Atasan atau Bawahan: Hanya Sebuah Jabatan. Pada Prakteknya Saling Bertukar Pikiran

Duduk bersama dalam menghadapi masalah itu lebih baik


"Saya ini atasan kamu, kalau kamu nggak sanggup keluar saja."


Advertisement

Ucapan tersebut pasti sering kita dengar saat kita menghadap atasan untuk menuntut hak kita, atau mungkin memprotes kebijakan perusahaan yang merugikan kita sebagai karyawan. Tanpa disadari ucapan tersebut adalah etikad pasrah dari pihak perusahaan yang sebenarnya atasan kalian tahu bahwa kebijakan itu sangat tidak menguntungkan bagi karyawan, namun menguntungkan buat perusahaan.

Baik dari sisi veecost atau stabilitas operasional. Dalam posisi tersebut atasan kalian coba meredakan kalian dengan kata-kata yang diplomatik agar kalian memahami situasi, untuk melanjutkan proses kebijakan yang profit oriented. Di sisi lain kita sebagai karyawan juga memiliki hak atas apa yang kita kerjakan. Seperti jam kerja lebih yang harus dibayar bukan hanya sekadar kata loyalitas, janji insentif atau bonus yang harus dipenuhi ketika kita memenuhi target yang diteptakan saat taken kontrak.

Tatkala juga kita menemui sistem kontrak kerja yang fleksibel yang hanya kontrak terus atau kontrak berkelanjutan tanpa ada kejelasan jenjang karir atau pengangkatan karyawan tetap. Kita sebagai pegawai butuh pekerjaan yang menghasilkan uang, untuk memenuhi kebutuhan pribadi, bekal masa depan, hingga keluarga. Namun apakah sistem yang tidak comfortable harus ditelan saat kita mengais rezeki.

Advertisement

Mungkin upaya yang dilakukan perusahaan sangat signifikan untuk mensejahterakan karyawannya, namun balik lagi ketika di pertarungan pasar perusahaan kalah tender dan target penghasilan defisit, maka muncul lha kebijakan-kebijakan yang menekan karyawannya bahkan ada kebijakan perusahaan sampai tahap di PHK secara skala besar.

Dalam posisi tersebut siapa yang patut disalahkan? Pihak perusahaankah? Atau karyawankah? Atau pesaing bisnis kah? 


Planing of management yang dikembangkan semestinya bisa manangkal dari apa yang tidak diinginkan.


Advertisement

Memperbarui sistem yang kadaluwarsa hingga bisa bersaing dengan sistem yang lain, memperkuat karakter karyawan agar berperilaku jujur dan baik, tak jarang perusahaan bangkrut karena ada oknum yang tidak jujur ada juga yang tidak baik sekelas staff ada juga yang carmuk atau cari muka kepada atasannya padahal kerja mereka biasa saja. Ada yang lebih baik kerjanya dari mereka namun tersingkir karena peranan karyawan yang carmuk. Hal tersebut sangat berpengaruh kepada etos kerja karyawan lainnya.



Kita sebagai pekerja seharusnya tahu apa hak kita dan kewajiban kita. Jangan menuntut hak yang tidak sesuai dengan kinerja kita, seharusnya perusahaan memiliki respond dan keterbuakaan kepada setiap karyawan yang memiliki karya untuk mengembangkan perusahaan agar tidak stuck. Hilangkan budaya saya ini atasan atau bawahan, jika ide bawahan lebih baik dari atasan kenapa tidak diterapkan saja. Jangan karena ego title atasan lalu ide bawahan dibatasi atau tak dianggap.


Semua orang memiliki keterbatasan dan kelebihan.


Jangan demi ego seorang atasan omongan harus didengar sedangkan tidak mau mendengar omongan bawahannya, sebaik-baiknya atasan mendengarkan keluh-kesah bawahannya beri solusi dan evaluasi agar tidak terjadi salah paham atas kebijakan perusahaan yang diterapkan. Duduk bersama dalam menghadapi masalah itu lebih baik daripada makan bersama tapi menyendok dengan tangan terluka satu sama lain.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Aku adalah mimpi yang patah. Raut wajahku tersimpan di dalam doa

CLOSE