6 Tanda Kamu Hanya Figuran di Hidupmu Sendiri. Padahal Harusnya Kamu Jadi Bintang Utama di Sini

Figuran

Dalam setiap film atau cerita, ada yang namanya pemeran utama dan figuran. Pemeran utama adalah tokoh sentral dari cerita, yang mana dialah yang menempati porsi utama. Sedang figuran, adalah tokoh pembantu yang perannya tidak terlalu signifikan, dan fungsinya hanya sebagai pemanis cerita atau penghidup karakter tokoh utama.

Sama seperti hidup sehari-hari, sudahkah kamu menjadikan dirimu sebagai pemeran utama dalam hidupmu sendiri? Atau kamu selalu menjadikan dirimu yang kedua, sebagai tokoh yang “nggak terlalu penting” dalam film-mu sendiri, karena kamu terlalu sibuk dengan orang lain? Beberapa tanda ini menunjukkan bahwa kamu menjadikan dirimu figuran dalam hidupmu sendiri. Jangan diteruskan lagi ya.

1. Kalau dipikir-pikir, kamu sering nggak nyaman dengan gaya yang kamu pakai. Tapi hanya dengan itu kamu merasa keren karena mengikuti trend

ikuti trend demi hits padahal nggak nyaman (Photo by Artem Beliaikin) via www.pexels.com

Sebenarnya wajar kok kalau ada orang yang nyaman bergaya kasual, dan ada juga yang lebih enjoy memakai dress lucu dan baju feminin. Tapi kamu selalu merasa insecure setiap kali melihat foto-foto di Instagram. Rasanya gaya yang paling membuatmu nyaman justru membuatmu merasa kolot dan ketinggalan zaman. Karenanya kamu pilih mengikuti trend yang sedang booming supaya terkesan up to date dan hits. Well, ada hasilnya sih. Banyak likes yang kamu dapatkan di setiap unggahan, meski sebenarnya kamu sendiri nggak nyaman.

2. Kamu begitu takut ditinggalkan oleh orang-orang di sekitarmu. Karenanya, kamu melakukan segala cara agar orang lain menyukaimu

Takut ditinggalkan teman via www.pexels.com

Yang paling kamu takutkan di dunia ini adalah ditinggalkan. Entah itu oleh pasangan ataupun oleh circle pertemanan. Kamu takut eksistensimu nggak dianggap penting lagi bagi mereka. Karenanya, kamu bersedia melakukan segala cara agar kamu “selalu ada”. Bila itu harus membuatmu mengubah diri seperti yang mereka mau, tak mengapa. Karena kamu pilih menyakiti diri sendiri dibanding harus kehilangan orang lain di sekitarmu ataupun dipandang buruk oleh mereka.

3. Sebagian besar kisah cintamu selalu gagal. Bukan karena kandas karena ketidakcocokan, melainkan karena kamu terlalu takut untuk mengakui perasaan

hanya berani mencintai dari jauh via www.indy100.com

Coba ingat-ingat lagi, berapa banyak kisah cintamu yang gagal? Mending kalau kegagalan itu karena kamu sudah mencoba, meski akhirnya kurang bahagia. Tapi kebanyakan dari kisah cintamu layu sebelum berkembang. Saat mencintai seseorang, kamu memilih untuk memendamnya dalam hati dan karena kamu terlalu takut akan penolakan. Atau bisa juga, kamu memilih mundur pelan-pelan saat ada orang yang menawarkan hubungan karena kamu merasa nggak cukup layak untuknya dan takut kalian gagal.

4. Kamu punya geng atau beberapa sahabat baik. Tapi kamu selalu malas menyumbang pendapat dan memilih “ikut aja” setiap kali membuat rencana

Pokoknya ngikut aja (Photo by Lalu Fatoni) via www.pexels.com

Dalam peer-group pertemanan, peranmu sebagai apa sih? Apa kamu turut aktif menyumbangkan pendapat saat kalian membuat rencana, sesederhana cari tempat nongkrong? Atau kamu pilih “ikut aja”, meski diam-diam kamu menyimpan ketidaksetujuan? Kamu merasa nggak perlu mengemukakan pendapat, karena kamu merasa pendapatmu nggak penting dan nggak berkualitas. Apalagi kayaknya teman-teman yang lain bakalan lebih setuju dengan pendapat yang sudah ada itu. Padahal, apa salahnya ‘kan mencoba dulu?-

5. Kalau ditanya, kamu sebenarnya nggak tahu juga mau membawa hidupmu ke arah mana. Rasanya kamu cuma mengalir seperti air saja

bingung dengan hidup sendiri (Photo by Samuel Hassen) via www.pexels.com

Apa sih keinginan terbesarmu? Apa cita-cita terpendam yang ingin kamu wujudkan? Dalam 10 tahun mendatang, kamu ingin melihat dirimu sendiri seperti apa? Pertanyaan-pertanyaan tersebut terlalu rumit bagimu, karena kamu nggak tahu jawabannya. Selama ini, kamu kebanyakan “ngikut” saja. Apa yang kamu lakukan juga kebanyakan suruhan orang, entah itu orangtua, pacar, ataupun teman-teman. Jangankan apa tujuan hidupmu, kamu bahkan nggak terlalu paham dengan apa yang kamu inginkan.

6. Banyak sekali momen di mana kamu mengesampingkan dirimu sendiri untuk orang lain. Kamu bukannya menghindari egois, melainkan terlalu meremehkan dirimu sendiri

selalu mengesampingkan diri sendiri (Photo by Kat Jayne) via www.pexels.com

Kamu sering memaksa diri mengangguk, saat yang kamu inginkan sebenarnya adalah menggeleng. Kamu sering mengiakan ajakan orang untuk jalan, saat sebenarnya kamu sedang ingin rebahan. Kamu sering memilih untuk menutup mulut saat kamu sebenarnya nggak suka dengan keputusan yang diambil. Kamu selalu merasa rikuh untuk menyuarakan pendapat dan keberatanmu, karena takut dianggap egois. Padahal kamu juga punya hak yang sama dengan yang lain lho.

7. Banyak keputusan-keputusan besar yang tidak bisa kamu ambil sendiri. Menyerahkan kepada orang lain membuatmu lebih aman ketimbang harus memilih sendiri

tak bisa ambil keputusan sendiri (Photo by Engin Akyurt) via www.pexels.com

Saat ada masalah, kamu lebih sering menghindar dan mengharap hal itu akan selesai dengan sendirinya. Begitu juga saat ada hal-hal yang perlu keputusan, kamu selalu panik dan minta bantuan. Bagimu, mengambil keputusan itu sangat mengerikan dan kamu merasa nggak mampu untuk itu. Karenanya, kamu pilih menyerahkan hal itu kepada orang lain. Padahal, dalam hidup ini ada banyak hal yang harus kamu putuskan sendiri. Misalnya, kapan kamu akan menikah, apa tujuan hidupmu, apa pilihan politikmu, apakah kamu mau resign atau bertahan, dan masih banyak lainnya.

Sama dengan setiap film yang berbeda tokoh dan cerita dengan film lainnya, hidup manusia juga begitu. Dalam hidupmu, atau filmmu, semestinya kamulah pemeran utamanya. Kamu yang harus mengambil berbagai keputusan penting, dan kebahagianmulah yang seharusnya kamu pikirkan. Kan sayang kalau kamu menyingkirkan dirimu sendiri dari film yang seharusnya kamu bintangi sendiri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta harapan palsu, yang berharap bisa ketemu kamu.

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi