Saya Menulis Surat untuk Orang yang Sudah Tiada. Dengan begitu, Duka Ini Lebih Mudah Saya Terima

Manfaat menulis Surat

Kehilangan seseorang untuk selamanya adalah level duka yang sulit untuk diterima. Di momen kehilangan itu, jiwa saya seolah melayang menjelajah ke masa-masa depan dan menemui fakta bahwa dia yang sudah pergi tak bisa ditemui lagi. Apalagi kehilangan itu secara mendadak, kepergiannya tak memberi waktu untuk bersiap-siap. Dengan segala rencana yang saya susun dan banyak hal yang belum sempat saya katakan, mengapa waktu kebersamaan kami tidak lebih panjang?

Advertisement

Saya tahu apa yang terjadi tidak bisa diubah. Yang sudah pergi tidak mungkin kembali lagi. Nyatanya, hati ini masih sangat sulit menerima. Ketika sesak itu semakin menyiksa, dan hidup terasa limbung tanpa keberadaannya, saya memutuskan untuk menulis surat. Ya, surat untuk seseorang yang sudah pergi meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Awalnya saya merasa gila, karena seolah-olah saya bicara dengan orang yang tak ada. Namun, lama-lama saya mengerti bahwa menyurati dia yang telah pergi membuat saya lebih mudah menerima situasi ini.

1. Sulit bagi saya untuk mengungkapkan sebenar-benarnya perasaan kepada orang lain. Surat akan membuat saya lebih jujur pada diri sendiri

lebih jujur pada diri sendiri via unsplash.com

Mengungkapkan rasa kehilangan ini kepada orang lain membuat duka saya tereduksi. Saya masih akan memikirkan ini dan itu, karena saya tahu orang lain mungkin akan berkomentar begini dan begitu. Sedangkan surat adalah medium yang paling rahasia. Di sini, kami hanya berkomunikasi berdua. Saya bisa mengungkapkan banyak hal. Tangis, tanya, amarah, sedih, dan sesal dalam sepucuk surat yang tak akan dibaca oleh orang lain.

Kerahasiaan dan privasi ini membuat saya lebih jujur pada diri saya sendiri. Tak ada yang ditutup-tutupi. Semuanya tumpah ruah bersama barisan kata, dan mungkin juga air mata. Tak perlu ada yang saya takutkan, karena saya tahu perasaan ini tidak akan dikoreksi.

Advertisement

2. Rasa khawatir membuat orang lain ikut sedih membuat saya menahan diri selama ini. Menyurati dia yang sudah tiada tak akan menyakiti siapa-siapa

supaya orang lain tidak ikut sedih (Photo by Ben White) via unsplash.com

Saya tahu bahwa saya bukanlah satu-satunya orang yang kehilangan. Kepergiannya meninggalkan duka untuk banyak orang. Sedang saya tahu sedih dan tangis itu sangat menular. Karena itu, saya merasa harus berpura-pura kuat agar orang lain juga bisa tetap kuat. Saya juga harus tetap tegak berdiri, karena semua orang bilang “ini sudah jalannya”. Padahal ada gelegak tangis dan sesal dalam diri yang masih harus diberi panggung. Karenanya, menangis dalam sebuah surat adalah cara saya menangis keadaan tanpa menyakiti siapa-siapa.

3. Ada banyak hal yang belum sempat saya ungkapkan padanya. Tak ada salahnya mengeluarkan itu semua dari sesaknya dada

mengungkapkan lewat surat (Photo by Dung Anh) via unsplash.com

Yang paling menyedihkan bagi saya, adalah fakta bahwa masih ada banyak hal yang belum terkatakan. Ada banyak hal yang belum saya ceritakan. Kepergiaannya sekaligus mengambil kesempatan itu. Kerena itu, saya menuliskan semua hal yang perlu dan harus saya ungkapkan kepadanya. Saya menganggap bahwa surat ini benar-benar akan sampai di tangannya, sehingga semua yang tertinggal harus saya ungkapkan. Dengan begitu, hati ini sedikit berkurang bebannya.

4. Rasa bersalah adalah salah satu hal yang membuat hati saya belum rela. Surat adalah media yang tepat untuk mengucapkan maaf padanya meski tak akan dibaca

Rasa bersalah (Photo by Claudia Wolff) via unsplash.com

Rasa tak rela itu juga disebabkan oleh rasa bersalah dalam dada. Di masa lalu saya melakukan banyak kesalahan. Kata-kata saya terkadang menyakiti hatinya dan sikap saya membuat hatinya terluka. Semua itu belum sempat saya katakan, sehingga sesal ini menjadi tekanan. Surat yang saya tulis, adalah cara alterntif selain memohon ampun kepada Tuhan, untuk mengupas satu persatu dosa-dosa yang saya perbuat. Meminta maaf dengan cara seperti ini, adalah salah satu cara saya untuk bisa memaafkan diri sendiri.

Advertisement

5. Dalam proses ini,  saya  sekaligus sedang mengenali lebih dalam tentang dirimu sendiri. Itu akan membantumu membuka lembaran baru lagi

lebih memahami diri (Photo by Inzmam Khan) via www.pexels.com

Menulis surat bukan hanya cara saya untuk menyampaikan hal-hal yang belum sempat terungkap dan permintaan maaf yang belum sempat terucap. Menulis surat, mencurahkan seluruh isi hati yang membebani ini juga membantu saya lebih mengenali diri sendiri. Pada prosesnya, saya melakukan pemilahan dan penilaian atas apa-apa yang saya rasakan untuk kemudian saya sampaikan. Dengan mengenali diri saya lebih baik, saya bisa mulai menata hidup lagi dan melanjutkan hidup ini.

Kehilangan seseorang yang disayangi untuk selamanya meninggalkan trauma. Terkadang ada hal-hal yang tertinggal, yang membuat sulit untuk menerima keadaan. Mencurahkan segala isi hati termasuk hal-hal yang tak mampu saya katakan sebelumnya, ternyata membuat saya lebih mudah beradaptasi dengan kekosongan yang ditinggalkan. Menulis surat kepada orang yang sudah tiada, adalah cara saya untuk berdamai dengan keadaan agar bisa merelakan. Bila menghadapi masalah yang sama, kamu juga bisa melakukannya. Percayalah, perasaanmu akan lebih lega.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi

CLOSE