Ditolak Beasiswa Sekali Bukan Akhir Segalanya. Coba Deh Belajar Dari Perjuangan Mereka!

Ditolak beasiswa memang bikin kamu sakit dada. Nyesek tak terkira. Apalagi kalau beasiswa itu yang paling kamu impikan, misalnya beasiswa ke negeri seberang. Padahal segala usaha, doa, dan ibadah lainnya udah kamu kerahkan, tapi hasilnya menyakitkan.

Wajar kalau kamu merasa kecewa, tapi jangan sampai merasa gagal apalagi trauma ya. Kamu yang baru ditolak sekali dan udah trauma untuk mencoba apply beasiswa lagi, coba deh kamu belajar dari perjuangan mereka ini. Dijamin ngangkat semangatmu lagi untuk meraih mimpi belajar gratis di negeri orang.

1. Baru ditolak beasiswa sekali udah trauma? Kamu harus belajar dari Arif Habibal Umam yang berhasil kuliah di Jerman setelah percobaan ke-13.

Habibul Umam akhirnya berhasil setelah percobaan ke-13.

Habibul Umam akhirnya berhasil setelah percobaan ke-13. via httpmotivasibeasiswa.org

Perjuangan seorang Arif emang ngga mudah ya, untuk akhirnya bisa belajar gratis di Jerman. Sebelum akhirnya tembus beasiswa DAAD-ASOE (beasiswa untuk studi di Jerman), Arif sudah ditolak beasiswa sebanyak 12 kali. Dari mulai beasiswa KAUST (King Abdul Aziz University) di Arab Saudi, Erasmus Mundus (beasiswa untuk studi di Eropa), Panasonic Indonesia (khusus untukmu yang ingin belajar ke Jepang), BGF (untuk studi di Perancis), sampai ADS (untuk studi di Australia). Khusus untuk beasiswa Panasonic Indonesia, Arif sengaja tidak melanjutkannya karena di Jepang baru saja terjadi tsunami. Padahal dirinya berhasil masuk ke tahap semifinal. Alasannya karena Arif yang asli Aceh sudah paham betul bagaimana kesulitannya pascatsunami.

Arif lalu mendaftar beasiswa DAAD-ASOE, yang menurutnya paling sulit prosesnya karena persyaratannya tidak mudah. Bahkan ketika pada akhirnya ia diterima pun Arif harus menjalani kursus bahasa Jerman di Jakarta hingga level B2 selama 8 bulan. Jika tidak lulus di level B1, maka beasiswa akan dicabut. Namun, Arif memang tergolong pemburu beasiswa yang gigih.

Saat tengah menjalani proses mendapatkan DAAD-ASOE, ia terserang DBD dan di tengah sakit yang dideritanya, ia masih sempat untuk kembali mendaftar di 4 program Erasmus Mundus (sebelumnya Arif pun pernah ditolak oleh beasiswa ini). Hal itu ia lakukan lantaran khawatir beasiswanya akan dicabut. Usaha Arif tidak sia-sia karena setidaknya di program erasmus mundus ia diterima sebagai reserve list dari Indonesia. LoA dari salah satu programnya Arif gunakan untuk melanjutkan aplikasi DAAD-ASOE. Perjuangan Arif tidak sia-sia, ia lulus tes sertifikat bahasa Jerman dan berhasil berangkat ke Jerman. Yeayyy! Ia pun akhirnya bisa menempuh pendidikan master perencanaan lingkungan di Technische Universität Berlin. Cerita lengkapnya bisa kamu baca di sini .

2. Belanda ternyata jawaban setelah 6 kali apply beragam beasiswa. Kamu bisa belajar dari Zakiyah, bagaimana ia bisa mempersiapkan dokumen dengan matang.

Zakiyah, mempersiapkan aplikasi dengan matang.

Zakiyah, mempersiapkan aplikasi dengan matang. via alfikronline.com

Belajar di luar negeri dengan jalur beasiswa tentu impian siapa saja. Tak terkecuali untuk seorang Zakiyah. Awalnya ia ingin mengikuti jejak dosennya, tapi kemudian ia terinspirasi untuk benar-benar mewujudkannya. Perjuangan Zakiyah untuk akhirnya berhasil mendapat beasiswa STUNED 2015, tidaklah mudah. Setelah sebelumnya 6 kali mendaftar beasiswa (salah satunya ditolak beasiswa Fullbright), 4 kali ikut tes persiapan bahasa, dan 6 kali ikut TOEFL dan IELTS! Perjuangan yang ngga mudah bukan?

Tapi kamu bisa lho belajar dari Zakiyah tentang bagaimana ia mempersiapkan dokumen aplikasi dengan matang. Sebulan sebelum deadline beasiswanya, Zakiyah sudah mencicil menyelesaikan aplikasi. Pada tahap draftingnya pun Zakiyah berkonsultasi terlebih dahulu dengan penerima beasiswa, untuk sekaligus meminta review dari mereka. Sementara untuk tata bahasa aplikasi beasiswa, ia meminta teman lulusan Sastra Inggris untuk mengeditnya. Bahkan demi mengurus aplikasi ini tak jarang Zakiyah sampai menginap di kantor! Pengorbanan yang ngga sia-sia.

3. Sempat mandeg setelah ditolak 5 kali, Khairullah (Herul) Hisyam Abdul Razak akhirnya bangkit mencoba lagi setelah mendapat nasihat dari teman. Ia pun berhasil tembus beasiswa ADS di percobaan ke-8.

Herul berhasil pada percobaan ke-8.

Herul berhasil pada percobaan ke-8. via motivasibeasiswa.org

Ditolak beasiswa sampai 5 kali, membuat Khairullah sempat patah semangat. Bahkan ia sudah enggan membahas tentang beasiswa lagi. Dari mulai beasiswa Ford Foundation, ADS, Stuned, hingga New Zealand ASEAN Scholarships, pernah ia coba namun hasilnya nihil. Sampai akhirnya ia pun bercerita dengan temannya yang baru saja menyelesaikan masternya di  Belanda via beasiswa Erasmus Mundus. Teman tersebut lantas menyemangatinya untuk mencoba beasiswa sampai 8 kali. Karena dulu ia juga mencobanya sampai 8 kali. Herul pun mengikuti saran temannya itu untuk mencoba melamar beasiswa lagi.

Dimulai dari beasiswa NZAID, Community College Initiative Program (CCIP) beasiswa non gelar dari Pemerintah US, dan ADS lagi. Sampai akhirnya Herul berhasil mendapatkan beasiswa ADS dan bisa berkuliah di jurusan Psychology and Education di Flinders University, tentunya dengan perjuangan yang ngga gampang.

Seperti pengorbanan menghabiskan dana Rp10 juta untuk les dan tes IELTS di Jakarta, biaya tersebut mencakup tiket, biaya hidup, dan untuk les dan tes IELTS-nya sendiri. Karena Herul berasal dari Palu. Maka dari itu beruntunglah kamu yang masih di pulau Jawa. Tak perlu menghabiskan biaya segitu banyaknya. Ayo jangan patah arang. Seperti nasihat dari temannya Herul, kamu yang sudah gagal 5 kali misalnya, lalu tak melanjutkan perjuangan lagi. Bisa jadi kamu ternyata berhasil di percobaan ke-8 dan kamu berhenti di percobaan ke-5. Sungguh disayangkan bukan?

4. Berhasil meraih beasiswa ADS setelah percobaan ketiga. Padahal prestasinya biasa-biasa saja. Kamu harus belajar dari perjuangan Mira Shartika.

Bu Mira berhasil di percobaan ketiga. Walau prestasi biasa=biasa aja.

Mira berhasil di percobaan ketiga. Walau prestasi biasa=biasa aja. via motivasibeasiswa.org

Cerita Mira Shartika ini sungguh membikin semangat kamu kembali membuncah untuk meraih beasiswa. Semasa kuliah, ia bukan tergolong mahasiswa yang banyak prestasi dan pengalaman organisasi . Ia bahkan menamatkan S1-nya hingga 6 tahun. Berawal karena tertular semangat teman yang sudah lebih dulu lolos ADS, Mira yang kebetulan menjadi pengajar di Pusat Bahasa UIN Malang, akhirnya mencoba melamar beasiswa ADS.

Percobaan pertama gagal, percobaan kedua pada beasiswa yang sama juga hanya sampai tahap interview dan tes IELTS. Sempat kecewa, namun berkat dukungan dari keluarga dan ilmu dari rekan sekantor yang lebih dulu lolos ADS, menjadikan Mira semangat untuk mendaftar kembali pada percobaan ketiga. Dan.. yeaaay! Akhirnya berhasil lolos!

Selain tak patah arang, pelajaran yang bisa kamu dapat dari perjuangannya Mira adalah percaya diri, berguru pada awardee, perbanyak ibadah, dan kalau kamu minim pengalaman organisasi, kamu bisa menggantinya dengan aktif ikut kegiatan sosial (semisal acara amal gitu).

5. Yakinlah jika satu waktu kamu ditolak, maka di waktu lain kamu akan diterima. Seperti ceritanya Fadia Dewanda (Keke) berikut ini.

Pengalaman Keke mengajarkanmu pelajaran, jika kamu ditolak di suatu waktu. Yakinlah maka kamu akan berhasil di waktu yang lain.

Pengalaman Keke mengajarkanmu pelajaran, jika kamu ditolak di suatu waktu. Yakinlah maka kamu akan berhasil di waktu yang lain. via motivasibeasiswa.org

Kamu punya mimpi untuk sekolah di luar negeri? Teruslah bermimpi, karena suatu hari nanti pasti bisa terwujud. Seperti halnya Keke yang bermimpi untuk bisa sekolah di luar negeri dari sejak SMA. Dan akhirnya berhasil kuliah mewujudkan mimpinya itu, Keke akhirnya menempuh program Master di KAIST, Korea Selatan.

Untuk akhirnya bisa diterima beasiswa tersebut, sebelumnya Keke pernah mendaftar beasiswa TU Eindhoven dan Erasmus Mundur. Hasilnya? Ditolak! Pengumuman penolakan kedua beasiswa tersebut diterima Keke berturut-turut dalam satu minggu. Kebayang dong kecewanya gimana..

Belajar dari kekurangan pada aplikasi sebelumnya, Keke kembali percaya diri untuk mendaftar beasiswa lagi. Ia pun mendafatar beasiswa pemerintah Jepang (Monbukagakusho) dan Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST). Dan keduanya diterima! Malah pemberitahuan penerimaan dari kedua beasiswa itu hanya selang satu hari! Waaa.. senangnya pasti ngga ketulungan ya. Keke akhirnya memilih beasiswa KAIST. Belajar dari pengalaman Keke, jika kamu gagal, teruslah mencoba. Karena kamu ngga akan pernah tahu di percobaan ke berapa kamu akan berhasil.

6. Ditolak di universitas negeri sendiri, Stevan Chondro justru berhasil diterima kuliah S1 di India dengan beasiswa.

Ditolak kampus dalam negeri, Stevan akhirnya malah berhasil dapat beasiswa S1 ke India.

Ditolak kampus dalam negeri, Stevan akhirnya malah berhasil dapat beasiswa S1 ke India. via www.kuliahabroad.com

Ditolak oleh kampus impian, yakni UGM, salah satu kampus terbaik negeri ini, membuat Stevan kecewa berat. Ia pun putar haluan untuk akhirnya mencoba daftar kuliah ke luar negeri. Untuk impiannya yang satu ini, Stevan berusaha keras untuk belajar bahasa Inggris, berkali-kali tes TOEFL, sampai bela-belain pergi ke luar kota untuk minta saran pada teman agar bisa lolos beasiswa ke luar negeri. Perjuangan Stevan ngga sia-sia karena akhirnya dia berhasil mendapatkan beasiswa S1 ke India. Yeaaay! Selepas lulus S1 di India, Stevan lanjut mengambil S2 di University of Bologna, Italia. Standing applause ya buat Stevan!

Bagaimana? Masih trauma daftar beasiswa? Jangan dong ya. Perjuangan mereka-mereka ini bisa jadi bukti bahwa selalu ada hikmah di balik kegagalan. Selalu ada alasan untukmu kembali berjuang. Teruslah mencoba karena kamu ngga akan pernah tahu pada percobaan ke berapa kamu akan berhasil. Semangat berjuang kamu, iya kamu… Para pemburu beasiswa. Sukses ya guys! 😉

Kredit Featured Image: http://www.hercampus.com/life/travel/how-prep-finals-week-while-studying-abroad

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Belum bisa move on dari Firasat-nya Dewi Dee.