Good Looking, Sebuah Dasar Berputarnya Roda Kehidupan

anti insecure

Sebagai pembuka dari pembahasan saya kali ini, saya mau bertanya kepada anda yang tengah membaca artikel ini. Seberapa banyak anda mengunggah foto diri sendiri ke ranah dunia maya seperti Instagram maupun Facebook? Jawaban kalian cukup disimpan dalam hati, karena jawaban tersebut erat kaitannya dengan apa yang ingin saya bahas pada artikel singkat ini.

Advertisement

Sudah menjadi rahasia umum jika manusia mengalami ketidakpercayaan diri yang dominan selama hidupnya. Bahkan istilah tiada hari tanpa insecure bisa dibilang sudah tersemat dalam diri masing-masing manusia. Sebut saja ketika seorang wanita yang berusaha semaksimal mungkin untuk diet menurunkan berat badan sehingga tujuan memiliki tubuh langsing terwujud dengan lancar. Atau pada kasus lain seorang pria rela menghabiskan banyak biaya demi mengoleskan skincare agar terlihat enak dipandang oleh lawan jenis. Lalu, apa sebenarnya yang mendasari hal-hal seperti itu banyak dialami sebagian besar orang terutama remaja yang menginjak usia dewasa?



Sebagian besar manusia mengharapkan penampilan yang sangat baik, menarik, dan rapi atau yang lebih dikenal dengan istilah “Good Looking”. Mereka selalu iri dengan orang lain yang memiliki wajah menawan, postur tubuh yang ideal, hingga kulit wajah yang bersih. Mereka bahkan sangat sulit menatap lawan bicara ketika sedang berkomunikasi. Hal ini kemudian sering membuat kesalahan persepsi bahkan komunikasi yang tidak efektif antara kedua belah pihak. Itu adalah perkara dunia nyata. Di sisi lain, seseorang yang memiliki rasa insecure yang berlebih akan terlihat ketika unggahan foto di media sosialnya lebih sedikit menampilkan foto diri sendiri dan lebih dominan dengan hal lain yang bahkan tidak ada korelasi dengan kehidupnya.



Berbeda dengan orang yang memiliki rasa percaya diri karena penampilannya yang menarik. Ia dapat dengan mudah dan merasa nyaman akan unggahan foto di media sosial dengan menampilkan wajah, tubuh, dan pakaiannya yang sangat ideal. Dan kabar buruknya, bukan hanya rasa insecure yang muncul dari dalam diri seseorang yang menjadi dampak dari menariknya penampilan orang lain . Karena yang kita temui saat ini adalah banyak kemudahan yang didapatkan jika anda memiliki wajah yang menawan, tutur kata yang baik, dan gaya berjalan yang menarik.

Advertisement

Contoh saya perusahaan yang sedang mencari salesman untuk melariskan produk jualannya. Tentunya yang mereka cari adalah orang yang berpotensi dapat menarik perhatian customer dari penampilan dan apa yang dilakukannya. Ya, hal ini memanglah wajar. Namun kenyataan yang sering terjadi adalah kesulitan mendapatkan apa yang anda inginkan ketika anda bukan dari kalangan good looking. Pokok permasalahannya adalah setiap aspek kehidupan lebih mendukung orang berpenampilan menarik untuk ikut berperan dibanding orang lain yang berpenampilan biasa saja.



Saya beri contoh beberapa kasus di dalam maupun luar negeri yang melibatkan orang yang memiliki penampilan good looking.

Advertisement

Anda pasti telah mendengar kabar vonis penjara kepada Isabella Guzman, remaja yang memiliki gangguan mental sehingga membunuh ibu kandungnya beberapa tahun silam. Hal ini kembali naik di media Instagram beberapa waktu yang lalu. Saya melihat satu unggahan dari akun yang saya ikuti berkaitan dengan kasus pembunuhan tersebut. Dalam unggahan tersebut ditampilkanlah paras cantik Isabella yang menuai beragam komentar dari netizen. Komentar yang menghujat pelaku adalah komentar wajar untuk sebuah kasus pembunuhan seperti ini, namun apa jadinya ketika netizen malah memberikan komentar yang memuji paras dari wanita tersebut dan memaklumi perbuatan kejamnya?

Pada kasus lain di tanah air, beberapa tahun silam penangkapan aktor yang sedang naik daun saat itu, Jefri Nichol karena kasus penyalahgunaan obat-obatan terlarang begitu disorot oleh media massa. Hujatan dan cacian menerjang dirinya setimpal dengan perbuatannya. Lihatlah apa yang terjadi dalam kolom komentar unggahan terakhir dari aktor tampan tersebut. Banyak akun yang mengomentari postingan tersebut dengan keadaannya saat itu, tetapi bukan komentar hujatan yang menjadi sorotan kali ini. Komentar semangat dari penggemar setianya-lah yang sangat disayangkan menghujani postingan tersebut. Sangat disayangkan.



Beberapa kasus tersebut seakan menempatkan posisi orang berpenampilan menarik sangat mungkin mendapatkan sanjungan dan semangat sepelik apapun keadaan yang menimpanya. Hal ini kemudian menyingkirkan orang-orang yang berpenampilan biasa dan menghambat mereka bahkan untuk sekedar menyampaikan sepatah kata. Padahal, jika mereka yang sering mengalami insecure memiliki bakat atau potensi diri yang lebih baik dari mereka yang hanya mengandalkan penampilan, mereka bisa menyalurkannya dan mengubah stigma masyarakat yang telah mendarah daging.



Tidak ada yang salah dalam inti permasalahan yang saya bahas kali ini. Bahkan Tuhan telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Namun, bagaimanapun keadaannya stigma masyarakat yang dengan mudah mempengaruhi masyarakat lain harus diubah perlahan. Kita sebagai manusia harus membuka pikiran seluas-luasnya bahwa mereka semua memiliki hak dan kebebasan yang setara tanpa dilihat dari paras, tubuh, maupun warna kulit.

Bahkan hal ini sangat erat kaitannya dengan sikap rasisme yang tanpa kita sadari telah kita tunjukkan dan berbanding terbaik dengan cuitan maupun caption di media sosial kita yang sangat menentang perlakuan rasis. Jangan sampai kita menjadi orang yang munafik dan mementingkan diri sendiri. Jangan sampai sila kelima Pancasila berubah menjadi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Good Looking” yang sempat digembar-gemborkan pengguna twitter beberapa bulan ke belakang.

Beberapa kasus keterbelakangan mental di dunia berkaitan dengan mental pribadi yang tidak siap dengan perilaku orang di sekitar yang berpendapat tentang tidak menariknya penampilan seseorang. Ada yang sangat terpukul akan hal ini dan ada juga yang merasa biasa saja. Karakter kepribadian orang yang berbeda-beda adalah faktor yang mempengaruhinya. Jangan sia-siakan bakat dan kemampuan terpendam teman-teman kita yang selalu merasa tidak lebih baik dari orang lain. Hargailah dirinya dan buatlah ia menghargai dirinya sendiri. Jangan paksa mereka untuk menjadi sempurna atau bahkan mengkritik habis-habisan penampilan mereka. Bisa jadi mereka yang menganggap dirinya lemah memiliki hal yang sangat diimpikan orang lain. Orang-orang seperti ini membutuhkan dukungan dan saran yang membangun, bukan hujatan. Maka tugas kita adalah merangkul mereka agar tetap percaya diri dan bersemangat menjalani hidup.



Dan ingatlah, seperti pesan orang bijak, “Kau tidak harus menjadi sempurna, karena tidak ada yang sempurna di dunia ini “.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswa universitas mulawarman jurusan ilmu komunikasi