6 Hal yang Sering Dikeluhkan Ini Sebenarnya Juga Rezeki, yang Diberikan Tuhan Cuma-cuma Tanpa Kamu Sadari

Rezeki tak cuma dalam bentuk hal-hal yang menyenangkan

Sejak kecil, kamu memang tidak diajarkan untuk tak lekas mengeluh. Bahkan ibumu sempat bilang kalau selalu ada pilihan selain mengeluh untuk mengungkapkan kekecewaan. Namun semakin dewasa kamu, kesempatan untuk mengeluh semakin terbuka lebar. Apalagi saat hidup sedang tidak bersahabat. Semua rencanamu dibiarkan hancur berantakan. Mimpi yang pelan-pelan kamu raih sering tak bisa digenggam.

Advertisement

Apa itu rezeki kalau pada akhirnya semesta malah menganggapmu anak tiri? Ah, tidak adil!

Sebelum kamu mengeluh lebih jauh lagi, sebelum kamu membandingkan hidupmu yang begini-begini saja dengan orang lain, baiknya kamu tuntaskan tulisan ini dulu. Sebab sejak kamu lahir ke dunia, rezeki yang kamu dapat tak pernah putus adanya. Kamu hanya belum sadar saja.

1. Banyak orang yang menggerutu karena tak kunjung dipertemukan dengan pekerjaan impian. Padahal kapan lagi punya banyak waktu senggang?

Kenapa sih belum dapet kerjaan juga? via www.pexels.com

Belasan tahun sekolah, begitu lulus kamu justru lebih banyak di rumah. Bukannya tak berusaha, tapi sepertinya keberuntunganmu sudah habis saat kamu diwisuda. Keluar masuk perusahaan, berlembar lamaran kamu kirimkan, tapi hasilnya tetap sama. Nol besar. Akhirnya nggak ada pilihan selain mengeluh.

Advertisement

Masih mengganggurnya kamu ini sebenarnya juga termasuk rezeki. Rezeki waktu senggang untuk bisa lebih melakukan banyak hal. Coba bayangkan kalau kamu sudah dipertemukan dengan pekerjaan impian, mungkin sekadar jalan-jalan atau ngopi saja kamu tak sempat.

2. Umur semakin tua, tapi pasangan belum juga ada. Anggap saja semesta menyimpannya lebih lama agar kamu semakin giat berusaha

Masa-masa sendirimu ini juga termasuk rezeki 🙂 via www.pexels.com

Sejak ditiupkan ruhnya dalam kandungan, jodoh, maut, rezeki seseorang itu sudah ditentukan. Namun dalam perjalananmu menuju dewasa ini, hal-hal yang sudah ditentukan itu semakin sulit saja ditemui. Apalagi soal jodoh. Dari sekian banyak yang coba mengetuk hatimu, sampai sekarang belum ada yang cocok juga.

Masa-masa sendiri di umur yang semakin dewasa ini memang tak menyenangkan. Namun, kalau dipikir lagi masa-masa seperti ini juga termasuk rezeki. Sebab semesta sebenarnya telah menyiapkan satu nama. Hanya saja kalian sengaja tak dipertemukan dulu agar bisa saling menemukan. Bukankah bertemu jodoh lewat usaha sendiri lebih nikmat dan syahdu untuk dikenang sampai nanti.

Advertisement

3. Sekecil apapun gajimu, syukuri saja dulu. Toh kamu masih diberi kesibukan yang jelas menghasilkan~

Kapan bisa nyicil beli rumah~ via www.pexels.com

Belum dapat pekerjaan, ngeluh. Udah dapat pekerjaan tapi gaji masih pas-pasan ngeluh juga. Apalagi kalau dibandingkan dengan yang lainnya, gajimu sangat jauh dari mereka. Maka mengeluh dan mengeluhlah yang kamu lakukan sembari menatap iri pencapaian teman-temanmu itu.

Sebenarnya gaji kecil konsepnya sama seperti belum dipertemukan dengan pekerjaan. Nominal yang kamu terima tiap bulannya (plus jatuh bangunmu dalam mencukupi kebutuhan) adalah bagian dari rezeki yang diberikan Tuhan. Syukuri dulu kamu punya kesibukan yang menghasilkan. Daripada sudah lulus lama tapi masih menganggur juga.

4. Meski sering dibuat kesal luar biasa dan berurai air mata, nggak ada tempat berteduh senyaman keluarga. Merekalah yang bersedia menerimamu tanpa cela

Semenyebalkan apapun keluargamu, mereka adalah bagian dari rezeki itu via www.pexels.com

Sering dimarahi, sering dibuat kesal sekali, sampai pernah kamu berharap tak berasal dari keluarga ini. Sederet harapan tersebut adalah keluhanmu selama masa peralihanmu dari remaja menjadi dewasa. Sebab menurutmu ayah, ibu, serta kakak dan adikmu terlalu ikut campur bahkan seakan menyetir segala keputusanmu.

Padahal keluarga adalah satu-satunya tempat berteduh paling nyaman. Hingga tak bisa ditukarkan dengan apapun di dunia. Seperti kata Abah di serial Keluarga Cemara, harta yang paling berharga adalah keluarga.

5. Hidup sederhana bahkan kadang kekurangan memang tak nyaman. Namun bukankah ini kesempatan untuk tahu sampai mana kamu bisa bertahan?

Hidup sederhana bahkan kekurangan via www.pexels.com

Dari kecil sampai sebesar ini, kamu terbiasa hidup sederhana. Bahkan kadang kamu malah merasa hidupmu kurang sekali. Bawa bekal, rela nggak jajan sampai harus jualan demi menambah uang saku, semua pernah kamu lakukan. Sampai akhirnya di satu titik kamu merasa lelah. Lalu mengeluh kenapa kamu dari dulu terkurung dalam keadaan yang serba pas-pasan.

Mengeluh saat kondisimu sedang kekurangan memah tidak salah. Bahkan wajar dilakukan. Namun tahukah kamu bahwa kurangnya hidupmu juga merupakan rezeki yang harus dinikmati juga? Paling tidak dengan keadaan itu kamu jadi tahu sejauh mana kamu bisa bertahan.

6. Kegagalan yang sering kamu tangisi juga pun rezeki. Karena yang namanya rezeki tak hanya dalam bentuk pencapaian atau prestasi

Gagalmu juga bagian dari rezekimu. Meski rasanya tak enak sekali via www.pexels.com

Sudah belajar dari jauh-jauh hari, tapi apa daya, kamu hanya lolos sampai tahap administrasi. Ingin buka usaha, tapi akhirnya bangkrut juga. Sampai akhirnya kamu merasa kegagalan menjadi nama tengamu saking seringnya.

Meski gagal sering menghampiri, rasa nggak enaknya merupakan sebagian dari rezeki. Paling tidak kamu jadi tahu betapa pahitnya gagal dan diremehkan orang. Pun kalau dipikirkan lagi, kamu jadi lebih paham bahwa yang namanya rezeki itu tak selalu berbentuk prestasi dan pencapaian.

Kalau di pikiranmu rezeki itu selalu berupa sesuatu yang menyenangkan, kamu salah besar. Sebab rezeki itu universal dan bisa dalam bentuk apa saja. Marah, senang, kecewa pun dengan sukses dan gagal, itu semua termasuk rezeki yang (mau tak mau) harus diterima manusia. Kalau rezeki dalam bentuk hal yang kurang menyenangkan belum bisa kamu syukuri, pantas saja Yang di Atas belum mempertemukanmu dengan hal-hal yang kamu ingini.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Not that millennial in digital era.

CLOSE