Adakah Pacaran Islami? Simak Penjelasan Ini!

Apa yang ada di benak kalian ketika mendengar istilah pacaran islami? Mungkin akan terbesit di pemikiran kalian bahwa pacaran islami bermakna pacaran di dalam islam seperti kebanyakan orang mengganggapnya. Tapi, apakah benar begitu?

Advertisement

Pacaran sendiri merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. 

Dari pengertian yang ada, saya rasa kurang cocok jika diterapkan dengan fenomena remaja saat ini. Nyatanya pacaran tidak cukup satu atau dua bulan melaonkan taunan. Lalu fenomena sering gonta-ganti pasangan juga muncul sebagai budaya pacaran saat ini. Apakah saling mengenal membutuhkan waktu selama itu untuk dapat menentukan yang terbaik sebagai pilihan kita? Ataukah hanya sebagai alasan belaka agar dapat bersenang-senang dan berduaan dengan lawan jenis? Yuk pahami konsepnya.

Tidak Ada Istilah Pacaran Dalam Islam

Advertisement

Kadang kala kita sering menganggap bahwa hal-hal yang berbau syar’i itu baik. Segala hal yang berbau syar’i atau islami sebenarnya tidak mengapa. Tapi, banyak yang menganggap sepele kata ini dengan munculnya istilah pacaran islami yang seolah itu adalah pacaran di dalam islam dan islam menghalalkanya. Padahal sejatinya, itu tidaklah benar. Islam tidak pernah mengajarkan pacaran dan tidak ada landasan pacaran islami dalam syariat.

 Jika memang pacaran itu halal, kanapa di beri label islami? Tentu saja karena bermasalah. Bagaimana bisa kita memberikan label islami pada pacaran, sementara yang kita tau semua hubungan lawan jenis yang bukan mahram, berpotensi untuk menjadi sumber dosa.

Advertisement

Tidak tanggung-tanggung nyatanya dari mulai tangan sampai hati itu semua berpotensi menjadi sumber dosa. Yang saya mau soroti disini, yakni konsep pacaran dengan tidak bersentuhan secara fisik masuk kedalam pacaran islami. Atas dasar pengetahuan yang banyak orang ketahui, bahwa menyentuh yang bukan mahromnya adalah haram, maka muncul pandangan pacaran asal tidak bersentuhan tidak mengapa, inilah yang menjadi salah kaprah.

Jika memang begitu konsepnya, bagaimana jika kita tidak besentuhan dengan pasangan secara fisik, namun saling menatap dan menikmati? Bukankah jelas bahwasannya Allah SWT dalam Al-Quran memerintahkan ummat islam untuk menjaga pandangannya. Meski hanya memandang sekilas, namun bila tidak segera di tundukan, maka pandangan akan menyerang pikiran dan membuat jiwa gelisah sehingga mendorong diri untuk berlaku maksiat.

Kalaupun pacaran islami dilakukan dibalik hijab, atau mata tidak saling melihat, namun telinga mampu mendengar lembutnya ucapan orang yang kita cintai bukankah itu sama saja. Kamu menikmati apa yang dia katakan dan merasa senang atas ucapannya yang perhatian juga membayangkannya. 

Lalu bagaimana jika pacaran sebatas chatingan, tanpa ketemu, tidak pernah teleponan, apalagi bersentuhan? Apakah itu diperbolehkan? Tentu itu sama saja. bukankah hati menikmati dan membayangkan? Sebab pada hakikatnya, zina hati adalah dia yang membayangkan sesuatu yang dapat membangkitkan syahwat ketika sedang berhubungan dengan lawan jenis. 

Selanjutnya konsep yang sering salah dan dianggap benar adalah seorang yang pacaran dengan membawa teman dengan alasan agar tidak berduaan. Mereka menyangka bahwa asalkan tidak khulwah maka tidak mengapa sebab yang kita tau bahwa ketika berduaan maka yang ketiganya setan. Tapi bukankah ini sama saja seperti pada umumnya, mereka saling bertemu, saling berpandangan, dan saling memberikan perhatian satu sama lain.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: 

Sesungguhnya Allah menetapkan jatah dosa zina untuk setiap manusia. Dia akan mendapatkannya dan tidak bisa dihindari. Zina mata melihat, zina hati dengan membayangkan dan gejolak syahwat, sedangkan kemaluan membenarkan semua itu dengan mendustakannya.(HR. Bukhari 6243)

Ini solusinya

Tidak ada peluang untuk melakukan pacaran islami,selain pacaran setelah pernikahan Hanya dengan menikah, anda dapat pacaran. Pacaran setelah menikah jauh lebih indah.

Islam mengatur dengan sempurna hubungan dengan lawan jenis, yang kita sebut dengan pernikahan. Akan lebih baik jika suatu pernikahan bukan diawali dengan pacaran, tapi dengan mengenal karakter calon pasangan tanpa melanggar syariat. 

Dari ibnu abbas, Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda, kami tidak pernah mengetahui solusi untuk kedua orang yang saling mencintai selain pernikahan.(HR. Ibnu Majah no. 1920. Dikatakan sholih pleh Syeikh Al Albani)

Oleh karena itu, islam mengenalkan istilah ta’aruf. Ta’aruf adalah saling mengenal antara kedua belah pihak, saling membantu keadaan keluarga masing-masing, saling memberi tahu harapan dan prinsip hidup, saling mengungkapkan apa yang disukai dan tidak disukai, dan seterusnya. Kaidah-kaidah yang perlu di jaga dalam proses ini intinya adalah saling menghormati apa yang disampaikan lawan bicara , mengikuti aturan pergaulan islami, tidak berkhalwat, serta tidak mengumbar pandangan.

Setelah melalui proses ta’aruf, langkah selanjutnya adalah khitbah. Khitbah adalah jalan pembuka untuk pernikahan. Suatu kesepakatan antara kedua belah pihak untuk menikah, namun hanya sekedar janji untuk menikah yang tidak mengandung akad nikah. 

Setelah ada kesepakatan anatara kedua belah pihak untuk melaksanakan akad, barulah terjadi pernikahan. Setelah menikah inilah masing-masing bisa mengenali lebih intens pasangannya. mampu mengutarakan perasaan cintanya dengan bebas, sebab Allah SWT telah membungkusnya dengan sangat rapi dalam ikatan pernikahan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE