Lulus Kuliah, Dapat Kerja, Lalu Apa? Ternyata Ada 6 Pertanyaan ini yang Harus Kujawab di Usia 25

Menentukan Arah Hidup

Dulu saat masih berusia belasan, aku membayangkan hidup sebagai mahasiswa yang bebas berpikir dan keren. Lalu saat aku sudah di bangku kuliah, aku pun memikirkan tentang wisuda dan menjadi sarjana. Lantas akupun bekerja keras menyusun skripsi, supaya bisa segera lulus dan bisa bekerja. Dengan begitu aku bisa mencari uang sendiri.

Advertisement

Kini aku sudah melewati semua fase itu. Euforia wisuda dan jadi sarjana baru sudah berlalu, pekerjaan tetap pun sudah di tanganku. Tapi, lulus kuliah, dapat kerja, lalu apa? Setelah sampai di sini, aku sadar ternyata itu hanya awal mula. Setelahnya, ada banyak pertanyaan rumit di bawah ini yang harus kujawab juga.

1. Meski nggak melesat bagai bintang, karier cukup lumayan. Tapi apa iya ini yang seumur hidup ingin kukerjakan?

inikah yang ingin kujalani selamanya? via pixabay.com

Sejauh ini sih, soal pekerjaan cukup lancar. Aku bisa mendapatkan pekerjaan tanpa harus menganggur terlalu lama. Sedikit demi sedikit, penghasilan dan jengang karier pun ada peningkatan, meski tak tak langsung melesat sempurna. Well, setidaknya aku sudah bisa mencukupi kebutuhanku sendiri tanpa minta orangtua.

Namun, setelah sekian lama menapaki jalur ini, muncul keraguan di dalam hati. Melakukan rutinitas yang sama setiap hari, apa iya, ini adalah karier yang tepat dan hal yang ingin kulakukan sepanjang hayat?

Advertisement

2. Punya penghasilan besar pun bukan berarti tabungan banyak dan bertambah besar. Apa aku salah mengelola keuangan?

keuangan tak kunjung stabil via www.pexels.com

Perkara keuangan beda lagi. Gajiku mungkin nggak ada apa-apanya dibanding fresh graduate yang menolak gaji 8 juta. Kalau dipikir dengan rasional, sebenarnya gajiku cukup lumayan. Tapi anehnya, kenapa jumlah tabunganku nggak kunjung bertambah juga?

Rasanya selalu saja ada kebutuhan mendesak saat aku berniat menabung sedikit lebih banyak. Belum lagi uang di dompet dan rekening yang datang dan perginya secepat kereta Shinkansen. Padahal rasanya aku sudah membuat bujet bulanan yang cukup ketat. Sebenarnya, apakah aku salah dalam mengelola keuangan? Terus kalau sudah begini, sampai kapan gaji akan habis hanya untuk makan?

3. Sebenarnya pengin sih lanjut kuliah S2. Berharap bisa mendapat beasiswa, tapi gimana caranya bagi dua fokus belajar dan bekerja?

galau S2 tapi tetap kerja via www.pexels.com

Hari gini, lulusan S1 saja rasanya nggak cukup. Banyak sekali lulusan sarjana yang kesulitan mencari pekerjaan. Karena itu, aku ingin juga meningkatkan pengetahuan, skill, dan keahlian lewat S2. Apalagi teman-teman juga banyak yang sudah melanjutkan S2 bahkan S3. Namun, aku juga bertanya-tanya, bagaimana caranya melanjutkan S2 sambil kerja, bila pekerjaan sehari-hari saja sudah membuat pulang selalu malam dan kadang lembur juga di akhir pekan? Bila resign dari pekerjaan dan fokus kuliah, lalu dari mana aku bisa makan?

Advertisement

4. Soal asmara selalu mengundang tanya. Punya pacar, tapi setiap hari bertanya-tanya apakah dia orang yang ingin kujadikan pendamping selamanya?

Apa dia yang ingin kujadikan pendamping seumur hidup? via unsplash.com

Mengikuti pakemnya, setelah lulus kuliah, bekerja, lalu menikah. Apalagi kalau sudah punya pacar. Tapi sudah punya pacar pun ternyata semuanya nggak segampang yang kupikirkan. Aku menikmati kebersamaan kami, dan dia adalah orang yang menyenangkan untuk diajak jalan bersama sekarang. Tapi adakalanya, dan semakin hari semakin sering terjadi, aku bertanya-tanya, apakah dia orang yang baik juga untuk dijadikan pendamping di masa depan? Rasa ragu itu datang dan pergi begitu saja. Karena soal pernikahan, siapa yang mau gambling dan asal-asalan?

5. Orang-orang terdekat mendesak untuk sebuah pernikahan. Tapi aku sendiri, apa iya ingin menikah sekarang?

Apa aku benar-benar ingin menikah? via www.pexels.com

Semuanya semakin rumit dengan desakan dari keluarga dan orang terdekat. Dengan alasan “Kan udah kerja dan udah pacaran lama. Emang mau nunggu apa lagi?”, mereka inginnya aku segera menikah. Mungkin dianggapnya kebahagiaanku belum lengkap kalau aku belum mulai membangun keluarga. Tapi di titik ini aku justru bertanya-tanya pada diri sendiri. Apakah aku ingin menikah? Atau setidaknya, apakah pernikahan adalah sesuatu yang ingin kulakukan dekat-dekat ini?

6. Di satu titik, saat semuanya terasa membingungkan, aku mulai bertanya-tanya, apa yang sudah kulakukan pada hidupku?

apa yang kulakukan pada hidupku? via www.pexels.com

Hidup ini memang lucu. Kadang aku ingin tertawa ketika aku merasa bingung dengan apa yang sudah kulakukan pada hidupku sendiri. Setelah selama ini dan sejauh ini, aku malah bertanya-tanya apakah hidupku sudah benar. Apakah jalur yang kulewati ini sudah tepat dan aku nggak sedang tersasar? Apakah aku nggak membunuh sebuah kemungkinan yang lebih baik di masa lalu untuk berada di posisi sekarang? Apa yang sudah kulakukan pada hidupku sendiri, dan apa yang harus kulakukan selanjutnya?

Sudah lulus kuliah dan sudah mendapat kerja, bukan berarti hidup berhenti di sana. Perjalanan setelahnya masih sangat panjang, dan mungkin lebih membingungkan. Karena ada berbagai pertimbangan yang saling berbenturan. Tapi bukankah semua itu adalah proses? Pertanyaan-pertanyaan yang kuajukan pada diri sendiri itu merupakan sebuah cara untuk terus mengkritisi diri agar berkembang. Memang membingungkan, tapi itulah proses pendewasaan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta harapan palsu, yang berharap bisa ketemu kamu.

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi

CLOSE