Masa Lalu yang Tidak Perlu Diulang

Sebuah pengakuan dosa dari kesalahan yang lalu

Akhir-akhir ini ramai tentang drama yang katanya di angkat dari kisah nyata, The Glory. Kisah tentang seorang perempuan yang masa SMAnya dirundung oleh teman-temannya. Di artikel ini saya tidak akan membahas mengenai drama The Glory, melainkan tentang kisah hidup saya. Di sini peran saya bukan sebagai korban melainkan sebagai pelaku. Saya menceritakan kisah ini bukannya untuk membenarkan perbuatan saya di masa lalu. Namun, sebagai sebuah pembelajaran agar hal yang sama tidak terulang.

Advertisement

Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu, saat saya masih di usia yang sangat muda. Bisa dibilang saya adalah orang yang punya banyak teman, ya atau bisa dibilang orang yang berpengaruh di kelas. Posisi saya yang bagus di kelas membuat saya menjadi tinggi hati. Di waktu yang bersamaan juga saya mulai merasakan yang namanya jatuh cinta. Saya menyukai seseorang dan yang mengetahui saya sedang menyukai seseorang bukan hanya diri saya sendiri melainkan teman-teman saya juga. Salah seorang teman di kelas, bisa kita sebut dengan inisial Z juga mengetahui bahwa saya menyukai seseorang dan mengetahui siapa orangnya. Inisial Z ini membocorkan hal tersebut kepada orang yang saya sukai. 

Dari hal tersebutlah perundungan mulai terjadi. Di awal tadi sudah diceritakan bahwa saya adalah orang yang memiliki posisi bagus dan memiliki pengaruh yang besar di kelas. Berawal dari ketidaksukaan saya terhadap sikap inisial Z membuat saya dan teman-teman saya saat itu memulai perundungan. Perundungan ini tidak berbentuk perundungan dengan fisik. Namun, saya menghasut teman-teman sekelas saya untuk mulai menjauhinya, menceritakan kepada teman-teman sekelas saya bahwa dia mulut ember. Mulai saat itulah inisial Z tidak mempunyai teman. 

Setelah berhasilnya penghasutan, saya dan teman-teman memulai perundungan dengan menjahilinya. Dimulai dengan menyembunyikan bukunya sehingga dia tidak dapat mengikuti kelas, lalu menyembunyikan sepatunya sehingga dia tidak dapat pulang sekolah. Hal itu terus menerus berulang hingga akhirnya berganti ke jenis yang lain. Saya dan teman-teman memulai perundungan kembali dengan memberi dia julukan-julukan aneh. Selain itu mulai juga memfitnah dengan hal yang tidak benar, seperti mengatakan bahwa inisial Z menyukai cowo A sehingga cowo A jijik, tidak suka, dan menjauhinya. Mungkin memang tidak ada perundungan secara fisik, namun psikis korban akhirnya yang terkena dampaknya. Diperparah juga dengan teman-teman lain yang mulai ikut-ikutan diluar kendali saya membuat psikis korban semakin terkena. Apalagi perundungan ini tidak dilakukan dalam waktu singkat melainkan dalam waktu yang sangat lama. Hampir sekitar 3 tahun hal ini terjadi. 

Advertisement

Mungkin, diawal sikap korban yaitu inisial Z yang tidak bisa menjaga rahasia itu salah. Namun di sini cara saya juga salah dalam menegurnya. Masih banyak sekali cara yang dapat dilakukan untuk menegur dan memperbaiki sikap seseorang. Selain untuk korban banyak juga dampak yang dirasakan saya selaku pelaku. Mulai dari labrakan dari kakaknya selaku keluarga korban, lalu image yang buruk yang menghantui dan mengikuti sampai saya naik tingkat di sekolah. 

Takdir mengatakan saya masih harus satu sekolah dengan inisial Z ketika naik tingkat. Saat itu kondisi saya sudah menyesal dan ingin meminta maaf kepada inisial Z. Namun, dia tidak menerima permintaan maaf saya sama sekali. Saat itu saya juga sadar, tidak mudah untuk memaafkan orang yang sudah melakukan perundungan kepada kita. Karena hal itu akhirnya saya menerima bahwa inisial Z tidak mau memaafkan saya. Namun, bukan berarti saya berhenti untuk mendekatinya. Saya mendekati dia karena sejujurnya saya takut, saya takut dihantui rasa bersalah terus-menerus sepanjang hidup. 

Advertisement

Setelah 2 tahun mencoba mendekati akhirnya muncul hasil yang lumayan baik, dia sudah balik menyapa jika saya sapa. Namun, dia belum mau jika diajak foto bersama dan sebagainya, tapi tidak apa-apa setidaknya saya ingin berusaha baik di depannya. Sejujurnya sampai sekarang saya masih tidak yakin apakah hal yang saya lakukan yaitu meminta maaf, mengakui kesalahan, dan mencoba mendekati itu adalah hal yang benar untuk menebus dosa saya. 

Di sini, didalam tulisan ini izinkan saya mengulang kembali permintaan maaf saya, walaupun kecil kemungkinan korban untuk melihat ini. Di sini, lewat tulisan ini saya meminta maaf dari hati yang terdalam. Saya mengakui bahwa apa yang saya perbuat itu salah. Saya tahu permintaan maaf ini tidak dapat mengembalikan masa kecil korban yang seharusnya dapat bersenang-senang di bangku sekolah dengan teman-teman, tetapi saya benar-benar menyesal atas apa yang telah saya perbuat. 

Artikel ini saya tulis untuk memenuhi tugas kuliah dan juga sekaligus sebagai pengakuan dosa. Saya menceritakan tentang hal ini agar menjadi pelajaran agar bisa memerlakukan manusia semestinya. Apapun kesalahan seseorang tidak sepatutnya dibalas dengan hal seperti itu. Sekian dari saya, terima kasih.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini