Gelar Sarjanamu Tak Perlu Disayangkan atau Merasa Sia-sia, Kalau Akhirnya Jadi Ibu Rumah Tangga Saja

Menjadi ibu rumah tangga dengan gelar sarjana tentu kamu harus siap dengan sejumlah pertanyaan dan pernyataan. Seakan menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah keputusan yang patut untuk disayangkan.

“Nggak sayang apa sama gelar? Buat apa orang tua lo capek-capek nyekolahin lo kalau ujung-ujungnya lo di rumah aja? Ngurus anak sama suami doang? Urusan ngurus anak kan bisa pakai baby sitter. Toh, dengan tetap menjadi wanita karir secara nggak langsung lo ikut membantu finansial keluarga.”

Semua pertanyaan dan pernyataan tersebut pada akhirnya bikin kamu mikir: “Apa iya menjadi ibu rumah tangga dengan gelar sarjana itu sebuah hal yang patut disayangkan?”

Menjadi ibu rumah tangga adalah keputusan yang datang dari hati. Sebuah keinginan sederhana – mendedikasikan diri untuk anak dan suami.

Menjadi ibu rumah tangga, semata keputusan yang datang dari hati.

Menjadi ibu rumah tangga, semata keputusan yang datang dari hati. via the-1d-nina.tumblr.com

Awalnya kamu adalah pribadi dengan segudang mimpi dan rencana di masa depan. Banyak hal yang ingin kamu usahakan selepas lulus kuliah. Pekerjaan impian, melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, hingga punya usaha sendiri. Namun, tanpa kamu duga seseorang datang dan menawarkanmu masa depan.

Kamu pun tak kuasa untuk menolaknya. Setelah resmi menikah dan menjadi seorang istri, sudut pandangmu soal kehidupan pun berubah. Segudang rencana besar tak lagi jadi prioritasmu. Tanpa adanya paksaan darinya, kamu memutuskan untuk mendedikasikan diri menjadi ibu rumah tangga. Sebuah keputusan sederhana yang datang dari hati.

Dibesarkan dengan perhatian yang penuh dari seorang ibu rumah tangga, kamu pun ingin mewariskan kebahagiaan yang sama pada anak-anakmu nantinya.

Kamu ingin anak-anakmu pun merasakan kebahagiaan yang sama denganmu. Dibesarkan dari seorang ibu rumah tangga.

Kamu ingin anak-anakmu pun merasakan kebahagiaan yang sama denganmu. Dibesarkan dari seorang ibu rumah tangga. via thelifesquare.com

Kamu tumbuh dengan perhatian penuh dari ibumu. Seorang ibu yang memutuskan untuk menanggalkan pekerjaannya demi mengurus keluarga. Kamu pun bertekad untuk mewariskan kebahagiaan yang sama pada anakmu kelak. Alasan inilah yang menguatkanmu untuk fokus menjadi ibu rumah tangga selepas menikah. Menjadi ibu rumah tangga bukanlah beban buatmu. Karena kamu merasakan kebahagiaan tak terkira mana kala menyiapkan sarapan pagi, menikmati perkembangan sang buah hati, atau sekadar menunggu suami pulang kantor.

Orang lain seringkali bertanya: “Bukankah perkara mengurus anak bisa kamu serahkan ke baby sitter?”

Relakah kamu menitipkan hartamu yang paling berharga pada orang lain?

Relakah kamu menitipkan hartamu yang paling berharga pada orang lain? via omgcutebabies.tumblr.com

Pertanyaan seperti itu kerap ditujukan kepadamu yang memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga penuh. Sungguh pertanyaan yang berdasarkan logika. Karenanya kamu perlu menjawabnya dengan jawaban yang juga berlandaskan logika.

“Kamu tentu enggan menitipkan perhiasan milikmu pada orang lain kan? Tapi mengapa kamu rela menitipkan anakmu yang bahkan lebih berharga dari perhiasan mahal sekalipun pada orang lain?”

Kadang, komentar orang-orang pun tak kalah menyakitkan. “Tidakkah sia-sia orang tua menyekolahkanmu, jika pada akhirnya kamu hanya sibuk di dapur?”

Kamu bisa bisnis online di rumah demi membantu perekonomian orang tua.

Kamu bisa bisnis online di rumah demi membantu perekonomian orang tua. via www.pjtv.co.id

Tidak mudah memang menjawab pertanyaan yang satu ini. Terlebih untukmu anak sulung yang menjadi tulang punggung keluarga. Kamu dihadapkan pada dua pilihan, fokus mengurus anak dan suami atau membantu perekonomian orang tua yang sudah tak lagi bekerja. Sungguh pilihan yang sulit memang. Namun, dengan niat tulusmu keduanya bisa kamu jalani. Urusan keuangan demi membantu orang tua dan adikmu bisa diatasi dengan bisnis online. Kamu bisa bekerja di rumah sambil tetap mengurus keluarga.

Saat teman sepermainan masih bebas mengembangkan diri, sementara kamu sudah dihadapkan pada tanggung jawab sebagai istri – tidakkah hal itu membuatmu iri?

Kamu mungkin udah nggak bisa lagi kaya gini.

Kamu mungkin udah nggak bisa lagi kaya gini. via trojans360.tumblr.com

Tidak jarang kamu merasa iri ketika melihat teman-temanmu masih bebas bermain, semantara kamu dihadapkan pada tanggung jawab sebagai istri dan ibu muda. Biar pun terkadang kamu iri melihat mereka, tapi buatmu saat ini tak ada yang lebih membahagiakan dari menghabiskan waktu bersama anak dan suami. Kalaupun kamu rindu berkumpul dengan teman-teman, kamu masih bisa mengatur jadwal ketemuan.

Namun, di atas segalanya kamu harus bangga menjadi ibu rumah tangga bergelar sarjana. Bukankah untuk mencetak anak yang cerdas juga diperlukan ibu yang pengetahuan dan wawasannya kaya?

Banggalah menjadi ibu rumah tangga yang bergelar sarjana.

Banggalah menjadi ibu rumah tangga yang bergelar sarjana. via www.pinterest.com

Banyak dari kamu yang merasa minder dengan profesi sebagai ibu rumah tangga. Padahal kamu seharusnya bangga. Kamu layak tahu kalau untuk mencetak anak-anak yang cerdas, diperlukan sosok ibu yang cerdas pula. Karenanya ibu yang berpendidikan punya potensi besar untuk mencetak anak-anak yang sukses di masa depan. Jadi, berbanggalah kamu yang seorang ibu rumah tangga bergelar sarjana.

Tidak ada yang perlu disayangkan dari menjadi seorang ibu rumah tangga yang bergelar sarjana. Jangan terlalu banyak memikirkan tentang pertanyaan dan pernyataan yang menohok hatimu. Jalani saja niat tulusmu yang ingin fokus mencurahkan waktu untuk keluarga. Demi menciptakan anak-anak yang sukses di masa depan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Belum bisa move on dari Firasat-nya Dewi Dee.