Aku Beruntung Jadi Anakmu Bunda

Surat dari si bungsu kepada ibu

Dari tatap matamu yang semakin sayu, rambutmu yang kian memutih, dan tubuhmu yang semakin layu, aku tetap dapat merasakan kasih sayang dari hangat pelukmu. Senyumanmu sedikitpun tak memudar, cahaya matamu semakin indah dan belaian tanganmu lebih lembut dari sutra manapun yang ada di dunia. Wujud fisik hanya sebagai bukti dari waktu bahwa kau telah lama hidup di dunia. Dan waktu tidak akan pernah mampu melunturkan perasaanmu sejak dulu kala. 

Advertisement

Aku bertanya-tanya, bagaimakah perasaanmu melihat insan yang dulu kau timang-timang, kau nyanyikan, kau berikan seluruh kehidupanmu untuknya, kini telah menjadi dewasa. Tubuhku kini bahkan lebih tinggi darimu. Aku yang dulu kau rangkul dan peluk di dalam dekapanmu, kini telah mampu untuk menerima sandaran kepalamu di bahuku yang nyaman. Ibu, semoga kau bahagia dan bersyukur memiliki ku sebagai anakmu. 

Sering aku mengintip sejenak sebelum aku masuk ke kamarku. Kau saat itu sudah tertidur pulas. Terdengar dengkuran kecil dan hembusan nafas yang teratur. Kau terlihat sangat nyaman di kasur tua itu. Namun aku dapat melihat semua keletihan di tubuhmu. Enam puluh tahun kau ada di dunia, dengan masa muda yang tidak senyaman diriku. Kau menemukan cintamu, dan melahirkan empat buah hati yang kau besarkan dengan keikhlasan hati. Kau tidak pernah meminta anakmu untuk membalas budi kepada setiap ASI yang telah kau berikan. Kau tanamkan pada anakmu keyakinan untuk percaya kepada tuhan dan tetaplah menjadi baik meski sadar bahwa kita adalah seorang pendosa. Didikanmu tertanam dengan baik di dalam sanubari anak-anakmu. Ibu, semoga semua lelahmu terbayar dengan melihat betapa bahagia dan bersyukurnya aku telah lahir dari rahimmu dan tumbuh besar dalam dekapan kasih sayangmu. 

Ibu, barangkali dunia tak seindah yang aku bayangkan. Aku bertambah usia dan merasakan bahwa banyak hal kejam yang menghampiri perjalananku. Tanpa perlu aku bercerita, saat kau menatapku, kau sudah paham semua yang aku rasakan lewat kilat mataku. Kau tidak akan bertanya ada apa denganku, kau tahu aku tidak nyaman dengan hal itu. Kau akan langsung menghampiri, membawa tubuhku ke dalam pelukanmu , dan berkata istirahatlah, tidak perlu terburu-buru dalam mengejar sesuatu dan aku akan tertidur lelap dalam pelukanmu itu. 

Advertisement

Semua kenyamanan yang kau berikan membuatku berpikir mampukah aku memberikan rasa yang sama kepadamu? 

Ibu, aku masih merasa sia-sia. Tentulah kau akan membantah perkataanku itu. Apakah jauh di lubuk hatimu kau menangis mendengar perkataanku? Barangkali aku membuatmu sedih sebab aku belum puas dengan diriku sendiri. Namun kau hanya akan tersenyum dan berkata tak apa, tidak akan ada yang namanya sia-sia, kau selalu berusaha sambil membelai kepalaku di pangkuanmu. 

Advertisement

Ibu, mengapa kau begitu agung? Aku merasakan cinta darimu. Aku memahami cinta dengan melihat cara kau mencintai suamimu dan anak-anakmu. Tak satupun dari kami yang kekurangan cinta. Bu, semoga kau juga merasakan sama banyaknya cinta dari kami untukmu. 

Ibu, kau adalah wujud cinta nyata Tuhan kepadaku. Jika seseorang memintaku untuk memberikan bukti wujud kasih sayang seperti apa yang diberikan Tuhan kepada makhluknya, dengan bangga aku akan mengatakan bahwa kau lah wujud nyata kasih dari Tuhan itu. Ku beruntung jadi anakmu, ibu. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Sebuah catatan

CLOSE