Indonesia Darurat Literasi

Semua negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada tahun 2015, telah menyepakati 17 poin Sustainable Development Goals (SDGs). 17 poin ini bertujuan untuk memastikan pembangunan yang berkelanjutan dalam bidang ekonomi, sosial, lingkungan, dan pendidikan. Harapannya, semua negara di dunia merasakan kemajuan yang tidak menimbulkan efek yang merugikan.

Advertisement

Salah satu tujuan SDGs adalah peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini tercantum pada poin ke-3 SDGs. Pendidikan ini menjadi kunci kemajuan peradaban. Dengan pendidikan, seseorang akan memiliki kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan dirinya dan keluarganya. Pendidikan yang baik juga akan membuka wawasan untuk melestarikan lingkungan, menciptakan pemimpin yang berpengaruh, juga melakukan pembangunan sosial dan ekonomi.

Di Indonesia, pendidikan juga merupakan salah satu tujuan bangsa yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Dengan demikian, sudah sewajarnya kita memberikan perhatian khusus pada bidang pendidikan ini.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, diperlukan kemampuan berbahasa yang cukup. Kemampuan berbahasa ini sering kita kenal dengan literasi. Kemampuan literasi berarti kemampuan seseorang untuk menerima dan mengirim informasi kepada orang lain. Literasi dapat dilihat secara praktis melalui kemampuan membaca, menulis, dan mempresentasikan informasi yang telah didapat. Dengan kualitas literasi yang baik, kemampuan seseorang dalam menerima informasi juga akan baik.

Advertisement

Tingkat literasi di Indonesia sudah sangat parah. Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Hal ini tentu sangat gawat. Tingkat literasi yang rendah menunjukkan bahwa kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia yang belum siap untuk menerima kemajuan.

Kemampuan literasi sangat diperlukan di era digital ini. Saat ini, akses informasi dari berbagai sumber bisa diperoleh secara bebas. Tidak semua informasi ini valid. Banyak informasi di media sosial yang merupakan hoaks, fitnah, ataupun informasi yang tidak bermutu. Kemampuan berliterasi diperlukan dalam proses pencarian, pengolahan, dan interpretasi informasi yang didapatkan oleh seorang individu.

Advertisement

Salah satu fenomena yang menunjukkan minimnya literasi orang Indonesia terjadi pada tahun 2021 lalu. Dunia kala itu sedang dilanda Covid-19. Tiba-tiba, ada video viral dimana masyarakat Indonesia berebut susu beruang di sebuah supermarket. Setelah itu, muncul berita bahwa susu beruang bisa menyembuhkan Covid-19. Akhirnya, masyarakat di seluruh Indonesia berbondong-bondong ke supermarket untuk membeli susu beruang.

Padahal, apabila kita cek faktanya, susu beruang tidaklah menyembuhkan covid-19. Susu secara umum memang bisa meningkatkan imun tubuh. Susu yang dikonsumsi juga tidak harus satu merk tertentu. Justru dengan berdesakan dan berbondong-bondong ke supermarket bisa meningkatkan kemungkinan seseornag terpapar Covid-19 kala itu.

Kita sadar bahwa kemampuan literasi sangat-sangat penting dalam kehidupan. Dalam jangka pendek, literasi akan memudahkan kita mengolah dan mengelola informasi dengan baik. Dalam jangka panjang, literasi akan meningkatkan kualitas SDM yang akan meningkatkan kesejahteraan. Untuk itu, perlu strategi untuk meningkatkan literasi di Indonesia.

Dikutip dari laman kemdikbud.go.id, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk meningkatkan literasi sebagai berikut.

Memperkenalkan kebiasaan membaca sejak dini.

Kebiasaan membaca yang dibangun sejak dini akan membantu siswa menjadi lebih terbiasa membaca dan memperluas wawasan mereka. Orang tua dan pendidik dapat memberikan buku-buku yang sesuai dengan usia dan minat siswa untuk membantu mereka membangun kebiasaan membaca.

Membuat lingkungan belajar yang kondusif.

Lingkungan belajar yang kondusif dapat membantu siswa fokus dan nyaman dalam proses pembelajaran. Orang tua dan pendidik dapat membuat ruang kelas yang menarik, dengan menyediakan peralatan belajar yang memadai, seperti buku-buku, papan tulis, dan komputer.

Menggunakan teknologi dalam pembelajaran.

Teknologi dapat membantu siswa mengembangkan literasi mereka. Orang tua dan pendidik dapat menggunakan perangkat lunak dan aplikasi yang menarik untuk membantu siswa belajar membaca dan menulis dengan lebih mudah dan menyenangkan. Namun sebagaimana pedang bermata dua, penggunaan teknologi seperti internet dan perangkat lunak juga memiliki efek negatif, selain dari memberikan efek positif. Karena itu pengawasan yang baik harus tetap dilakukan agar siswa hanya mendapat efek positif dari penggunaan teknologi ini.

Mendorong diskusi dan refleksi.

Diskusi dan refleksi dapat membantu siswa mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang mereka baca. Orang tua dan pendidik dapat mengajak siswa berdiskusi tentang buku atau artikel yang mereka baca, serta membantu mereka merumuskan pertanyaan dan opini mereka sendiri.

Memberikan umpan balik dan dukungan.

Umpan balik dan dukungan dari pendidik sangat penting untuk membantu siswa meningkatkan kemampuan literasi mereka. Orang tua dan pendidik dapat memberikan umpan balik yang konstruktif dan memberikan dukungan pada siswa dalam proses belajar.

Pendidikan adalah kunci kemajuan sebuah bangsa. Kualitas pendidikan bisa meningkat dengan kemampuan literasi yang baik. Peningkatan literasi bisa dilakukan dengan kebiasaan-kebiasaan kecil dalam keluarga. Dengan kualitas literasi yang baik, diharapkan Indonesia bisa maju lebih cepat.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini