4 Kisah Ini Seharusnya Membuatmu Berhenti Menunggu Kaya untuk Bersedekah. Mereka Saja Bisa Kok

Bersedekah dalam Keterbatasan

Seringkali kita menjadikan finansial yang belum mapan untuk menunda bersedekah. Wajar sih, ketika finansial belum mapan, kita harus terampil dan pintar-pintar mengatur keuangan agar bisa cukup untuk hidup sebulan. Selain itu, mungkin kita masih sering berpikir bahwa sedekah itu harus besar, biar bisa terlihat secara langsung manfaatnya. Padahal kalau menunggu kaya, mungkin kita semua nggak akan tahu kapan bisa mulai bersedekah kepada sesama.

Seiring bertambahnya pendapatan finansial, kebutuhan kita pun akan bertambah. Faktornya juga beragam. Bisa jadi karena gaya hidup yang berubah, bisa jadi juga memang ada kebutuhan yang harus ditambah. Padahal, sedekah nggak harus banyak kok. Buktinya, ada banyak orang yang mungkin berkekurangan, tetapi ternyata bisa bersedekah. Berikut beberapa contoh orang-orang yang mungkin jauh dari penghasilan tetap setiap bulan, namun tetap bisa bersedekah dan berbuat baik.

1. Profesi sebagai pemulung tak buat kakek ini kaya. Tapi dia bisa memberi makan puluhan kucing jalanan

Kisah kakek Ahmad/Ibnu/Detik.com via news.detik.com

Apakah bersedekah termasuk kepada makhluk selain manusia? Entahlah. Yang terpenting, Ahmad Arifin yang sudah berusia 67 tahun ini bisa menyisihkan 20 ribu dari penghasilannya sebagai pemulung hanya hanya berkisar antara 50-100 per harinya untuk memberi makan puluhan kucing liar yang tinggal di kolong jembatan. Uang 20 ribu yang disisihkannya itu akan dibelikan ikan cue dan beras untuk makan kucing-kucingnya setiap hari. Bahkan saat salah satu kucingnya sakit, Pak Ahmad tak segan-segan membawanya ke dokter hewan. Mulia banget ya?

Awal mulanya, Pak Ahmad menemukan kucing yang sedang sakit di bagian mata. Karena rasa iba, Pak Ahmad kemudian membawanya ke dokter dan merawatnya sampai sembuh. Sekarang, Pak Ahmad merawat puluhan kucing dan anjing liar di bawah kolong jembatan. Padahal kalau dipikir-pikir, gimana ya caranya mengatur penghasilan yang tak pasti itu untuk kebutuhan sehari-harinya beserta keluarga, dan ditambah puluhan kucingnya?

2. Driver ojol gratiskan ojek setiap hari Jumat sebagai bentuk sedekah

Driver ojol bersedekah/IG @newdramaojol via www.instagram.com

Mungkin kita juga sudah sering mendengar berbagai kabar positif tentang kedermawanan driver ojol ini. Mulai dari Maman Sulaeman , driver ojol yang menggratiskan ojek untuk anak sekolah, mahasiswa, dan semua orang yang akan pergi beribadah, apa pun agamanya setiap hari Jumat. Lalu ada lagi Pak Darno, driver ojol asal Palangkaraya yang menggratiskan tarif ojol setiap hari Jumat kepada semua penumpang tanpa terkecuali. Kemudian ada pula  Keluarga Besar Grab Pontianak yang rutin mengadakan kegiatan sosial setiap bulannya.

Seiring berkembangnya era digital, driver ojol merupakan salah satu profesi yang banyak dipilih orang. Baik untuk sampingan maupun secara full time. Meski begitu, pendapatannya toh tidak bisa dipatok tetap setiap harinya. Ada hari di mana banyak orderan masuk sehingga penghasilan banyak, ada juga masa-masa “anyep” yaitu jarangnya order masuk. Belum lagi kalau terkena order fiktif. Namun, penghasilan yang tidak tetap itu toh tidak membuat mereka menunda untuk beramal. Karena prinsipnya, asal disyukuri, rezeki bisa datang dari mana saja.

3. Nenek Sahnun berprofesi sebagai pemulung. Namun, siapa sangka beliau mampu berkurban sapi saat Idul Adha

Nenek Sahnun via www.suarantb.com

Dengan penghasilan 20-50ribu setiap harinya, tentunya mudah untuk merasa kurang mampu. Namun, Nenek Sahnun yang sudah berusia 60 tahun ini tidak merasa demikian. Setelah menabung selama lima tahun dari penghasilannya sebagai pemulung, Nenek Sahnun berhasil mengumpulkan uang untuk berkurban sapi pada hari raya Idul Adha lalu. Nenek Sahnun yang hidup sebatang kara ini tidak punya rumah, dan menumpang di samping sebuah kios di kota Mataram.

Setiap harinya, Nenek Sahnun mulai memulung sampah dari pagi hingg malam hari. Tabungannya disimpan dalam sebuah gulungan kain sarung, yang kemudian diserahkan kepada Bendahara Majelis Taklim Nurul Hikmah. Setelah dihitung, ternyata sumbangannya mencapai angka 10,6 juta, dan oleh pengurus Majelis Taklim dibelikan sapi untuk kurban. Oh ya, itu bukan kurban pertama Nenek Sahnun lo. Selama ini sang Nenek rutin berkurban setiap tahunnya.

4. Sama halnya dengan Bu Anisa, jadi pemulung tak buatnya kaya. Tapi masih bisa bersedekah di masjid setiap hari

Kisah Bu Anisa via www.brilio.net

Menggeluti profesi yang sama dengan Nenek Sahnun, Bu Anisal pemulung di Baubau Sulawesi Utara, juga rutin bersedekah di kotak amal Masjid. Dilansir dari Kompas, sehari-hari Bu Anisa dan anaknya hanya memulung dan mengumpulkan sampah plastik di jalan. Sampah itu kemudian disimpan di halaman rumahnya yang hanya berupa gubuk kecil. Baru setelah cukup banyak, sampah yang dikumpulkan akan dijual kepada pengumpul. Upahnya pun beragam, tergantung jumlah sampah plastik yang disetorkan.

Namun, dengan segala keterbatasannya, Bu Anisa bisa rutin bersedekah di kotak amal masjid lo. Jumlah yang disedekahkan pun beragam, mulai dari 5-20 ribu tergantung pendapatannya. Bu Anisa jelas bukan orang yang kaya secara materi, tetapi beliau percaya bahwa bersedekah akan membuatnya miskin. Dengan rutin bersedekah, Bu Anisa berharap agar rezekinya juga semakin dilancarkan. Wah, keren banget ya?

Perkara bersedekah dan berbuat baik mungkin tidak selalu berhubungan dengan penghasilan. Yang terpenting adalah niat untuk mengikhlaskan sebagian rezeki untuk mereka yang membutuhkan. Mereka yang penghasilannya setiap hari tidak pasti nominalnya saja bisa kok. Yuk, mulai bersedekah. Semoga kita semua diberi kelancaran rezeki sehingga bisa terus berbagi dengan yang membutuhkan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta harapan palsu, yang berharap bisa ketemu kamu.

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi