Status Jomblomu Mungkin Berasa Jatuh Tempo di Umur 25, Ingatlah 6 Hal Ini Biar Hidupmu Tetap Legowo

Jomblo jatuh tempo adalah label buat kamu yang seharusnya memasuki usia menikah, namun masih melajang juga. Kebanyakan kamu akan langsung panik mendapati diri kini tengah diambang usia seperempat abad, yakni 25 tahun. Usia yang menurut banyak orang adalah waktu yang tepat untuk memulai kehidupan rumah tangga. Kamu boleh terima atau nggak, tapi itulah stigma yang mengakar di Indonesia. Terutama untuk kaum hawa yang masih tetap sendiri di usia 25, seringnya jadi bahan perbincangan orang sekitar.

Advertisement

Pilih-pilih sih, jadi nggak laku deh.

Sok sibuk ngurusin karir sih, jadi nggak kunjung dapat jodoh!

Terlalu idealis lo!

Nampaknya sederet cibiran tersebut menjadi makanan sehari-hari mereka yang jomblonya sudah jatuh tempo. Dari pada cuma elus dada, kamu yang saat ini  dicemooh orang lantaran status jomblomu jatuh tempo, baiknya kuatkan dirimu dengan hal-hal ini.

1. Usia 25 itu zona krisis para lajang. Yang berpasangan merasa sudah lengkap, yang masih single hanya dianggap warga kelas dua karena tak kebagian. Padahal tak selalu begitu adanya

Anggap sebagai bahan becandaan saja kalau dicemooh.

Anggap sebagai bahan becandaan saja kalau dicemooh via pixabay.com

Usia 25 dinilai sebagai waktu yang tepat untuk memulai langkah ke jenjang pernikahan. Karena pada usia tersebut seseorang dinilai sudah siap mental, batin, fisik, dan materi untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Tidak heran kalau pada banyak kesempatan kamu selalu dihujani pertanyaan seputar jodoh dan pernikahan. Dari mulai sekadar iseng bertanya, diselingi cibiran, bahkan tak jarang dikasihani. Belum dapet pacar juga? Ya, ampun kasihan banget, udah 25 tahun masih jomblo aja.. Yang terakhir miris banget sih.

Advertisement

Sekesal apa pun kamu dengan cibiran mereka, tanggapilah dengan bijak hati. Jangan biarkan dirimu dikuasai emosi, sebaliknya, anggaplah cibiran dan pertanyaan nan menohok itu sebagai bahan becandaan. Jangan jadi jomblo yang gampang emosi.

2. Teman sepermainanmu mungkin banyak yang sudah sibuk mengurus rumah tangga, tak ada waktu untuk nongkrong bersama. Jangan panik, justru ini kesempatanmu bertualang ke lingkungan baru

Bisa dengan traveling misalnya.

Misalnya dengan traveling via unsplash.com

Sekali waktu, kamu mungkin pernah merasa miris ketika menyadari teman sepermainanmu sudah pada berkeluarga, sementara kamu masih saja melajang. Beberapa dari mereka bahkan sudah mulai jarang ngumpul lantaran sudah dihadapkan pada tugas sebagai ratu rumah tangga. Pun sekalinya teman sepermainanmu berkumpul semua, topik obrolannya sudah bergeser. Bukan lagi soal fashion dan jalan-jalan, tapi lebih kepada parenting dan hubungan suami-istri. Di sinilah kamu yang masih lajang, mulai merasa roaming dengan keadaan. Semua udah berganti lembar kehidupan, kok gue masih gini-gini aja ya?

Hindari meratapi hidup, guys. Cobalah untuk memaknai kesendirian sebagai waktu yang tepat untuk mengembangkan diri dan mencari petualangan baru. Selesaikan segala urusan dan mimpimu yang belum tercapai, sembari terus menanti dia yang tertakdirkan akhirnya datang. Kalau kebetulan kamu merasa perlu memperkaya pengalaman akademis, jangan sungkan untuk melanjutkan studi atau mendaftarkan diri pada konferensi internasional serta ajang pertukaran pemuda. Pasti kamu juga dengan mudah mendapatkan kenalan baru untuk berbagi waktu luang. Catatan penting: jadilah jomblo yang cerdas dan berwawasan luas.

Advertisement

3. Pun jika kamu menjadi the last person standing yang melajang diantara kawan-kawanmu, ingat ini bukan perlombaan. Yang penting kamu menemukan kebahagiaanmu yang seutuhnya

Mungkin temanmu ingin kamu cepat menyusul, bukan cuma statusnya tapi bahagianya

Mungkin temanmu ingin kamu cepat menyusul, bukan cuma statusnya tapi bahagianya via willandjac.com

Ketika kamu jadi single terakhir dalam kelompok pertemananmu, jangan panik dulu. Apalagi sampai menarik diri dari pergaulan. Big no! Hiduplah dengan penuh optimisme. Perjuangan mencari jodoh itu tak seharusnya diperlakukan bagaikan perlombaan lari dimana garis finish-nya sama. Terus diupayakan, tapi tetap saja jodoh itu sudah ada yang mengatur.

Wajar saja merasa ‘dikejar-kejar’ waktu karena teman-temanmu sudah beruntung bertemu jodohnya, tapi ingatlah itu hanya ilusi yang tak pantas diikuti. Jangan membuat keputusan sekadarnya hanya karena segera ingin mengejar teman-temanmu yang sudah menikah. Gunakanlah ukuran kebahagiaanmu yang sebenarnya untuk membuat keputusan paling penting dalam hidupmu itu. 

4. Bagimu, perjuangan mencari pasangan bukan hanya sekadar untuk melepas status jomblo semata. Daripada mengejar perubahan status, kamu rela menunggu demi dia yang terbaik

Jemput jodohmu dengan cara yang elegan.

Jemput jodohmu dengan cara yang elegan via unsplash.com

Pada usia jatuh temponya seorang jomblo, pasangan bukan lagi didefinisikan sebagai teman jalan dan senang-senang. Tapi lebih kepada partner untuk berbagi banyak hal. Untuk yang satu ini kamu nggak boleh sembarangan menentukan pilihan. Perlu pertimbangan yang matang. Pun misalnya kamu sudah mati-matian memperbaiki diri tapi si jodoh belum nongol juga, kembalikan segalanya pada Tuhan. Kamu memang sudah berusaha, namun Tuhan selalu punya alasan untuk menangguhkan pertemuanmu dengannya. Sabar, sebab lagi-lagi pencarian jodoh tidak bisa disamakan dengan perlombaan.

5. Karena sebenarnya jodoh adalah cerminan diri, maka jalan terbaik untuk menjemputnya adalah dengan berbenah diri. Percayalah, panik akan status jomblomu yang jatuh tempo tak akan mengantarkanmu padanya

photo-1478144180611-e7f27bf060f9

Panik dan gegabah justru buatmu jauh dengan jodohmu yang sebenarnya via unsplash.com

Berbenah diri bukan tentang penampilan saja, tapi juga soal attitude. Yup, tentang bagaimana kamu memperlakukan orang sekitar. Mau dapet jodoh ribet amat ya, mesti banget jadi baik sama semua orang? Loh, analoginya sederhana saja. Kalau kamu sudah mampu berinteraksi dengan baik di lingkungan, itu bisa jadi pertanda bahwa kamu ke depannya mampu menghadapi beragam rintangan di masa depan. Dengan kata lain, kamu bukan lagi manusia egois yang hanya hidup untuk dirimu sendiri. Karena nantinya kamu akan berbagi dan melewati banyak hal bersama seseorang yang akan kamu sebut sebagai – jodoh.

6. Jadilah jomblo yang legowo. Yang menjalani hidup dengan penuh syukur sembari terus memperbaiki diri. Karena dia yang terbaik akan datang pada waktunya

Terus berbenah diri

Menyandang status jomblo lama pun tak apa asal dapatkan yang terbaik via unsplash.com

Jika segala usaha sudah kamu kerahkan dan doa serta restu tak pernah absen kamu pinta dari orangtua, namun kamu masih saja melajang, jawabannya sederhana. Sesederhana ungkapan ini: mungkin Tuhan tengah sibuk menulis cerita cinta yang indah buatmu. Syukuri saja hari ini, setidaknya kamu nggak pernah berhenti untuk berbenah diri. Tenang, kamu dan dia pasti akan dipertemukan pada waktu yang tepat kok.

Meski kata orang kejombloanmu sudah jatuh tempo, tapi berbenah diri tak mengenal batas waktu. Jangan jadi jomblo yang caper, apalagi baper. Jemput si jodoh dengan cara yang elegan dan nggak terburu-buru. Setuju nggak nih, guys?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Belum bisa move on dari Firasat-nya Dewi Dee.

CLOSE