Papa Mama Kenapa harus Berpisah? Aku bingung nih?

Sebelum berangkat kerja, saya dan Wati terlibat cekcok di kamar, walau sudah dengan suara pelan masih saja terdengar lamat-lamat dari luar

Burhan membuka aplikasi whatsapp setelah notif berbunyi, masuk pesan dari Ananda anaknya semata wayang, bunyinya "Papa Mama Kenapa? Aku bingung nih…"

Advertisement

Burhan tidak segera membalas pesan tersebut, dia sangat tahu isi hati dan perasaan anaknya yang dibesarkan saat ini hingga  menginjak pendidikan kelas 2 SMA, remaja. 

Baru genap 2 pekan lalu Nanda meminta HP baru yang ram dan memorynya lebih besar setelah HP lamanya sering hang karena terlalu banyak aplikasi game dan video di gallery, "Pa… aku beliin HP baru ya. HP ini udah lelet banget nih" rengeknya sebelum beranjak tidur. "Iya… abis gajian ya" jawab Burhan segera.

Saat sela makan siang di kantor Burhan searching di marketplace untuk mencari HP yang spesifikasinya diminta Nanda, setelah menemukannya maka dimasukkan wishlist untuk dibeli setelah gajian di akhir bulan.

Advertisement

Namun ketika permintaan Nanda terkabul di akhir bulan bukannya senang ternyata Nanda malahan bingung karena mendengar kabar bahwa kami, saya Burhan dan ibunya Nanda Wati memutuskan untuk berpisah.

Begini ceritanya…. sahabat Hipwee

Advertisement

Sebelum berangkat kerja, saya dan Wati terlibat cekcok di kamar, walau sudah dengan suara pelan masih saja terdengar walau lamat-lamat dari luar. Belum pernah ku lihat Wati marah sehebat ini, ya…ini pertama kalinya kami terlibat pertengkaran besar.

Nanda tertengun di depan pintu kamar ketika kami keluar kamar. Kami berdua pun kaget.

"Papa Mama kenapa berantem?" Tanyanya sambil berkaca-kaca.

Wati mencium kening Nanda dan menarik tangannya kemudian pergi pamit ke Burhan untuk ke rumah nenek di Solo dan mengajak Nanda mendadak tanpa sempat Nanda bertanya 'kenapa' dan saat itu masih berpakaian seragam sekolah. Muka Wati masih memerah dan meneteskan air mata, ku lihat kesedihannya mendalam.

Burhan tertunduk lesu di ruang tamu memandang Wati istrinya dan Nanda keluar rumah dengan mobilnya sambil berkaca-kaca. Burhan tidak mampu menahan Wati pergi, kakinya kaku, lidahnya kelu dan dadanya sesak seperti terserang asma. Mematung dengan pandangan kosong, hampa.

Burhan terkulai di sofa rumah, suara notif dan dering telpon dari kantor tidak diangkatnya. Menjelang siang Burhan merasakan lapar kemudian beranjak ke dapur untuk santap makanan yang ada. Sebenanrya dari pagi Wati sudah memasak makanan kesukaannya untuk sarapan bersama dan bekal Burhan ke kantor dan Nanda ke sekolah.

Burhan lunglai menyuapkan nasi dan lauk ke mulutnya, tidak sampai 3 sendok ia menyudahi sarapannya yang kesiangan. Di ambilnya HP kemudian masuk notif dari Nanda di atas..


"Wati sudah mengatakan semuanya kepada Nanda selama perjalanan" Burhan bicara sendiri dan tiba-tiba air matanya menetes perlahan membasahi baju kerja putihnya yang sudah diseterika Wati pula.


Kembali Burhan mendelosor di atas sofa. Sambil terus melihat pesan dari Nanda dan masih bingung mau mengatakan apa. Tak diperhatikan pesan lainnya selain pesan Nanda.

Burhan adalah sosok suami dan ayah idaman bagi keluarganya. Kehidupan pribadi, pekerjaan dan ekonominya sangat baik serta tidak ada hal yang patut dibicarakan aibnya karena memang tidak ada. Perjalanan pernikahan selama ini berjalan baik-baik saja tanpa aral yang berarti. 

Hingga Wati memutuskan berhenti bekerja ketika Nanda beranjak remaja juga dilakukan karena stabilnya keuangan keluarga, hal ini dilakukan agar lebih dapat mengawasi Nanda yang beranjak dewasa. Ini merupakan kesepakatan bersama yang diambil sebagai hal yang lumrah.

Memang ada beberapa kali konflik namun masih berkisar hal-hal sepele dan mampu diselesaikan dengan cepat tanpa menunggu membesar bagai bola salju. Ya… karena sosok Burhan dan Wati sama-sama mampu berpikir bijaksana, mereka orang berpendidikan berwawasan luas, memilih jalan damai daripada berkonflik.


Lalu apa yang menyebabkan konflik terjadi?

Kenapa harus berpisah?

Apakah tidak ada jalan keluar yang lebih baik?


"Papa, Nanda mau papa ke Solo hari ini… Mama diam saja di kamar. Nenek bingung… Nanda bingung mau jawab apa?" pesan kedua Nanda masuk sehari kemudian setelah mereka tiba di Solo. Burhan masih tertengun belum mampu menjawabnya.

Sebenarnya ada hal mengganjal dalam beberapa hari ini yang berhasil Burhan sembunyikan bersama Wati hingga akhirnya mereka terlibat konflik di pagi itu. Kemarahan yang meliputi Wati pagi itu bagai gelombang bah yang tak dapat ku hentikan, menggulung ku hingga pagi ini.

Tidak ada kata berpisah dalam kamus Burhan untuk kehidupan rumah tangga. Ada banyak alasan mempertahankan biduk Rumah Tangga yang Goyah Diterjang Badai, hal ini dipegangnya hingga saat ini. Namun Wati tiba-tiba marah besar dan memutuskan berpisah kemudian pamit ke rumah ibunya di Solo.


Lagi-lagi Burhan terkulai lemas disofa sambil memandang langit-langit, dering telpon terdengar lagi, Pak Ginanjar bosnya menghubungi setelah Anwar stafnya menelponya 10 kali tidak diangkat.


"Kamu kenapa sudah dihubungi Han… kita ada meeting penting 2 hari ini. Tapi sudah ku handle, beres. Kenapa Han?" Teriak Ginanjar dari seberang setelah berhasil menghubungi ku.

"Maaf pak sedang kurang enak badan dari kemarin, ini baru bangun. Maaf pak sekali lagi maaf pak" Jawab ku sekenanya.

"Ya sudah… yang penting kamu oke. Kabari kalau ada apa-apa ya… jangan begini lagi" ujar Ginanjar.

"Baik pak… maaf pak boleh saya ngomong sedikit?" Pinta Burhan.

"Ya kenapa Han" jawab Ginanjar.

"Saya izin sampai pekan depan untuk cuti. Siang ini mau ke Solo karena ada beberapa masalah yang harus saya selesaikan" ucap Burhan lirih.

"Hhhmmmm… iya iya selesaikan segera ya. Jangan lupa koordinasi sama Anwar soal kerjaan. Yang penting kamu mudah dihubungi ya! Jangan matikan HP" tutup Ginanjar.

"Baik pak terimakasih" Burhan sedikit tersenyum.

Ya… Burhan berencana menuruti keinginan Nanda untuk pergi ke Solo menyusul mereka. Masalah ini harus selesai pekan ini bahkan besok setelah Burhan bertemu Wati di Solo. Burhan yakin ini semua hanya soal kemarahan sesaat saja karena kami sedang baik-baik saja, ini harus diselesaikan.

Setalah makan siang Burhan mengajak Joko tetangganya yang biasa dicarter untuk menemaninya menjadi supir menuju Solo karena Burhan merasa kurang fit dan perasaanya sedang tidak menentu, bahaya nanti diperjalanan jika sendirian.

Masuk pesan dari Nanda untuk kesekian kalinya, "Papa dimana? Papa jadi ke Solo kan? Aku bingung pa…Mama masih mengurung di kamar hanya keluar untuk makan saja. Kasihan nenek ikutan bingung."

"Tungga papa ya Nanda… Papa otw sudah di Brebes" baru ku balas setelah hati ini mantap.

Semua akan selesai, Burhan yakin hal itu karena dia tahu Wati sesungguhnya. Hanya perlu kata Maaf dari Burhan saja karena kami sayang Nanda. Anak semata wayang kami.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka Menulis Hal yang Remeh dan Sederhana

CLOSE