2020; Kaleidoskop Masa Padang Gurun Berbuah Tahan Uji

Sebelum tahun 2019 berakhir, manusia mulai berbondong–bondong menuliskan apa yang menjadi resolusi mereka untuk tahun selanjutnya, 2020. Menghidupkan kembali harapan–harapan demi menyambut masa depan yang cerah. Akan tetapi, di luar dugaan dan ranah pikir manusia, 2020 justru menyuguhkan hal sebaliknya. Hal yang diharapkan manusia dapat dikecap manis, malah berujung pada rasa tegang akan klimaks yang hingga saat ini belum berakhir juga.

Advertisement

Dimulai dari awal tahun. 1 Januari 2020. Jakarta, Ibu kota tercinta Indonesia, dilanda banjir besar. Rumah dan kendaraan warga terdendam, memaksa mereka untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Ibu kota dipenuhi air, tampak seperti kolam. Tidak hanya Jakarta, beberapa kota – kota besar lainnya juga mengalami hal serupa, akibat curah hujan yang tinggi sejak akhir Desember 2019.

Hal ini cukup membuat masyarakat kewahalan. Selain itu, di tahun yang sama terdapat kabar duka yang cukup menggemparkan masyarakat dunia. Tepat pada tanggal 3 Januari 2020, terjadi pembunuhan terhadap Jenderal Qasem Soleimani. Ia tewas dalam serangan udara oleh militer AS di dekat Bandar Udara Internasional Bagdad. Serangan udara tersebut merupakan balasan terhadap penyerangan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Bagdad yang diduga dilakukan oleh milisi yang didukung Iran. Jenderal Qasem Soleimani merupakan perwira militer senior Iran dalam Pasukan Pengawal Revolusi Islam (IRGC).

Tak lama berselang setelah tragedi pembunuhan yang terjadi di Bagdad. Kabar duka pun datang silih berganti menimpa figur publik sekaligus seniman terbaik tanah air. Mulai dari aktor Ashraf Sinclair hingga musisi kenamaan Glen Fredly dan Didi Kempot. Berita duka  ini cukup mengejutkan jagat dunia hiburan maupun masyarakat Indonesia. Kepergian mereka terbilang cepat karena usia mereka yang begitu muda.

Advertisement

Namun, karya–karya mereka akan tetap dikenang. Bagaimana pun cipta kreasi mereka, telah menghiasi industri hiburan tanah air, serta menjadi sejarah indah untuk Indonesia. Tidak hanya di Indonesia saja, berita duka cita juga datang dari Amerika Serikat. Pebasket legendaris Los Angeles Lakers, Kobe Bryant dan putrinya Gianna yang  baru berusia 13 tahun dikabarkan meninggal akibat kecelakaan helikopter di California. Kabar duka ini cukup mengguncang masyarakat dunia khususnya para pecinta olahraga basket.

Seakan tanpa diberi kesempatan untuk bernafas, dunia kembali diguncang dengan fenomena wabah yang mendunia yaitu pandemi Covid19. Indonesia mendapat kejutan tersebut di bulan Maret. Presiden Joko Widodo mengumumkan dua orang warga negara Indonesia yang terjangkit virus corona pada Senin 2 Maret 2020 di Istana Kepresidenan. Kasus pertama Covid19 ini dialami oleh 2 orang perempuan.

Advertisement

Kedua orang tersebut terjangkit virus Covid19 tersebut diduga karena pertemuan mereka dengan warga negara Jepang di sebuah klub dansa di Jakarta. Virus Covid19 ini sebelumnya pertama kali mewabah di Wuhan, China, hingga akhirnya sampai ke seluruh negara di penjuru dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan data dari worldmeters, hingga saat ini kasus dari Covid19 di Indonesia sebanyak 115.056 kasus. 

Pemutusan hubungan kerja terjadi secara besar – besaran, para pengusaha mengalami kerugian karena faktor produksi dan permintaan yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Perkantoran, sekolah dan ruang publik lainnya banyak sebagian masih ditutup. Kekacauan pun terjadi dimana – mana. Aktivitas eksport dan import menurun. Negara memasuki tahap resesi ekonomi.

Pro kontra pemakaian masker, panic buying akan pembelian bahan makanan dan kesehatan. Hingga baru–baru ini yaitu misleading tentang penemuan vaksin oleh seorang ”tenaga ahli” yang disorot oleh seorang penggiat seni melalui diskusi di platform youtube.Tidak berhenti disitu saja, kasus kematian George Floyd juga menjadi sorotan dunia, karena kematiannya yang begitu tragis dan sarat makna rasisme di dalamnya. Sehingga menyebabkan protes besar–besaran terkait isu rasisme yang dilakukan warga Amerika dan dunia.

Baru – baru ini, pada tanggal 4 Agustus 2020, masyarakat dunia kembali digemparkan dengan berita ledakan yang terjadi di Beirut, Lebanon, karena bahan kimia. Ledakan  besar ini  terjadi di kawasan port, Beirut.  Hal ini menyebabkan kehancuran yang cukup parah pada bangunan sekitar dan menewaskan kurang lebih 100 orang dan melukai lebih dari 4000 orang.

Semua kejadian di atas membuat kita semakin menyadari bahwa segala sesuatunya dapat berubah dengan cepat, seperti jentikan jari Thanos yang mampu mengubah keadaan dengan cepat. Resolusi yang dibuat untuk tahun 2020, sepertinya harus dibuat ulang mengikuti keadaan. Berada di tahun ini, seperti sedang berjalan di padang gurun. Rangkaian cerita yang disuguhkan oleh tahun 2020, cukup membuat masyarakat dunia tertegun. Hingga terlontar pernyataan, “What a year banget gak sih 2020.” “Iya, ini udah sampe di tahap kalo bulan depan ada UFO udah gak kaget.” Secuplik percakapan warga Jakarta yang disimak oleh akun Overheard Jakarta.

Sering kali saya, anda, kita bingung dalam menghadapi beragam tantangan berat dalam kehidupan. Semakin menaruh harapan akan sesuatu, semakin kita menjadi kecewa. Ketika kita mencoba sesuatu dengan begitu keras, namun sering hasilnya gagal. Lantas apa yang harus kita lakukan? Terbersit dalam pikiran tentang sesuatu yang ditulis oleh Mark Manson. "The acceptance of one’s negative experience is itself a positive experience!  “Keinginan untuk pengalaman yang lebih positif itu sendiri merupakan pengalaman negatif.

Dan, secara paradoks, penerimaan pengalaman negatif seseorang itu sendiri merupakan pengalaman positif. Pada dasarnya sikap hati yang tepat dalam menghadapi setiap masalah dan tantangan adalah Nrimo alias Legowo. Namun, Nrimo atau Legowo seperti apa yang dapat kita implementasikan? Leluhur kita sudah mengajarkan hal ini melalui pepatah Jawa, Nrimo ing pandum, artinya menerima dengan tulus ikhlas takdir/ketetapan dari Tuhan (keikhlasan), yang diiringi dengan doa, berusaha dan sisanya berserah kepada Yang Maha Kuasa, agar kita bisa nrimo dan legowo, suka cita dan berdamai dengan keadaan.

Selain itu, keadaan di tahun 2020 ini juga memunculkan banyak pewahyuan baru bagi banyak orang. Menghabiskan banyak waktu di rumah karena covid19, tidak semata – mata membuat banyak orang stress, namun bagi sebagian orang memanfaatkannya untuk kontemplasi. Salah satunya saya hehehe. Sekian banyak hari dilewati timbulah hikmat yang berasal dari dalam hati dan pikiran. Mengenai konsep simplicity, yaitu kesederhanaan yang bisa diaplikasikan untuk berbagai macam hal dalam aspek kehidupan.

Seperti tidak menjadi overthinking, dengan menanam mindset bahwa ”You don’t have to think everything that just fall into your head. You do not have to follow the pattern of your thoughts.” Di masa pandemi ini, dengan banyaknya pemberitaan buruk yang disuguhkan hampir setiap harinya,cukup membuat kita merasa stress, takut dan cemas. Berita negatif dapat menjadi pencetus bagi kita untuk berasumsi dan mulai memikirkan kemungkinan – kemungkinan buruk yang dapat terjadi pada diri kita kelak di masa depan.

Sehingga kita terjebak dengan alur pikiran kita sendiri. Oleh karena itu, 2020 bisa dikatakan sebagai masa padang gurun namun menimbulkan tahan uji. Karena sejatinya manusia adalah mahkluk yang kuat dan dititipi oleh Yang Maha Kuasa akal budi, beragam ilmu pengetahuan sehingga dapat menciptakan inovasi, mampu beradaptasi sesuai dengan perubahan dan tantangan zaman.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Indonesian living in Tanzania

CLOSE