Menjadi Ibu dan Tulang Punggung Keluarga. Meski Sering Terasa Berat, Kita adalah Wanita Kuat

Menjadi seorang ibu artinya menjadi pusat dalam keluarga. Ibu biasanya punya jam tidur paling sedikit, tapi dituntut mampu bangun lebih cepat. Punya job desc mengurus kegiatan rumah tangga seakan tiada hentinya, para ibu juga harus selalu berusaha untuk tidak merasakan sakit.

Kesulitan makin terasa sejak pandemi, ruang gerak ibu makin terbatas. Wanita yang berstatus bukan hanya sebagai tulang rusuk, tapi juga sebagai tulang punggung, harus bisa membagi waktunya memberikan hampir seluruh energi kepada keluarga.

Kondisi ini bikin ibu merasa makin lelah dan kurang fokus mengatur segalanya. Akibatnya, pekerjaan banyak yang belum selesai dan menjadi terbengkalai. Apalagi, jika ibu mengalami tekanan mental atau stres, biasanya si anak akan tertular. Menurut sebuah penelitian oleh Paul Wilson, ikatan batin menyebabkan si ibu yang mengalami stres biasanya akan menularkan pada bayi atau anak balitanya.

Pada dua orang yang memiliki ikatan batin yang kuat, emosi mereka cenderung bekerja secara paralel. Jika yang satu rileks, yang lain ikut rileks. Jika yang satu tegang, yang lainnya akan ikut tegang.

Bagaimana caranya seorang ibu yang merangkap sebagai seorang pekerja dituntut menyelesaikan tugas sesuai deadline jika keadaan dirinya masih belum sepenuhnya tenang? Nah, untuk itu saya akan membagikan apa saja yang harus dilakukan agar tubuh dan pikiran terus berkoordinasi, serta bisa mengelola emosi.

Mencintai diri sendiri adalah kunci pertama

Me time/ Credit: Pexels

Tak jarang kasus seorang ibu yang tega melakukan kekerasan kepada anak sendiri disebabkan kurangnya me time, kurangnya menjalankan hobi yang disukai, dan tidak mencintai diri sendiri secara utuh. Padahal, tubuh memerlukan keseimbangan hormon bahagia agar sistem tubuh bekerja secara baik.

Cintailah diri sendiri sebelum mencintai orang-orang di sekitarmu. Terkadang, mungkin kita merasa bahwa kita terlalu banyak kelemahan, padahal kita juga memiliki kelebihan. Tuhan sangat sempurna menciptakan makhluk-Nya. Perasaan yang menuding diri sendiri, merasa diri sendiri tidak hebat, tidak percaya diri dengan kemampuan sendiri itu hanya ilusi.

Maka, jangan menunggu orang lain untuk memuji diri kita. Mulailah memuji diri sendiri dan mencintai diri sendiri apa adanya. Hal itu sangat penting. Mencintai diri sendiri bukan berarti sombong ya. Alasannya, kita mengafirmasi diri hanya untuk diri kita, tidak di hadapan orang lain.

Percaya diri dengan kemampuan sendiri, tidak perlu membandingkan dengan keberhasilan orang lain. Toh, start masing-masing orang tidak sama, otomatis ending-nya juga akan berbeda. Semakin berusaha untuk meninggikan standar kualitas seperti orang lain, maka kebahagiaan untuk diri sendiri juga sulit diraih.

Yuk mulai mengatakan pada diri sendiri, “Aku mencintai diriku sendiri” sebagai bentuk afirmasi positif!

Manajemen waktu secara proposional

Dalam sehari kita memiliki waktu 24 jam. Waktu ini sangat berharga jika digunakan dengan tepat. Terkadang urusan kesibukan domestik membuat si ibu lupa untuk membagi waktunya dengan quality time untuk up-grade skill. Setiap detik yang terbuang akan sayang sekali jika digunakan untuk terlalu lama memantau media sosial. Padahal, ada banyak kegiatan positif lainnya yang bisa dilakukan agar bisa lebih berdayakan diri.

Banyak stigma kalau wanita sudah menikah, maka ia akan sibuk berkutat di dapur, sumur, dan kasur. Padahal, wanita juga sangat istimewa. Ia bisa memperjuangkan cita-cita untuk kebahagiaan anak-anaknya kelak.

Cara mengatur waktu yang tepat adalah dengan menghindari menumpuk pekerjaan. Kebiasaan menunda dan malas untuk memulai sesuatu hanya membuat diri kurang produktif. Terlebih wanita yang sudah berkeluarga dan memiliki anak, sekaligus bekerja.

Mau tahu cara supaya tidak terkena ‘penyakit’ menunda? Yaitu dengan segera menyelesaikannya.

Buat jadwal harian dan mingguan. Agenda penting sebaiknya dicatat atau disimpan melalui pengingat di ponsel.

Menciptakan ide usaha sebagai eksistensi diri di masyarakat

Para ibu bisa lo mendapatkan penghasilan tembahan dengan kerja sampingan. Salah satunya dengan melakukan afiliasi dengan beberapa brand, misalnya menjadi influencer, endorser, atau content creator. Hanya mengandalkan internet dan media digital, cuan bisa didapatkan. Cara ini akan memudahkan para ibu yang hanya bisa bekerja di rumah, sambil mengurus anak dan rumah tangga.

Kamu sedang membaca konten eksklusif

Dapatkan free access untuk pengguna baru!

Lanjutkan dengan Google Lanjutkan dengan Facebook Lanjutkan dengan Akun Hipwee

Kembali

Masuk Akun

Ingat Saya

Lupa Kata Sandi?

Masuk

Jika ibu memiliki ide usaha usaha, maka segera mulai, kembangkan, dan jalankan. Mungkin ada banyak ide usaha yang kebetulan sama dengan orang lain, tapi rezeki tiap orang tidak pernah tertukar kok. Pandemi malah membuka peluang rezeki semakin banyak, seperti usaha makanan rumahan yang dijual online.

Up-grade ilmu pengetahuan tentang parenting

Parenting/ Credit: Pexels

Semakin banyak ilmu tentang mengurus anak dan dunia anak-anak, akan semakin mudah mengelola emosi dan menata hati maupun pikiran menjadi bijak. Makanya, ibu bisa mempelajari ilmu parenting tentang tumbuh kembang anak untuk menemani masa emasnya, yaitu 0-8 tahun. Anak yang terbiasa diberikan kata-kata yang baik, sugesti yang bagus, maka sistem neuron otaknya akan terus berkembang. Semakin sering menanamkan pikiran positif pada anak, si anak pun akan tumbuh menjadi anak yang lebih mandiri, berwawasan luas, dan berakhlak baik.

Menciptakan hunian rumah yang bersih, wangi, dan kondusif

Tempat tinggal tidak perlu terlalu mewah, yang terpenting cukup ditempati pengguna dan keadaannya selalu terawat. Banyak rumah mewah, tapi malah harus menyewa pembantu. Kalau memang sudah mapan secara finansial tentunya tidak masalah. Namun, bagi keluarga baru yang masih merintis dari nol, belum memiliki rumah pribadi, dan masih tinggal di rumah berukuran sepetak, semua harus dilakukan sendiri.

Tenang, ibu bisa menata rumah agar terlihat rapi dan teratur. Kuncinya, menikmati gaya hidup minimalis yang akan lebih membantu untuk berhemat, baik uang maupun tenaga. Selain itu, rumah akan lebih indah, tidak terlihat seperti gudang dengan timbunan barang-barang yang belum tertata dengan baik.

Memiliki rumah yang bersih dan wangi akan mempengaruhi mood seorang ibu yang rata-rata hampir seharian hanya di rumah saja. Tidak perlu memaksakan harus rapi dan sempurna setiap saat. Pasalnya, ada kalanya, si kecil akan membuat mainannya berantakan. Tak apa membiarkan hal ini sejenak karena anak perlu untuk terus berkreasi dan memiliki tumbuh kembang yang aktif.

Selain mampu menjaga keadaan rumah yang kondusif, ibu juga harus selalu menjaga stok makanan tersedia di dapur. Pasalnya, ibu yang lapar, biasanya mudah baper dan emosinya labil. Biasanya, saya kalau lapar selalu sedia cemilan, agar ada pengganjal perut. Perut yang lapar dan kosong juga membuat otak bekerja tidak maksimal Mengolah emosi di rumah itu penting, agar si anak juga terpengaruh emosi yang baik.

Meningkatkan spiritual

Alam semesta yang Tuhan ciptakan memberikan pengetahuan, ilmu, dan energi positif. Tentunya semakin dekat diri kepada Sang Mahakuasa, jiwa seorang ibu yang memikul beban terlalu banyak akan terasa ringan bagai kapas. Sesungguhnya, beban yang dijalani tiap ibu itu setara dengan kemampuan masing-masing. Saat muncul segala kerisauan yang terjadi baik dalam mengasuh, menjaga keutuhan keluarga, maupun mencari sumber penghasilan baru, usahakan untuk tetap berdoa.

Meningkatkan spiritual juga bisa menjadi tameng diri dari perilaku yang tercela. Orang yang spiritualnya kuat, rata-rata memiliki kondisi tubuh dan psikologis yang baik dan enteng menjalani hidup. Segala keluhan pun biasanya jarang terdengar. Tuhan Yang Maha Esa sudah mengatur sedemikian indah untuk semua makhluknya, tinggal bagaimana hamba-Nya menjalani takdir dengan ikhlas dan penuh syukur.

Menambah koneksi dan komunitas

Ikut komunitas/ Credit: Hipwee

Agar si ibu yang bekerja dari rumah tidak merasa kesepian dan jenuh berkepanjangan, perlu adanya interaksi sesama ibu di bidang yang sama. Tujuannya supaya ibu bisa bertukar ide dan gagasan, atau justru kesulitan yang mungkin sama dialaminya. Misalnya, grup komunitas memasak, parenting, hamil dan menyusui, dan sebagainya. Ibu tidak hanya butuh edukasi dari buku maupun seminar daring, tapi pengalaman orang lain juga sangat berharga.

Menjadi sosok ibu yang merangkap sebagai tulang punggung merupakan sebuah prestasi yang sangat perlu diacungi jempol. Ia rela mengorbankan segalanya; jiwa, raga, maupun hidup dan matinya demi keluarga yang bahagia, terutama sang buah hati yang tumbuh dengan baik dan aktif. Tetaplah berjuang ya, para ibu!