu secara keseluruhan karena alasan-alasan yang kamu kurang paham, dan memintamu membuat topik yang baru dengan masukan dari dosenmu yang kamu juga kurang paham

Kalau kamu sedang sial : Dosenmu menolak topik yang kamu ajukan, tapi dia juga nggak ngasih masukan tentang topik apa yang bisa kamu tulis. Sampai akhirnya dua bulan berlalu, dan kamu belum juga menemukan topik lain baru

4. Bimbingan gak selalu lancar. Kadang dosen sibuk dan beberapa janji harus diundur atau dibatalkan

udah capek-capek ke kampus buat bimbingan doang, dosennya keluar kota

udah capek-capek ke kampus buat bimbingan doang, eh dosennya keluar kota via cryface.tumblr.com

“Pak, hari ini jadi bimbingan kan? Saya sudah di departemen.”

“Saya lagi di Medan, Na. Bimbingan hari ini diganti ke minggu depan ya.”

“Oh… oke Pak.”

Persoalan dosen pun bisa mempengaruhi nasib skripsimu. Syukur kalau bimbinganmu dengan dosen lancar, seminggu sekali tatap muka, dan sisanya bisa via email atau diskusi via SMS. Tapi ada juga dosen yang terlalu sibuk untuk itu semua. Kalau kebetulan dosbingmu punya jam terbang tinggi, sering keluar kota sampai ke luar negeri, alamat skripsimu dipertanyakan. Bimbingan pertama bulan Februari. Bimbingan kedua bisa jadi baru bulan depan. Akhirnya kamu pun hanya bisa nyanyi untuk menghibur diri.

Mau marah percuma, paling hanya menelan ludah…

5. Bagaimanapun juga, skripsi adalah soal revisi, revisi, dan revisi lagi

revisi datang bertubi-tubi

revisi datang bertubi-tubi via akhmaddianpratama.tumblr.com

Setelah kerja keras, diskusi berjam-jam hingga sedikit berdebat, akhirnya proposal dan outline skripsimu diterima, dan kamu mulai mengerjakan (calon) mahakarya kamu itu. Tapi itu pun belum tentu berjalan mulus-mulus aja. Setelah menyelesaikan satu bab, kamu akan merasa sangat lega. Dengan sedikit bangga kamu akan menyerahkan hasil jerih payahmu itu ke dosbing. Tapi kamu juga harus tetap tabah, saat print out tulisanmu kembali dengan corean sana-sini penuh perintah revisi. Beruntung jika yang perlu kamu revisi hanya hal-hal kecil yang nggak terlalu menghambat. Ada kalanya dosenmu mempertanyakan substansi skripsimu yang menurutnya nggak jelas arah dan maksudnya. Dan kamu pun akan termenung, mulai mempertanyakan sendiri apa yang sudah kamu tulis. Kamu yang sering mengalami momen-momen ini pasti bertanya-tanya dengan nada nelangsa kapan semua penderitaan ini akan berakhir. Skripsi oh skripsi….

6. Stuck di depan laptop, bingung menatap Microsoft Word yang blank, sampai mendadak dipusingkan teori-teori yang kamu pakai adalah momen biasa

"mikir...mikiiirr..."

“mikir…mikiiirr…” via confusedlarch.tumblr.com

Momen stuck di depan laptop, menatap lembar Microsoft Word nggak hanya terjadi saat kamu mencari tema. Momen blank semacam itu bisa terjadi berkali-kali selama proses kamu nulis skripsi. Kadang kamu bingung harus memulai dengan kalimat apa. Kadang juga kamu membaca ulang tulisan yang kamu tulis sebelumnya, lalu kamu mendadak nggak ngerti dengan tulisanmu sendiri. Pada momen ini, bisa saja kamu benar-benar buntu. Teori-teori yang sebelumnya sudah kamu pahami dan siap kamu terapkan, tiba-tiba menjadi super membingungkan. Kamu merasa bahwa sebenarnya kamu nggak paham-paham amat dengan tema yang kamu ambil. Di situ kamu mulai stress karena merasa bego. Dan akhirnya, kamu nangis-nangis curhat ke Mama Papa atau teman sejurusan.

7. Bosan, stres, di kamar seharian. Tapi kalau keluar takut kebablasan dan malah main-main aja bukannya nyekripsi

Bosen banget ya Allah...

Bosen banget ya Tuhan… via seanajvixen.blogspot.co.id

Sepanjang hari sepanjang minggu ngumpet di kamar untuk ngebut skripsi kadang membuatmu suntuk sendiri. Ruangan kotak kamarmu membuatmu bosan dan akhirnya inspirasimu mampet. Kamu pun bisa berujung dengan memandangi lembar Microsoft Word tanpa perkembangan. Kadang pengin sih ganti suasana. Keluar dan mengerjakan skripsi di mana gitu yang asyik. Tapi kamu selalu khawatir jadinya malah main-main saja.

Uang yang kamu keluarkan untuk nongkrong di kafe bisa sia-sia kalau akhirnya kamu malah Youtube-an, bukannya nulis skripsi.

Kalau kalian mengalami momen ini, coba jangan kaku gitu. Nggak ada salahnya kok kamu bersenang-senang seharian untuk menghibur diri. Setelah mencurahkan semua perhatian untuk skripsi tercinta, kamu boleh-boleh aja sehari melupakan apa itu skripsi. Tapi ya jangan lama-lama lupanya. Kalau semangatmu udah balik lagi, ya kamu harus segera balik ke skripsi.

8. Masa-masa mengerjakan skripsi biasanya kamu agak longgar karena nggak ada jadwal kuliah. Tapi jangan disambi magang, kalau nanti kamu malah keasyikan.

magang memang asyik. tapi jangan lupa juga sama skripsi ya

magang memang asyik. tapi jangan lupa juga sama skripsi ya via www.tumblr.com

Saat mengerjakan skripsi biasanya kamu sudah nggak ada jadwal kuliah lagi. Ke kampus pun cuma buat ketemu dosen pembimbing atau ke perpus untuk nyari bahan. Kamu jadi berpikir lebih baik disambi magang, supaya dapat pengalaman untuk mengisi CV. Toh skripsi bisa dikerjain pas malam. Ternyata eh ternyata, kamu malah keasyikan. Yang tadinya magang untuk mengisi waktu luang dan menambah pengalaman justru jadi prioritasmu.

Skripsi? Kayaknya pernah denger…

9. Lagi enak-enak ngetik, ide lagi lancar-lancarnya, tiba-tiba laptop mati dan file nggak ke-save. *Sakit jantung*

ekspresimu waktu tulisanmu nggak ke-save

ekspresimu waktu tulisanmu nggak ke-save via oldhorrormovies.tumblr.com

Yang nggak kalah nyebelin dari revisi dosen adalah kesalahan teknis yang nggak kita sangka-sangka. Setelah terbebas dari momen stuck di depan laptop, akhirnya kamu bisa memulai. Saat kamu lagi asyik menuangkan idemu, tiba-tiba laptopmu mati begitu saja. Panik? PASTI LAH! Apalagi kamu udah ngetik sampai 5 halaman. Pas laptop udah mau nyala lagi, ketikanmu nggak bisa ditemukan di manapun.

“Apa salahkuuu? Apa dosakuuu? Hingga kau beginiiii…”

Makanya dong makanya, biasakan menyimpan file dari awal. Terus jangan lupa juga laptopnya disetting otomatis menyimpan. Jadi kalau ada kesalahan teknis menyebalkan gini, kamu nggak sedih-sedih amat.

10. Laptop rusak total – hard drive harus diformat. Skripsimu lenyap, masa depanmu dipertanyakan. Mengapa ini terjadi, Tuhan? Mengapaaaaa??

laptop rusak, skripsi hancur, masa depanku gimanaaa?

laptop rusak, skripsi hancur, masa depanku gimanaaa? via www.tumblr.com

Ini dia momen paling mengerikan yang mungkin bisa kamu alami saat menjadi pejuang skripsi. Saat kamu sudah jauh melangkah, bisa jadi udah sampai di bab empat, laptopmu yang selama ini setia jadi berulah. Rusak total, sampai kamu perlu memformat hard drive. Semua data hilang, termasuk skripsi yang kamu kerjakan dengan penuh darah dan keringat. Di sini kamu merasa dunia berhenti berputar. Lalu kamu malah bodo amat dan sok nggak peduli, padahal kamu stress dan sedih setengah mati.

Tapi dari momen itu, kamu jadi belajar kalau menyimpan data di laptop saja nggak cukup. Kamu mulai terbiasa menyimpan tulisan di draft email. Kamu juga mulai mengenal dropbox. Jadi, kalau sewaktu-waktu laptopmu ngadat, skripsimu masih selamat.

11. Kamu setor skripsi, nggak pernah ada kalimat selain “oke, terusin aja ke bab selanjutnya…”, dan pas udah sampai bab 5 “Lho, kok gini?”

DOSEN

DOSEN via www.brilio.net

Namanya dosen di kampus, pasti tipenya macam-macam. Ada dosen sibuk, ada juga dosen yang serba asyik. Dosen jenis kedua ini, biasanya selalu bersikap santai dan ngajar sehari-hari pun seru dan enak. Dia juga nggak banyak mau seperti dosen perfektionis dan nggak hobi bikin nyalimu ciut seperti dosen-dosen killer. Kalau kamu setor skripsi, dosen asyik nan santai ini hanya akan membaca sebentar, lalu tersenyum lebar dan berkata:

“Oke. Kamu langsung terusin ke bab selanjutnya ya…”

Awalnya sih kamu seneng-seneng aja, karena kamu nggak pernah disuruh revisi kayak teman-temanmu. Tapi lama-lama kamu mulai curiga. Sebenarnya skripsimu dibaca nggak sih? Hingga akhirnya, pas kamu sudah sampai bab 5, barulah malapetaka itu terjadi.

“Kok ini begini? Kok teorimu agak kurang relevan ya?”

JDEERRR! Pak, Bapak kemana aja Pak?! Kenapa baru sekarang, Paaakk?! Tolong jangan permainkan aku, Pak!

12. Di beberapa kampus, dosen pembimbing ada 2. Bisa jadi mereka nggak sepemikiran. Dan kamu terjebak di tengah-tengah pertikaian mereka. Err….

Bapak sama Ibu berantem dulu deh, kalau udah beres kabari saya

Bapak sama Ibu berantem dulu deh, kalau udah beres kabari saya via www.huffingtonpost.com

Di kampus-kampus tertentu ada yang memakai kebijakan satu mahasiswa mendapat dua pembimbing. Mungkin supaya skripsimu lebih berkualitas karena mendapat masukan dari banyak pihak. Tapi ini nggak selamanya menguntungkan. Bisa-bisa dua pembimbingmu itu nggak sepaham. Skripsimu yang di dosen A udah oke, siap maju sidang, ternyata ditolak oleh dosen B dengan segudang perbaikan yang belum tentu diterima oleh dosen A. Akhirnya, ditengah-tengah perdebatan mereka, kamu hanya menatap bingung sambil nyanyi lagunya Armada:

“Mau dibaaaawa ke manaaa hubungan eh..skripsii sayaaaa…”

13. Hingga akhirnya kamu bisa melewati semuanya, dan maju ke gedung wisuda, rasanya seperti bangsa yang baru merdeka

lulus sidang tuh rasanya kayak gini

lulus sidang tuh rasanya kayak gini via favim.com

Setelah jatuh bangun menghadapi momen-momen di atas, akhirnya kamu lulus sidang. Rasanyaaaaaa, bro. Mungkin beginilah sensasi yang dirasakan rakyat Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan. Kalau teringat perjuanganmu untuk sampai ke tahap ini, rasanya kamu baru mendapat kebebasan yang kamu idam-idamkan. Pas melihat skripsimu dalam bentuk hardcover pun kamu begitu terharu sampai pengin nangis rasanya. Apalagi nanti pas wisudah. Semua jerih payahmu terbayar sudah.

Itu dia momen-momen menyebalkan yang (mungkin) kamu alami saat mengerjakan skripsi. Kamu yang sedang bernostalgia, malah jadi kangen kampus nggak? Dan untuk kamu yang sedang atau akan mengerjakan skripsi, siap-siap aja ya. Sebisa mungkin hindari momen-momen di atas dengan banyak persiapan dan belajar dari pengalaman. Kalau kamu mulai mengalami hal-hal menyebalkan ini, pasang saja gambar toga di kamar supaya kamu bisa termotivasi. Meski sekarang berdarah-darah, ada masanya nanti kamu kangen sama momen-momen ini. Semangaaatt!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi