Keputusan Tak Selalu Benar, Terkadang Memiliki Konsekuensi yang Menjatuhkan

Ada kalanya manusia keliru dalam mengambil keputusan

Ada kalanya keputusan yang kita ambil tidak selalu dipikirkan secara matang. Terkadang ada kondisi tertentu yang memaksa kita untuk memutuskan sesuatu secara mendesak atau bahkan kita mengalami gagal berpikir, karena logika sering kali kalah dengan perasaan. Memang ada saatnya perasaan melumpuhkan semua indera, termasuk akal pikir. 

Advertisement

Seperti seseorang yang dihadapkan dengan kondisi mendesak contohnya. Seorang pria yang sedang mengemudikan mobil terpaksa membanting setir karena melihat seorang nenek yang sedang menyebrang jalan, dan kebetulan pria itu mengemudi dengan kecepatan tinggi. Tak banyak berpikir, dia segera membanting setir dan mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan si nenek dari hantaman mobilnya. 

Coba kita berpikir sejenak, nenek itu sudah tentu selamat hanya saja dia agak syok karena hampir celaka. Lalu kita merenung sejenak, keputusan yang diambil pria itu bisa dibilang berani. Mengapa? Itu karena dia terdesak oleh situasi. Dia tak bisa memperhitungkan keputusan secara matang. Jika pria itu cukup beruntung, mungkin mobilnya bisa saja menabrak pohon, dan bila dia lebih beruntung lagi, mungkin saja Tuhan memberikan keselamatan kepadanya. Namun, terkadang hidup bisa saja dipenuhi dengan ketidakberuntungan, pria itu mungkin saja terjun ke jurang atau lebih parahnya lagi justru mencelakakan orang lain, seperti menabrak sepeda motor atau mobil lain, dan bisa saja menabrak ruko ataupun pejalan kaki. 

Setiap manusia selalu ingin mendapatkan atau menerima sesuatu yang terbaik dalam hidupnya. Namun kembali lagi, kondisi, situasi dan keberuntungan terkadang tak selalu berpihak. Mereka misteri dan dipenuhi enigma. 

Advertisement

Ibarat lingkaran setan, sebagai manusia kita tak bisa selalu menghakimi hanya karena kita tidak berada di posisi mereka. Toh, Tuhan sudah mengatur dan memberikan porsinya masing-masing bagi setiap individu. Biarlah kamu menjadi kamu, dia menjadi dia, dan mereka menjadi mereka. 

Sama halnya dengan cinta. Seperti yang diungkapkan Fiersa Besari. "Jujur saja, kau jatuh hati kepadanya tanpa rencana dan sisanya hanya butuh." Semua itu berawal dari keputusan yang tak terkondisikan, karena manusia selalu ingin terpenuhi kebutuhan biologisnya, kebutuhan hidupnya, dan kebutuhan materialistisnya. Yang pada akhirnya, membawa kita pada keegoisan. Karena yang kita bisa putuskan dalam cinta hanyalah sebatas kebutuhan. Jadi kita tak perlu menimang keputusannya lagi karena kita butuh. Apalagi cinta yang kita idam-idamkan hanya bisa bertepuk sebelah tangan. 

Advertisement

Pada akhirnya, manusia hanya bisa menerima penyesalan. Hingga penyesalan itu menjadi lara yang dirasakan seumur hidup. Jadi, berhentilah mengejar sesuatu yang sempurna dalam hidup. Jangan pernah meminta kesempurnaan kepada orang lain, karena itu akan membuatmu sakit.

Setiap keputusan yang kau ambil, memiliki konsekuensi tersendiri. Alam semesta ini juga memiliki energi misterius yang membawa kita untuk memilih sesuatu yang tidak kita inginkan, menuntun kita ke dalam kehidupan yang bisa menyelamatkan atau bahkan membunuh kita. Jadi, sandarkan saja semua kepada pemilik alam semesta ini, yaitu Tuhan Semesta Alam. Jangan berharap lebih pada kehidupan, pada dasarnya, kita adalah pemain yang sudah diskenariokan oleh Sang Pencipta Alam Semesta. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Killing my time with arts, literature, phraseology, visualization, and manipulate. https://ameliasolekha.blogspot.com/